PINJAM DULU SERATUS

Euis Shakilaraya
Chapter #4

Ibu Rumah Tangga

Bagas bekerja sebagai kepala divisi pada sebuah perusahaan konstruksi yang selalu memberikan bonus tahunan cukup besar. Perusahaannya menjadi salah satu perusahaan konstruksi yang sering memenangkan tender mega proyek pemerintah. Terkini, perusahaan Bagas juga disebut akan menangani pembangunan proyek ibu kota baru di Kalimantan. Sejak ibunya meninggal, sebagai anak laki-laki satu-satunya di keluarga, Bagas memiliki tanggung jawab yang besar kepada bapak dan adik-adiknya. Putri sempat merasa keberatan, tetapi setelah pertengkaran yang cukup hebat dan menguras tenaga serta menyakiti perasaannya, Putri mulai berdamai dengan dirinya sendiri. Dia tidak bisa mengubah orang lain, tapi berusaha sekuat tenaga untuk menahan diri demi keutuhan keluarga kecilnya. Hal itu juga yang membuat Putri mati-matian mempertahankan pekerjaannya. Dia tidak ingin Bagas meremehkannya jika nanti dia sudah tidak memiliki penghasilan sendiri dan hanya bergantung padanya.

Menjadi seorang ibu rumah tangga yang bekerja, bukan tujuan akhir Putri. Dia masih ingin membangun bisnisnya sendiri. Impian yang diremehkan oleh Aji dan dipandang sebelah mata oleh mamanya. Tapi Putri memiliki keyakinan yang sama sejak dia memantapkan hatinya. Dia yakin bisa mewujudkan impiannya itu.

“Kamu makin sering pulang telat, Put.” Bagas memulai pembicaraan di meja makan yang hening. Saat itu pukul 20.00 dan Putri baru saja sampai ke rumah.

“Perusahaan sempat collapse kemarin.”

“Kamu mau sampe kapan kerja di sana?” tanya Bagas.

“Sampe tabunganku cukup untuk membuka bisnis sendiri," jawab Putri.

Bagas menghela napas.

“Anak kita udah tiga. Dhiya tumbuh jadi anak yang kasar, pemarah, dan nggak sayang adik-adiknya. Zain jadi cengeng. Lili udah 1 tahun. Sedangkan kamu di mana?”

Tenggorokan Putri terasa sakit. Dia menahan air matanya sekuat tenaga agar tidak menetes dan membuat suaranya gemetar. Seharusnya pertanyaan itu berlaku juga untuk Bagas. Putri merasa hanya dia yang disudutkan. Padahal, mendidik anak bukan hanya tugas seorang ibu.

“Aku akan bertahan sampai tabunganku cukup," tegas Putri.

“Gimana kalau aku bantu modalin? Masih kurang berapa?” Pertanyaan Bagas mulai melukai harga dirinya.

“Kamu udah janji akan mendukung impian aku, Bagas.”

Yes, I’am.”

“No, You don’t!”

“Aku menghargai dan mendukung impian kamu. Makanya aku mau modalin impian kamu itu biar kamu bisa lebih fokus sama anak-anak di rumah.” Bagas masih berusaha menjelaskan maksud hatinya kepada Putri.

Putri beranjak meninggalkan Bagas yang terlihat sebentar lagi akan meledak. Dia masih ingat betul perkataan Bagas sebelum mereka menikah. Bagas akan selalu menghargai, mendukung impian Putri dan membantunya untuk mewujudkan semua impian itu karena Bagas memiliki gagasan yang sama. Kini semua perkataan suaminya itu tidak memiliki kekuatan yang sama. Hanya terdengar seperti omong kosong belaka.

***

Putri mendorong troli belanja. Tangannya sudah terlatih memilih barang yang diperlukan dan akan dibelinya. Tari melakukan hal yang sama. Mereka berjalan beriringan.

“Aku lihat berita kemarin, katanya di Wuhan banyak orang meninggal," ucap Putri. “Katanya, meninggal karena virus," tambahnya.

Seluruh stasiun televisi mulai dipenuhi pemberitaan mancanegara tentang virus yang menyebabkan sebuah kota mengalami kelumpuhan dan harus diisolasi karena penyebaran virus yang diidentifikasi sebagai Novel Coronavirus 2019. Tari tidak pernah menyangka sedikitpun kalau virus tersebut nantinya akan menggemparkan seluruh dunia sekaligus menciptakan krisis di hidupnya dan Putri. Ada ribuan istri yang kehilangan suami, anak kehilangan orang tua dan orang tua yang kehilangan anak, kerabat dekat, tetangga, sahabat, teman satu komunitas dan para tenaga medis yang ikut gugur dalam tugasnya merawat pasien penderita virus.

Lihat selengkapnya