PINJAM DULU SERATUS

Euis Shakilaraya
Chapter #5

Wabah

Tari harus menghadapi tahun-tahun tersulit karena wabah mematikan yang menyerang seluruh dunia itu merenggut seseorang yang sangat dia cintai. Saat itu, pemerintah langsung membentuk satgas khusus untuk menangani penyebaran virus dan menyediakan ruang isolasi di setiap rumah sakit rujukan untuk mengkarantina orang yang bergejala.

Imbauan menggunakan masker sebagai salah satu upaya agar terhindar dari penyebaran virus, membuat masker kesehatan mendadak naik daun. Harganya melonjak hingga 100 persen lebih. Tidak hanya masker kesehatan, beberapa bahan pokok yang diserbu masyarakat pun mulai langka karena gelombang pertama penyebaran virus COVID-19. Pemerintah menghimbau larangan keluar rumah dan mendesak seluruh perusahaan dan berbagai instansi untuk memberlakukan sistem bekerja dari rumah.

Perusahaan tempat Tari bekerja membentuk tim untuk mengatur sistem bekerja dari rumah dan beberapa solusi lainnya agar produksi dan pemasaran produk tetap berjalan tanpa kendala.

“Untuk staf kantor kita bisa berlakukan sistem kerja dari rumah secara bergantian dari masing-masing departemen. Kepala departemen harus membuat grup khusus mobilitas pekerjaan dan melaporkannya secara berkala," ucap Direktur Utama yang baru kali ini terlihat meluangkan waktu untuk memberikan instruksi secara langsung.

Tari memperhatikan wajah-wajah tertutup masker yang dipenuhi dengan gurat kekhawatiran dan perasaan gelisah ingin buru-buru kembali ke rumah masing-masing.

“Kalau ada Aji, Pak Dirut nggak akan turun langsung," bisik Putri pada Tari. Dia mengangguk setuju.

“Bagian marketing mengajukan kerja full dari rumah, Pak," usul Tari, kemudian dihujam tatapan kebencian dari seluruh pasang mata dalam ruangan.

“Alasannya?”

“Kami tetap bisa bekerja maksimal dari rumah. Tim kami akan membuat materi pemasaran digital dan menghubungi beberapa BA kita untuk ikut menyuarakan agar masyarakat mengurangi kegiatan di luar rumah demi menjaga keluarga yang kita cintai. Image yang positif membuat orang-orang akan terdorong untuk menghabiskan uang mereka dari rumah dan berbelanja produk kita melalui marketplace," jelas Tari.

“Baiklah. Bagaimana dengan yang lain?”

Seseorang mengetuk pintu ruang meeting secara brutal dan menerobos masuk dengan napas tersengal.

“Pak, saya dikabari kalau ada tujuh orang dari perusahaan kita yang positif covid dan sedang diisolasi di rumah sakit terdekat rumahnya," ucap Sandra, sekretaris Direktur Utama yang mendapatkan laporan secara langsung dari bagian HR.

***

Saat itu, sosial distancing mulai diberlakukan oleh pemerintah. Bangku-bangku transportasi umum ditandai X yang artinya tidak boleh diduduki karena bukan jarak aman.

“Biarin aku ngerawat kamu.” Tari bahkan tak bisa mendengar tangisannya sendiri karena begitu takut kehilangan Malik yang terlihat sangat pucat setelah dinyatakan positif terpapar COVID-19.

Malik yang keras kepala tidak mau dirawat di rumah sakit. Dia menginginkan untuk isolasi mandiri di rumah. Tari menyiapkan segalanya dan mengurus suaminya dengan penuh perhatian. Sayangnya, mereka hanya bisa berkomunikasi lewat video call saja.

“Nggak perlu. Kamu harus menjaga jarak biar nggak tertular.” Malik keras kepala. Tari hanya bisa berdiri di depan pintu kamar yang tertutup dan melihat suaminya dari layar ponsel sedang terbaring lemah di kasur.

“Kalau begitu lebih baik kita ke rumah sakit.” Tari masih berusaha membujuknya.

“Dan meninggal dalam keadaan sendirian?” Suara Malik sinis.

Lihat selengkapnya