Pilihan Ganda

Muhammad Adli Zulkifli
Chapter #2

DI ANTARA KITA

Kisah ini bermula saat aku mulai terhubung kembali bersama teman-teman Aliyah ku, biar lebih enak aku sebut saja SMA, yang padahal kami sekolah secara terpisah kelas antara laki-laki dan perempuan, tidak campur baur. Namun setelah lulus, kebersaman kami saat itu cukup baik.

Momen itu mereka sedang asyik-asyiknya memainkan sebuah permainan seluler bernama Among Us. Aku yang sedang senggang akhirnya ikut bermain atas ajakan teman SMA ku. Sangat seru aku rasa permainan itu, cocok untuk kita bernostalgia, bermain game sambil bercerita masa-masa SMA dulu.

Sampai satu ketika, seorang perempuan yang pernah aku sukai saat kelas 11, meskipun kala itu aku hanya mengenal paras dan namanya saja, serta latar belakang keluarganya yang ternyata cukup terpandang dan dihormati, mengumumkan bahwa ia sudah diminta ibunya untuk segera menikah. Memang pada saat itu dia hanya tinggal merampungkan skripsi dan menunggu kelulusan kuliah Strata satunya. Hal yang membuat aku tercengang adalah kalimat ibunya bahwa harapan pernikahan yang kalau bisa berlangsung saat ia bertambah usia yaitu akhir bulan Desember tahun itu. Sedangkan saat itu sedang menginjak bulan November.

Hati kecilku tentu tak terima kalau ternyata ia benar-benar bertemu dengan jodohnya dan menikah bulan depan. Meskipun aku dan dia sama sekali tidak mempunyai history asmara saat SMA.

"Lho kok bisa gak punya history? Katanya suka."

Aku yang menarik diri saat SMA karena tahu bahwa ayahnya adalah seorang pejabat eksekutif di Bandung. Sedangkan ayahku hanyalah simpatisan dari partai yang mengusung ayahnya.

"Katamu rasa suka mudah hilang. Kenapa kamu tak terima kalau dia menikah dengan orang lain?"

Bukan itu yang membuat aku tidak terima. Justru aku tidak terima jika ia menikah dengan orang lain, tapi aku hanya bisa melihatnya tanpa ada sesuatu yang pernah aku coba untuk mendapatkannya. Barangkali, misal kalau aku sudah mencoba untuk mendapatkannya tapi gagal dan dia menikah dengan orang lain, setidaknya aku pernah mencoba. Aku menarik diri saat SMA, tapi tidak di bulan November itu.

"Terus, apa langkahmu saat itu?"

Tak lama setelah mendapat kabar itu, aku langsung to the point menghubunginya secara personal via Whatsapp. Aku tanyakan langsung lewat chat bagaimana jika aku ingin bertaaruf dengannya.

"Emang dia sudah tahu apa itu taaruf?"

Melihat dari background keluarga yang agamis, bahkan lebih agamis dari keluargaku, aku rasa dia pasti mengerti tentang taaruf yang ku maksud.

"Terus?"

Perempuan yang memiliki mata sayu itu menjawab :

[ Hubungi saja kakak ku. ]

"Kenapa lewat kakaknya bukan orang tuanya?"

Sudah ku bilang ayahnya saja pejabat penting, sudah pasti ayah dan ibunya sibuk mengurus hal lain.

Tak lama dari balasannya, aku pun segera membuat Curriculum Vitae Taaruf.

"Apaan tuh isinya?"

Biodata diri lengkap, kelebihan dan kekurangan ku, visi misi pernikahan, tidak lupa juga kriteria perempuan yang aku inginkan.

"Wah, menarik, kriteria seperti apa yang kamu tulis, Ganda?"

Tidak muluk-muluk. Secara fisik aku hanya menuliskan bertubuh kencang berisi.

"Biar enak dipeluk ya?"

Bisa jadi. Aku pun tidak tahu alasan pastinya apa. Tapi mungkin bisa jadi juga karena aku yang memiliki berat badan 57 kilogram dengan tinggi badan 169 sentimeter, merasa kurus. Jadi, ya cringe aja gitu kalau aku yang kurus bertemu dengan perempuan yang kurus juga. Saling beradu tulang nantinya.

Dia terkekeh. Tawa kecilnya membuat ruangan ini lebih ceria. Ramainya deru kendaraan dan klakson di luar jendela seakan samar dibuatnya.

"Terus-terus, kapan CV Taarufmu mulai beraksi?"

Bulan Februari.

"Bentar, berarti dia gak jadi nikah bulan Desember?"

Lihat selengkapnya