“ Apa merk susu yang diminum Naro, “ tanya Nawang lewat telpon di siang hari. Aku tercekat dan kebingungan. Sebab Naro mengkonsumsi bermacam-macam merk susu. Dari yang murah hingga mahal. Dari SGM hingga S26. Tergantung kondisi dompetku. Walau begitu aku jawab S26 agar Nawang senang.
Malam harinya Nawang menjelaskan jika tadi siang ia dan teman-teman sekantornya mengobrol soal susu anak mereka.
“ Aku bingung saat ditanya susu yang diminum Naro. Sebab katamu sudah bukan S26 tapi diganti yang lebih murah. “
Aku lantas ke dapur mengambil kotak susu S26, dan menunjukkannya ke Nawang. “Sempat aku ganti sebentar. Tapi sekarang S26 lagi. “ jelasku berbohong. Sebab kotak susu S26 itu adalah kotak lama yang aku simpan. Susu yang di dalam toples sebenarnya susu SGM.
Walau aku sukses berbohong, cerita Nawang tadi membuatku kesal. Sebab menunjukan betapa tidak pedulinya Nawang atas pertumbuhan anaknya. Ibu macam apa yang tak tahu susu yang diminum anaknya. Jika terhadap Naro Nawang kurang peduli apalagi terhadap ayahnya. Ia tak hiraukan saat aku ingatkan obat Papa yang hampir habis dan aku tak punya uang.
Akhirnya saat malam tiba, kami bertengkar sebab kondisi Papa menurun dratis karena tak ada obat yang tersisa untuk diminumnya..
“ Seharusnya kamu bicara padaku saat obat Papa tinggal sedikit. Bukannya sudah habis. Malam-malam begini, kita mau beli dimana. Kamu tahu bagaimana kondisi Papa jika tak minum obat. “