Pilu si bungsu

Nurajizah
Chapter #1

Chapter #1 The Simple Family Who love each other

Namaku Ailin, aku 3 bersaudara kakak pertamaku laki-laki bernama Aldo dan kakak perempuan ku bernama Alea. Kedua kakak ku sudah menikah, dan mereka sudah berpisah rumah. Rumah Ka Alea di luar kota dan Rumah Kak Aldo berdekatan dengan rumah Orangtuaku.

Dirumah, rasanya aku seperti anak tunggal. Seluruh kasih sayang tumpah kepadaku. Walaupun aku terlahir dari keluarga sederhana namun aku tidak pernah sedikit pun kekurangan kasih sayang orangtua.

Kedua orang tuaku Petani, tak jarang aku selalu ikut ke sawah untuk sekedar bermain lumpur sawah. Saat teman-temanku berlibur ke pantai akupun tak mau kalah aku berlibur ke sungai. Padi sudah mulai siap ditanam banyak sekali belalalang disana. Aku menangkap belakang untuk dijadikan lauk nanti nya. "Ailin, sini bawa ayakan bambunya nya disini banyak sekali ikan kecil" teriak bapak dari pinggir sawah. Membuatku segera menutup botol untuk dijadikan wadah belalang hasil tangkapan ku. Bergegas aku menghampiri bapak. Benar saja banyak sekali ikan kecil disana. Aku segera menangkap ikan ikan itu. Aku menghampirinya saat aku mulai menyaring ikan kecil, Bapak terlihat sombong ketika memperlihatkan bagaimana dia berhasil menangkap belut dan ternyata bapak sudah mengantongi banyak sekali belut tapi kali ini belut yang ditangkap malah kabur. "Makanya jangan sombong mentang mentang bisa nangkap belut" Sahut ku pada bapak yang pura pura tidak mendengar.

Matahari sudah mulai meninggi, kumandang adzan pun sudah mengingatkan agar kita berhenti bekerja dan menunaikan kewajiban sebagai umat muslim. Akhirnya kami pulang. "Eh ada kelapa hijau tuh, bapak naik dulu kamu tunggu disini" Ucapnya saat kami menuju pulang. 3 buah kelapa muda dimasukan kedalam karung. Kami berjalan sekitar 20 menit. "Udah pulang kalian? " tanya mamah yang sedang membereskan kayu di belakang rumah. "Ailin banyak dapat ikan, belalang, dan bapak dapat belut banyak mamah goreng ya" Ucapku sembari memberikan ember berisi ikan dan belut. Kulihat mamah langsung membersihkan ikan dan belut yang akan dimasak. "Mandi dan sholat dzuhur gih, biar wangi anak gadis mamah walaupun hitam anak mamah paling cantik" Rayuan mamah memang tiada duanya. Bagaimana tidak aku tidak hitam beda dari kedua kakak ku, kerjaanku cuma ikut ke sawah, hujan hujanan dan perosotan di tebing tanah.

Tercium aroma Cobek Belut membuat perut semakin keroncongan, ku bantu mamah menyiapkan alas tikar karena kami tidak punya meja makan, kusiapkan piring dan nasi ke dalam rumah panggung kami karena kalau didapur masih alas tanah. Kulihat diluar bapak sedang membelah kelapa muda. Ah sudah tidak sabar rasanya. Semua hidangan sudah siap, kami bertiga mulai menikmati masakan mamah yang enak nya seperti Restaurant Bintang Lima "Ayo baca doa dulu sebelum makan" Ucap bapak sambil mengunyah. Kami tertawa karena tingkah bapak mengunyah sambil berdo'a. Kami makan dengan penuh kebahagiaan.

Duaaaaaar, suara petir seperti menandakan akan turunnya hujan, awan pun menghitam seperti tidak kuat membendung air dan tumpah menjadi rintikan hujan. Aku pergi ke kamar mungil, sempit dan tidak teratur tapi cukup hangat untuk merebahkan badan kecilku. Tidur terlentang sembari mengangkat kaki diarahkan ke jendela tanpa kaca, kulihat rintik hujan yang semakin banyak, semilir angin membuatku terlelap tidur.

"Ailin, bangun udah jam 5 sore, kamu belum sholat ashar" Teriak mamah mengagetkanku.

"Iya mah" Jawabku lunglai. Aku segera berwudhu dan menunaikan sholat Ashar, karena hujan deras aku mengaji dirumah saja.

"Audzubillahiminassyitonnirazim Bismillahirrahmanirrahim ...." Kulantunkan ayat suci Al-quran sembari menunggu adzan maghrib. "Ailin, magrib berjamaah yuk nak" Sahut mamah. Aku menghampiri mamah dan Bapak yang sudah bersiap di tengah rumah untuk menunaikan sholat magrib berjamaah (karena waktu itu kami belum punya mushola sendiri) . Kami selalu melaksanakan sholat berjamaah hingga isya dan berakhir dengan doa oleh Bapak.

"Dingin dingin kayak gini enaknya makan pisang goreng nih mah" Rayu Bapak

"Bukanya enak, itu keenakan namanya pak, yaudah mamah goreng dulu" jawab mamah sambil pergi menuju dapur

Aku sayang mamah, mamah selalu patuh apa yang Bapak mau walaupun ia terlihat lelah karena seharian mengurus rumah sendiri. Ku bantu mamah untuk sekedar mempersiapkan piring.

Goreng pisang hangat dan teh tawar menemani malam yang dingin ditemani nonton VCD Kisah Bang H Rhoma Irama, karena Bapak sangat mengidolakan bang Haji Rhoma.

"TitTiiiiittiiiiiiit" suara klakson mobil mengagetkan kami terlihat pancaran lampu mobil menyerot ke arah jendela rumah. Bapak segera membuka pintu rumah. Aku dan mamah menyusul Bapak dari belakang.

Lihat selengkapnya