Pilihan Peran

Heri Prabowo
Chapter #3

Dua

Semilir angin sepi-sepoi mengalir di dalam ruangan sidangan pengadilan. Suara Hakim yang pelan membacakan putusan atas kasusku. Kepalaku terantuk-antuk karena mengantuk. Aku sama sekali tak tertarik untuk mendengarnya. Semua sudah aku ketahui dari pengacaraku sebelum sidang.

Aku sebagai salah satu manager dinyatakan bersalah karena menipu ratusan investor yang menanamkan investasi di perusahaan tempatku bekerja. Aku dihukum 6 bulan penjara karena aku belum pernah dihukum, masih muda dan bersikap kooperatif dalam persidangan. Mobilku dan tabunganku disita untuk diserahkan pada investor. Robby, atasanku, dinyatakan buronan atau DPO karena membawa kabur sebagian besar dana yang milik para investor. Sedangkan Jonas, atasanku yang juga adik Robby dihukum sama denganku karena dituduh terlibat tapi karena sakit maka dia berstatus tahanan kota. Rumah mewahnya juga disita seperti rumahku.

Itulah isi putusan sidang yang bertele-tele agar seolah kasus ini benar-benar rumit untuk diselesaikan sehingga ratusan investor yang jadi korban lelah mencari keadilan,

***

Begitu hakim mengetuk palu. Kegaduhan pun terjadi. Puluhan investor yang marah karena rendahnya hukuman untuk aku dan Jonas serta kecilnya aset yang disita membuat mereka marah. Tapi pengacara kami sudah siap sedia. Beralasan Jonas yang masih sakit dengan cepat aparat mengamankan kami dari serbuan pengunjung sidang serta awak media. Aku dan Jonas langsung menaiki ambulance yang sudah terparkir di halaman pengadilan.

Dalam ambulance, Jonas tak bisa menahan tawanya mengingat sandiwaranya berpura-pura sakit. Jonas memang datang ke ruang sidang dengan kursi roda. Di lengannya bahkan menacap jarum infus. Wajahnya dibedaki hingga tampak pucat.

Aku menatap wajah licik itu dengan kesal.

Lihat selengkapnya