Blurb
Pilihan peran berkisah tentang seorang manager investasi muda yang sukses ( Aku ) dan baru saja menikah dan istrnya mengandung anak pertama tapi akhirnya meringkuk dalam penjara karena dipidanakan para investor setelah perusahaan merugi karena salah kelola.
Walau aku bisa menikmati fasiltis penjara yang "wah" dan mendapat hukuman yang ringan tapi karirku jatuh. Sebagian hartaku juga disita pengadilan.
Selepas dari penjara aku bertekad membangun hidup baru bersama keluargaku di kota lain. Tapi kondisi tak memungkinkan. Istriku, Nawang tak mau kehilangan karir yang diperolehnya dengan susah payah. Tak hanya itu, ayah Nawang yang sakit parkinson membutuhkan perawatan yang insentif dan biaya. Parkinson adalah penyakit syaraf yang hingga kini belum diketahui pasti penyebab dan obatnya. Sebagai mantan Direktur Perusahaan asing yang kini bangkrut, mertuaku juga mengidap power syndrome, sehingga dia menjadi sosok yang rewel dan menyebalkan. Beban semakin bertambah karena adik Nawang, Navis yang dulunya diasuh oleh neneknya dan Tante Indah sejak ibu Nawang meninggal dunia karena kanker, kini menjadi tanggungan keluargaku karena Tante Indah terkena PHK. Sementara Nanang, kakak Nawang merantau dan jarang mengirim khabar.
Hidup adalah pilihan peran. Jika dulu aku berperan sebagai anak yang pintar dan sukses hingga menjadi kebanggaan orang tua. Kini aku berperan sebagai ayah rumah tangga dan perawat manula yang sakit keras. Ini karena berbagai bisnis yang aku jalani gagal. Kami tak mampu membayar pembantu rumah tangga apalagi perawat manula.
Sementara aku terpuruk, karir istriku menanjak. Begitu pula gaya hidupnya. Berbelanja diatas kemampuan hingga memelihara banyak hewan. Kami pun terjerat hutang, Termasuk hutang kartu kredit karena kami memakai sistem gali lubang tutup lubang.
Hidup adalah pilihan peran. Jika aku dulu adalah manager investasi yang mengandalkan otak dalam bekerja. Kini aku mengandalkan otot dengan menjadi kuli bangunan di rumahku sendiri untuk menekan biaya renovasi. Sebab keinginan istriku tak sebanding dengan dana yang ada.
Hidup adalah pilihan peran, jika dulu aku pintar memanipulasi, kini aku mengunakan kepintaranku untuk memalsu resep obat mertuaku. Sebab kami tak mampu membawanya ke dokter syaraf untuk meminta resep. Dan akhirnya aku pun memberikan obat palsu pada mertuaku karena aku tak mampu membeli obat yang asli. Hingga beberapa bulan kemudian Mertuaku meninggal dunia.
Setelah mertuaku meninggal dunia, pertengkaran kami semakin memanas. Anak-anak yang semakin besar pun berubah jadi "mengerikan". Sebab mereka berani mempermalukanku sebagaimana Nawang. Saat perselisihan memuncak, aku memutuskan untuk membunuh istriku dengan mencampur obat tidur dosis tinggi di jamu pelangsing yang setiap malam ia minum.
Sayang rencana itu berubah, ketika aku membaca berita jika pasar modal Indonesia yang dulu pernah hancur kini justru menjadi salah satu yang terbaik di dunia. Tumbuh pesat. Berita ini membuatku malu sebab aku sebagai manager investasi yang dulu juga "hancur" tak mampu bangkit. Setelah "membunuh" mertuaku pelan-pelan, kini aku justru mau "membunuh" istriku.
Hidup adalah pilihan peran, jika aku dulu pandai dalam analisa saham hingga dipercaya banyak orang tapi akhirnya bangkrut, kini aku kembali ke pasar moda dengan modal seadanya dengan analisa sederhana. Perlahan aku kembali meraih kesuksesan dengan membeli saham "gorengan". Karena sadar betapa tinggi resikonya saham gorengan, aku pun menyisihkan keuntunganku untuk membangun usaha lagi. Aku memanfaatkan banyak hewan perliharaan kami untuk membuka pet shop.
Hidup adalah pilihan peran. Nawang yang meraih kesuksesan dengan menjadi kepala cabang utama sebuah bank dalam usia muda akhirnya memilih berperan menjadi istri rumah tangga sembari membantu usaha pet shop milikku. Sebab dunia perbankan menuntut banyak hal terutama penampilan hingga sering terjadi kecurangan. Dan karena kecurangan sejumlah orang akhirnya bank tempat Nawang hancur.
Setelah bertahun-tahun lelah bertukar peran, kami akhirnya kembali pada peran yang seharusnya.