Pilihan Hati

Viola khasturi
Chapter #1

BAB 1

Perempuan berumur dua puluh dua tahun, yang telah merasakan naik turun, manis pahitnya kehidupan yang penuh perjuangan. Sampai saat ini ia gak mengerti cinta itu apa, rasanya gimana. Cinta memabukkan, gila, tapi yang ia tau cinta bukan seperti itu. Cinta itu anugrah diberikan tuhan, sangat beruntung orang yang bisa merasakannya. Merelakan, menerima, datang tanpa permisi, rasa yang sangat tidak enak jika hanya kita sendiri yang merasakan. Di umurnya sekarang, ia belum pernah merasakan cinta sesuai definisinya.

Dina Anastasia, memiliki mimpi begitu besar. Dina mengambil jurusan ilmu gizi di salah satu universitas negri di Indonesia, sekarang Dina sudah semester tujuh. Ia sekarang lagi sibuk-sibuknya untuk menyelesaikan kuliah agar tepat waktu dan mendapatkan nilai akhir yang memuaskan. Selama tiga tahun lebih ia kuliah, ia tidak pernah merasakan rasa capek luar biasa yang menguras waktu dan pikiran. Rasa capek sangat dirasakannya saat ia memasuki semester tujuh. Segala urusan harus diurus dalam satu waktu.  

“Din, gimana skripsi kamu, udah kelar?” Tanya Rima teman sekaligus sahabat Dina di kampus.

“Belum Rim masih banyak yang harus direvisi.”

“ ya ampun, apalagi sih yang salah, Din?”

“gak tau, udah Pak Haris susah banget lagi ditemui. Pak Haris lagi ada ehh... aku nya yang belum selesai, tiba aku nya udah selesai mau minta bimbingan sama bapak tu, bapaknya malah gak bisa.”

“Pak Haris kan memang sibuk, Din, makanya waktu revisi harusnya kamu udah nanya sama bapak tuh, kapan pak Haris bisanya lagi. Jadi kamunya kan gak capek.”

“hmm,” hanya gumaman yang Dina berikan

“Nanti kamu hubungi deh pak Haris, kapan bapak tu bisanya”

“Iya Rima, makasih yaa.”

Rima hanya mengangguk, dan kembali memakan mie gorengnya yang dari tadi nganggur tak tersentuh karna bicara dengan Dina. 

Dina kembali termenung banyak hal dipikirkannya sekarang, mulai skripsi yang belum kelar, capeknya KKN yang baru selesai minggu lalu. Apakah ia bisa mendapatkan IPK di atas 3,5, pikirnya. Belum lagi masalah penerbitan novel keduanya yang belum kelar. Sebenarnya kenapa skripsi Dina belum kelar masih ada saja yang harus direvisi, itu juga karna ia harus mengurusi novel keduanya yang akan segera terbit. Pikirannya menjadi bercabang-cabang.

“Din”

“Dinaa”

“apa.”

“kamu melamun, mie gorengnya dimakan tuu”

“Iya Rim, ini mau dimakan.”

“Udah jangan terlalu dipikirkan, kamu kan emang banyak yang harus dikerjakan, jadi gapapa. Mungkin kalau kamu Cuma mikirin skripsi aja, aku yakin skripsi kamu pasti udah selesai tuh, Din,” ucap Rima menyemangati.

“hehe belum tentu juga kali Rim, mungkin aku aja memilih judulnya yang rumit.”

Rima hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, “ya udah, terserah kamu aja deh.”

***

Dina sekarang lagi berjalan santai ke parkiran motor, ia ingin kembali ke kos untuk tidur. Tadi sebelum ia berpisah pulang dengan Rima, Rima memintanya untuk tidur dulu baru selesaikan skripsi, dan Dina menurutinya saja.

Jam menunjukkan pukul satu siang, Dina yang merasa hari ini sangat panas mempercepat langkahnya menuju parkiran. Dina berbelok arah dan tidak sengaja menabrak seseorang, yang kelihatannya orang itu juga lagi tergesa-gesa.

“Aduh,” kata Dina mengaduh, karna memang ia langsung jatuh terduduk ke bawah dan merasakan bokongnya yang ngilu.

Rasanya ia ingin nangis sekarang, bukan karna ia terjatuh, tapi karna memang dari kemarin bawaanya pengen nangis, ditambah hari ini skripsi masih harus direvisi dan sekarang jatuh. Rasanya segala rasa capek yang ditahan akhir-akhir ini akan tumpah sekarang.

Lihat selengkapnya