PINJAM DULU SERATUS

Euis Shakilaraya
Chapter #3

Meniti Karir

Putri adalah anak bungsu dari tiga bersaudara. Sempat keras kepala ingin kuliah mengambil jurusan fashion design demi mengejar cita-citanya untuk menjadi seorang pemilik butik fashion yang sukses, tetapi mamanya memaksa Putri untuk kuliah di Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Mamanya mengatakan jika tujuan akhirnya adalah memiliki bisnis di bidang fashion, dia tidak perlu menjadi seorang fashion designer. Dia justru harus mempelajari ilmu Ekonomi dan Bisnis. Selain berguna untuknya membangun bisnis suatu hari nanti, latar pendidikannya bisa digunakan untuk bekerja di perusahaan besar.

Putri yang saat itu merupakan remaja yang baru merayakan ulang tahun ke 18, akhirnya menuruti keinginan orang tuanya. Padahal dia yang seringkali merasa diasingkan di keluarga karena terlahir sebagai bungsu dan selalu dianggap anak kecil, hanya bisa melampiaskan perasaannya pada fashion. Putri senang memadukan pakaiannya dengan aksesori dan mengikuti tren pakaian terbaru. Hal tersebut membuatnya memiliki selera mode yang tinggi.

Setelah lulus kuliah, berbekal impian dan keyakinan, dia berakhir di perusahaan fashion dan mulai bekerja sebagai staf keuangan. Seolah takdirnya selalu berakhir di tujuan yang sesuai dengan keinginannya, dia merasa sudah berada di jalur yang benar untuk mencapai impiannya. Dia hanya perlu bekerja lebih keras.

Aji yang saat itu sudah menjadi manajer di perusahaan tersebut, sangat terkesan dengan hasil kerja Putri dan mulai mendambakan perempuan itu. Selain karena Aji memang orang yang tidak suka berbasa-basi, Putri juga mulai memasuki usia yang tepat untuk menikah, entah ide buruk siapa awalnya, Aji melamar Putri dan mereka pun bertunangan.

“Kamu yakin kalau dulu kamu membatalkan pernikahan dengan saya memang karena kamu nggak menemukan masa depan yang kamu cari di hidup saya?” tanya Aji di lift yang akan membawanya turun ke lobby.

Putri terjebak hanya berdua dengannya di lift karena terpaksa membantunya membawakan boks barang-barang milik Aji. Putri memilih untuk diam saja karena pasti akan berujung dengan perdebatan tiada akhir.

“Ini hari terakhir saya kerja di sini setelah satu bulan mengerikan karena saya harus serah terima rincian pekerjaan terakhir saya ke kalian. Jadi saya berharap akan mendapatkan jawaban terbaik untuk semua pertanyaan saya selama tujuh tahun ini," desak Aji.

“Kamu benar. Tapi jawaban aku tetap sama. Jalan kita berbeda. Target dan pencapaian yang kamu buat tidak sesuai dengan impian yang aku inginkan. Kamu terlalu mencintai diri kamu sendiri, Ji," tutur Putri.

“Impianmu soal membangun bisnis sendiri di bidang fashion itu?” tanya Aji. Putri mengangguk.

“Setelah menikah hampir tujuh tahun dengan Bagas, kamu bahkan belum memulai apapun tentang membangun bisnis impian kamu itu," sindir Aji tajam. Putri menatap Aji kesal.

Hati Putri bergemuruh. Sepuluh kali lipat lebih baik rumah tangganya dengan Bagas yang memiliki tujuan meski proses mencapainya tidak mudah daripada bersama dengan Aji yang hanya fokus dengan pencapaian pribadinya dan ide gila keliling dunianya untuk menjadi makhluk nomaden tanpa memiliki tempat untuk pulang.

Semua makian yang ditujukannya pada Aji disimpan dengan baik di hati Putri. Dia tidak ingin membahas lagi yang sudah terjadi. Apalagi kini dia sudah bahagia bersama Bagas. Lift berhenti dan terbuka. Aji melangkah keluar. Putri mengekor di belakang. Dia menyerahkan boks milik Aji dan mengulurkan tangannya.

“Ada rencana mau ngapain setelah ini?” tanya Putri.

“Membangun bisnis di bidang fashion mungkin?” ledek Aji sembari mengedikkan bahunya. Putri menarik tangannya kembali. Tak sudi berjabat tangan dengan Aji. Laki-laki itu berjalan menjauh sambil tertawa.

Benar saja, hari ke hari berjalan sangat berat bagi mereka mempertahankan perusahaan agar tidak mengalami kebangkrutan. Para staf marketing dan sales bekerja lebih keras lagi untuk menaikkan penjualan. Peran penting Aji mulai terasa saat dia sudah tidak ada.

Lihat selengkapnya