PINJAM DULU SERATUS

Euis Shakilaraya
Chapter #10

Tidak Membuahkan Hasil

Sudah satu bulan berlalu sejak Tari mendapatkan kejutan di depan rumahnya. Dia selalu menanyakan kabar Putri secara berkala. Memastikan kondisi sahabatnya itu selalu dalam keadaan baik-baik saja. Tari masih tak menyangka lingkaran setan pinjaman online akan menjerat salah satu orang terdekatnya. Setelah kejadian hari itu, Tari pun mulai mencari tahu lebih banyak tentang beberapa kasus pinjaman online.

“Kamu kenapa tiba-tiba sibuk nyari tau soal pinjaman online. Ada masalah?” tanya Aryan yang sedang mengajaknya makan pasta di restoran yang baru buka. Tari menggeleng. Aryan tidak bertanya lebih lanjut. Dia hanya menjawab dengan menyenangkan semua pertanyaan Tari terkait kasus pinjaman online.

Pinjaman online atau lebih dikenal dengan sebutan pinjol sudah mulai beredar sejak lama. Ketika pandemi COVID-19 mewabah, pinjol semakin populer. Tidak ada yang lebih menarik selain mendapatkan uang tunai dengan mudah di tengah kesulitan ekonomi yang melanda. Persis seperti menemukan oasis di tengah gurun pasir.

Begitu banyak kasus kejahatan yang dipicu oleh utang pinjol. Bahkan ada ratusan mahasiswa menjadi korban penipu yang menyalahgunakan data pribadinya untuk menarik pinjaman. Ada juga seorang mahasiswa senior yang tega membunuh juniornya sendiri demi menguasai harta korban dan menggunakannya untuk melunasi utang pinjol. 

Desakan dan ancaman dari para penagih membuat banyak orang menjadi gelap mata dan tak lagi berpikir jernih. Tari merinding membaca berita, ada yang sampai hati memutilasi korban untuk menghilangkan bukti pembunuhan. Perempuan itu hampir muntah dan tak sanggup lagi mencari tahu dampak buruk akibat terlilit utang pinjol.

Ponsel Tari berdering Putri memanggil. Dia menggeser layar ponsel dan menerima panggilan telepon Putri.

“Tar, kemarin-kemarin Mama sekarang Papa dihubungi juga sama DC. Tinggal nunggu waktu sampe Bagas tahu.” Suara bergetar Putri menandakan bahwa perempuan itu benar-benar panik. Setelah membaca banyak tentang pinjol, Tari tahu bahwa DC adalah singkatan dari debt collector. 

“Kamu di mana sekarang?”

“Aku? Aku nggak tahu ini di mana. Tadi langsung keluar rumah dan berhenti di sini. Sebentar aku lihat sekeliling dulu.”

“Kirim lokasi terkini kamu sekarang. Aku jemput. Jangan ke mana-mana.”

Tari menggamit tas dan bangkit meninggalkan pasta yang baru habis setengah. Aryan terkejut dan langsung memegang ujung baju perempuan itu untuk menghentikan langkahnya.

“Siapa yang telepon? Kamu mau ke mana?” cecar Aryan.

“Nanti aku hubungi kamu.” Tari mencoba melepaskan diri dari Aryan.

“Lestari!” Nada bicara Aryan meninggi. Tari tersadar bahwa tubuhnya gemetaran. Dia sangat takut sesuatu terjadi pada Putri. Air mata menetes begitu saja.

“Aku harus pergi. Putri butuh aku," ucapnya terbata-bata.

“Perlu saya antar?” tawar Aryan. Tari menggeleng.

“Baik, kabari saya kalau terjadi sesuatu." Aryan terpaksa membiarkan Tari pergi. Perempuan itu mengangguk dan langsung berlari menuju parkiran restoran.

***

Wajah polos Putri terlihat sangat kebingungan. Badannya menjadi lebih kurus dari yang pernah Tari ingat sebelumnya. Matanya sembab. Masih ada bekas air mata yang dia seka dengan kasar. Tari lama terdiam menunggunya lebih tenang. Meski sebenarnya dia juga perlu menenangkan diri. Tari menemukan Putri sedang berjongkok di depan sebuah lembaga simpan pinjam uang. Keadaannya sangat kacau dan berantakan. Tari buru-buru memapahnya ke dalam mobil.

“Put, it’s oke. Nggak apa-apa," ucap Tari.

“Tar, rasanya mau mati aja. Gimana kalau Bagas sampai tahu?”

“Justru kamu harus kasih tahu Bagas. Biar bagaimanapun dia suami kamu. Dia nggak akan ninggalin kamu saat terpuruk kayak gini. Kamu harus percaya sama dia.” Tari mencoba meyakinkan sahabatnya sekali lagi. Putri tidak akan bisa menghadapi semuanya sendirian. Tari sangat takut Putri akan melakukan hal bodoh jika terus seperti ini.

“Nggak bisa, Tar. Nggak bisa.”

“Sekarang gini, kenapa Mama sama Papa sampe dihubungin sama DC?”

“Mereka bisa pindai isi kontak aku. Kalau ada keterlambatan, yang pertama dihubungi itu kondar.”

“Kondar?” Tari mengernyitkan dahi. Putri balas menatap Tari dengan tatapan heran.

“Kamu nggak tau kondar?” Putri balik bertanya. Tari menggeleng.

“Kontak darurat, Tar," ucap Putri. Tiba-tiba saja dia terbahak sambil menutup wajahnya yang berurai air mata.

“Ini gila sih. Aku kira semua orang tau istilah-istilah yang biasa aku pake. Ternyata nggak semuanya.” Putri tertawa renyah. Tari ikut tersenyum.

Faktanya, pinjol telah merenggut banyak hal berharga dan membuat Putri kehilangan jati dirinya. Siapa sangka seseorang yang sangat pintar membuat rancangan keuangan dan perencanaannya selalu disertai riset mendalam bisa ada di titik ini.

Lihat selengkapnya