PINJAM DULU SERATUS

Euis Shakilaraya
Chapter #8

Keputusan

Setelah pertengkaran terakhirnya dengan Bagas, Putri menghabiskan berbulan-bulan lamanya untuk melakukan riset pasar dan persiapan pembukaan bisnisnya. Putri ingin memproduksi pakaian dengan konsep limited edition yang hanya mengeluarkan 5 produk untuk setiap desain dan hal tersebut membutuhkan modal lebih besar karena semakin sedikit jumlah pesanan, maka biaya produksinya akan lebih tinggi. Dia memperhitungkan semuanya dari mulai pemilihan bahan, desain produk, konveksi, toko online di marketplace dan promosi.

Putri sempat menghubungi Tari saat disibukkan dengan persiapan bisnis barunya. Dia bertanya tentang strategi pemasaran. Tari pun memberikan tips untuk melakukan promosi secara online dan beberapa trik agar produknya bisa terjual laris di pasaran. Namun saat itu, perusahaan Tari mulai memberlakukan kembali sistem kerja di kantor dengan konsep new normal. Hidup berdampingan dengan COVID-19. Kesibukan memenuhi tenggat perusahaan, membuat Tari sangat sibuk dan semakin jarang berkomunikasi dengan Putri.

Tok tok.

Seseorang mengetuk ruangan meeting saat Tari dan tim sedang berkelahi dengan perbedaan pendapat yang alot. Putri melambaikan tangan. Tari masih bisa merasakan senyum lebar sahabatnya di balik masker dan langsung memberikan isyarat agar Putri menunggu di ruangan Tari sampai dia menyelesaikan rapat yang begitu menguras tenaga.

“Luar biasa meeting pagi ini.” Ucapan Tari dibalas tawa oleh Putri.

Weekend ini ada acara?” tanya Putri. Tari menggeleng.

“Kenapa, Put?”

“Rencananya mau syukuran sekaligus grand opening Sabtu ini.”

“Dengan senang hati aku pasti datang, Put. Acaranya di rumah?” tanya Tari.

“Aku memutuskan untuk membuka butik juga, Tar. Ada ruko yang disewakan nggak jauh dari rumah. Renovasi dan desain interior butiknya udah finishing sih, makanya aku pengen grand openingnya hari sabtu," jelasnya.

Saat itu Tari dibuat tidak bisa berkata-kata karena sangat bangga dengan keputusan dan pencapaian Putri yang awalnya terlihat sangat mustahil mengingat kesibukannya bekerja dan betapa padatnya keseharian dia sebagai ibu dari tiga anak. Namun sesuatu yang sudah ditakdirkan, terkadang memang akan menemukan caranya sendiri untuk sampai pada pemiliknya. Tari pikir, mungkin inilah maksud dari Putri terkena PHK agar dia bisa mewujudkan impiannya setelah sekian lama. Tari memeluk sahabatnya penuh haru.

“Selamat ya. Insya Allah aku datang," ucap Tari dengan mata berkaca-kaca.

“Kamu boleh ajak Aryan," goda Putri.

“Hei! He’s just a friend.” Tari terbahak. Dia memang sempat bercerita sekilas tentang pertemuan tak sengajanya dengan Aryan kepada Putri. Tari tak menyangka sahabatnya itu akan menyinggungnya. Dia bahkan tidak menceritakan pertemuan-pertemuan selanjutnya pada Putri.

“Memangnya nggak boleh ajak teman ke acaraku? Boleh dong," kilah Putri.

“Tadinya aku pikir kamu akan menjual produk kamu hanya melalui toko online, Put. Kenapa berubah pikiran?” tanya Tari mencoba mengalihkan pembicaraan.

“Aku juga tadinya mikir gitu. Tapi ternyata mimpiku lebih besar, Tar. Aku lihat ada ruko yang disewakan. Harga sewanya cocok. Lokasi strategis. Ya muncul aja keberanian entah dari mana," jawab Putri dengan mata berbinar.

***

Tari mengakui bahwa godaan Putri saat itu sangat memengaruhinya. Dia memikirkan hal itu semalaman. Sejak Aji dan Putri sibuk dengan kehidupannya masing-masing, Tari yang masih berkutat dengan pekerjaan dan bertahan hidup hari ke hari hanya bermodalkan kenangan indah bersama Malik, merasa sangat hampa. Entah sejak kapan sosok Aryan mulai memenuhi harinya kembali dengan kehadiran seorang teman.

Bunyi alarm pagi ini terasa sangat mengagetkan. Itu semua karena Tari kesulitan memejamkan mata semalam saat mempertimbangkan tawaran Putri untuk mengajak Aryan ke grand opening butiknya. Tari bergegas mandi dan sarapan kemudian menyiapkan masakan simpel untuk bekal makan siang. Ponselnya berdering.

“Saya harap kamu nggak memutuskan untuk naik mobil hari ini.” Suara lembut Aryan menghampiri telinganya. Tari tertawa.

“Why?”

“Saya mau ajak kamu naik mobil baru," ucap Aryan ceria. Tari membayangkan sekilas mata Aryan yang selalu berbinar. Perempuan itu tersenyum.

“Wah. Aku kira kamu lebih senang naik transportasi umum karena terbiasa di luar negeri. Akhirnya beli mobil juga," ledek Tari.

“Mobil ini udah saya beli dari minggu pertama saya sampai ke Indonesia. Tapi baru hari ini saya bisa pakai. Dan sebagai bentuk kemurahan hati, saya akan ajak kamu untuk jadi penumpang pertama.”

“Jadi karena kemurahan hati kamu, aku harus naik transportasi umum hari ini biar bisa pulang kerja naik mobil baru kamu?”

“Benar sekali.”

Lihat selengkapnya