PINJAM DULU SERATUS

Euis Shakilaraya
Chapter #14

Seni Menyembunyikan Bangkai

Pernah ada ungkapan tentang sepandai-pandainya menyembunyikan bangkai, baunya pasti akan tercium juga. Ungkapan tersebut menyiratkan bahwa kejahatan atau kebohongan pada akhirnya akan terungkap bagaimana pun caranya.

Tak ada sedikitpun tanda-tanda bahwa kebohongan Putri selama ini akan terbongkar. Semuanya berjalan normal. Masalah penagihan mulai berkurang seiring Putri membayarkan cicilan di beberapa aplikasi pinjaman yang barbar. Putri sudah berhenti meminjam uang demi menutup cicilan dan memberanikan diri untuk galbay.

Putri yang sedang sibuk dengan beberapa pelanggan di butiknya dikagetkan oleh kunjungan dari seseorang yang mengaku sebagai penagih. Dia keluar dari butik dengan kaki lemas gemetaran. Putri tidak bisa membiarkan DC membuat keributan di tempat bisnisnya. Dia berusaha terlihat tenang seperti yang sudah beberapa kali Maya ajarkan padanya.

“Ibu Putri Anaya Dahayu?” tanya seseorang di hadapannya, mengonfirmasi identitas Putri meskipun kelihatannya dia sudah mengenali wajah Putri dari selembar kertas hasil print kartu identitas yang sedang dia pegang.

“Pembayaran ibu sudah telat tiga hari. Kira-kira kapan akan dibayarkan, Bu?”

“Bisa tunjukkan identitas Anda dan surat jalan perusahaan?” balas Putri.

Sang penagih terlihat kesal. Putri menguatkan hati agar tidak goyah. Hanya saja, hal tak terduga itu tiba-tiba saja sampai kepadanya. Mata Putri membelalak saat mobil yang dia kenali parkir di depan butik. Sosok Bagas keluar dari mobil dan mendekat ke arahnya. Gravitasi bumi seolah tak berlaku untuknya. Tubuh Putri limbung, wajahnya memucat. Entah apa yang akan terjadi padanya. Putri merasa seperti ingin berlari atau menghilang secepat yang dia mampu.

“Siapa, Put?” tanya Bagas sambil meraih jemari Putri.

Bagas melihat istrinya hanya mematung dengan wajah pucat pasi. Tak ada yang keluar dari mulut Putri. Tenggorokannya mendadak sakit seperti tercekik. Melihat kelemahan Putri, sang penagih merasakan angin segar untuk mempermalukan orang di hadapannya. Sudut bibirnya terangkat.

“Saya datang untuk menagih keterlambatan pembayaran cicilan pinjaman ibu Putri yang sudah menunggak 3 hari, Pak," ucap sang penagih. Dahi Bagas mengernyit.

Putri memejamkan matanya kuat. Air matanya mengalir begitu saja. Mimpi buruk yang selama ini membuat Putri tak tenang akhirnya terjadi.

***

Bagas menelepon bapak memintanya untuk menjemput anak-anak dan pengasuh. Putri menautkan jemarinya erat. Jantungnya berdegup kencang seolah akan meledak. Perasaan tidak nyaman mulai mengikis pertahanan dirinya. Namun, dia memaksakan diri untuk tidak menangis. Dia tidak boleh menangis agar tidak tergagap saat menjelaskan semuanya pada Bagas. Raut wajah suaminya benar-benar mengerikan. Putri bahkan bisa menebak apa yang terjadi setelah bapak datang dan menjemput anak-anak menyisakan hanya dirinya dan Bagas dalam satu ruangan.

Setengah jam berlalu bapak tak kunjung datang. Bagas mondar-mandir kehilangan kesabaran. Tak lama kemudian, ponselnya berdering. Sepertinya bapak sudah berada di depan rumah. Nyali Putri semakin ciut. Nafasnya mulai tak beraturan.

“Sus, sudah rapi semua barang anak-anak?” tanya Bagas.

“Sudah, Pak.”

Bagas langsung menggendong Lili.

“Jangan nakal, ya di rumah kakung. Cium bunda dulu,” ucap Putri.

Lihat selengkapnya