“Makasih banyak ya, mbak Maya. Saya nggak tahu gimana hidup saya kalau nggak ada mbak," ucap Ratna, perempuan yang tiga tahun lebih tua dari Maya. Perempuan itu mengusap punggung telapak tangan Ratna.
“Sama-sama ya. Cuma ini yang bisa saya lakukan," balas Maya.
Ratna, salah satu korban pinjol yang menghubungi Maya sekitar dua bulan yang lalu. Dia menemukan iklan yang Maya pasang di instagram saat sedang scroll video reels.
Anda terlilit utang pinjol dan sudah tak sanggup untuk membayar? Jangan bunuh diri. Silakan hubungi saya di nomor 08*****.
Kira-kira begitulah bunyi caption provokatif yang Maya iklankan bersama gambar monster berisi logo aplikasi pinjol yang melahap manusia. Maya tidak membantu Ratna untuk melunasi utangnya. Penghasilan perempuan yang bekerja sebagai freelancer dan konten kreator itu belum bisa untuk membantu seluruh umat manusia. Namun, tenaganya yang melimpah ruah sengaja dia gunakan untuk membantu para korban pinjol agar bisa menghadapi masalah dengan kepala jernih tanpa harus membunuh atau bunuh diri.
Berawal dari sering berkumpul dengan para ibu-ibu di sekolah anaknya, Maya mulai mengamati yang aktif bersosialisasi dan tidak. Ada yang sering tiba-tiba absen mengantar anaknya ke sekolah dan menghapus sosial medianya. Begitu juga dengan whatsapp yang tidak ada gambar profilnya, tidak bisa dilihat oleh kontak, fitur terakhir dilihat yang dimatikan, menonaktifkan laporan baca, dan masih banyak lagi hal yang mencurigakan.
Setelah Maya menelusurinya, ternyata mereka sedang terlibat masalah dengan para DC pinjol. Maya juga melihat banyak sekali berita negatif tentang dampak terlilit utang pinjol dari mulai depresi, merampok, membunuh, hingga bunuh diri. Saat itulah dia mulai mencari tahu lebih banyak tentang pinjol agar dapat membantu mereka.
Ratna adalah seorang ibu rumah tangga yang memiliki empat anak. Anak tertuanya baru saja masuk kelas 5 SD. Sedangkan suaminya yang merupakan tukang bangunan, hanya bekerja saat ada yang mengajak atau tetangga yang mempekerjakan. Semuanya baik-baik saja sampai suaminya terjatuh saat bekerja dan mengalami cedera kaki.
Selama hampir tiga bulan mereka tidak memiliki pemasukan sama sekali. Ratna akhirnya mencoba meminjam uang kepada saudara dan tetangga namun tidak ada yang memberikan pinjaman. Desakan ekonomi untuk kebutuhan sehari-sehari membuat perempuan itu akhirnya menarik pinjaman di aplikasi pinjol.
Awalnya dia hanya meminjam lima ratus ribu dengan 6 kali cicilan, tetapi seiring berjalan waktu, hutangnya sudah sampai di angka delapan juta rupiah karena terus menerus menarik pinjaman untuk membayar cicilan kemudian ditarik lagi. Dia bertahan seperti itu selama berbulan-bulan. Hingga akhirnya limit pinjamannya habis dan dia tidak bisa membayar cicilan bulan berikutnya.
“Mbak Maya, terima kasih traktiran makannya. Saya duluan ya," ucap Ratna beranjak dari duduknya.
Maya mengangguk dan tersenyum mengantarnya sampai keluar dari kafe dan membiarkannya berjalan kaki menuju rumahnya yang ternyata hanya beberapa blok dari kafe langganan Maya. Perempuan itu mengeluarkan ponselnya dan langsung menelepon Karina, anak semata wayangnya.
“IBU! Aku udah nunggu lebih dari 30 menit. AH!” Suara lantang Karina membuat Maya refleks langsung menjauhkan ponsel dari telinga.
“Ibu udah deket. Kamu tunggu sebentar sambil jajan es krim dulu aja," ucap Maya buru-buru merapikan barang-barangnya.
Berusaha mati-matian membantu para korban pinjol untuk menghadapi para penagih, tapi Maya tetap merasa kesulitan menghadapi anaknya sendiri.
***
Maya tak dapat menahan tawanya melihat Karina yang tak berhenti memarahinya karena Maya terlambat menjemputnya.
“Aku udah bilang, kan kalau ibu telat jemput aku di tempat les, aku bakal bilang ke ayah?” omel Karina.
“Jangan dong. Ayah kan lagi tugas. Nanti disangkanya ibu nggak urus kamu dengan baik," bujuk Maya.
“Ibu tuh sibuk jadi joki pinjol?” Pertanyaan Karina menusuk jantung ibunya. Maya pura-pura meringis kesakitan.