PINJAM DULU SERATUS

Euis Shakilaraya
Chapter #16

Teror

Maya sedang berhadapan dengan seorang gadis muda berusia 20-an. Gadis itu menghubungi Maya semalam dan mengatakan ingin mengkonsultasikan masalahnya terkait pinjol. Pagi tadi Maya langsung mengirimkan lokasi kafe langganannya dan meminta bertemu saat jam makan siang. Wajah polos gadis di hadapannya dipenuhi dengan kegelisahan. Sepanjang berhadapan dengan Maya, dia tak berhenti menggoyangkan kakinya.

“Saya boleh panggil Anda dengan sebutan santai atau bagaimana?” tanya Maya memulai pembicaraan.

“Santai aja, Kak," jawabnya.

“Sarah kesini sendirian?” tanya Maya lagi. Masih mencoba untuk menarik perhatiannya.

“Aku sendiri, Kak. Semalem liat iklan kakak di instagram. Kakak joki pinjol?”

“Bukan, aku cuma bantu mendampingi korban pinjol. Kamu kenapa hubungin aku?”

“Aku bingung banget, Kak. Aku baru masuk kuliah setelah off setahun dan itu sampai harus bikin orang tua aku ngeluarin banyak biaya. Terus ada teman dekatku yang uang daftar ulangnya masih kurang, pinjam uang dari aplikasi pinjol pake data aku karena katanya pake data dia nggak berhasil.”

“Awalnya, cicilan lancar nggak ada masalah sama sekali. Tapi masuk bulan kelima, dia nggak ada kabar. Nggak kuliah. Nggak ada di kos. Aku bahkan sampe datengin rumahnya di luar kota, tapi dia nggak ada.”

“Keuanganku terbatas jadi nggak bisa bantu dia bayar cicilan dan aku akhirnya biarin aja nunggak. Udah seminggu ini aku diteror siang malam. Dia bahkan nyantumin nomor telepon mama aku untuk jadi kontak daruratnya, Kak. Nangis banget sumpah aku nggak tahu lagi harus gimana," ucapnya panjang lebar disertai tangisan tertahan.

Air mata Sarah lolos satu dua dan mulai mengalir di pipinya. Maya meraih jemari gadis muda itu. Menyodorkan air mineral. Sarah meneguknya perlahan dan mulai mengatur napasnya.

“Masalahnya kata-katanya kasar banget. Sampe takut buat buka handphone. Belum lagi mama aku ikut kena teror dan menurut informasi dari tetangga yang punya warung, ada beberapa orang asing yang terus menerus datang ke depan rumah aku, Kak," lanjutnya.

Suara Sarah jauh lebih tenang. Maya tersenyum dan menepuk punggung tangan gadis itu pelan.

“Kamu tahu nggak kalau gerak para penagih terbatas? Itu sebabnya mereka menyerang mental kamu habis-habisan. Karena sebenarnya mereka nggak punya apa-apa. Mereka memberikan pinjaman tanpa jaminan dan hanya bermodalkan data kalian. Cuma kamu yang bisa mengendalikan pikiranmu sendiri. Kamu harus cukup kuat untuk melawan mereka.” Maya mencoba menjelaskan hal dasar yang sering dibahas dalam konten video miliknya.

Raut wajah Sarah berubah dan napasnya mulai teratur. Senyumnya mengembang sembari mendengarkan penjelasan Maya tentang apa saja yang harus dipersiapkan dan lakukan untuk menghadapi para penagih yang menyalahi aturan OJK. Tak terasa matahari bergulir dan menyisakan kelegaan bagi Sarah. Dia berpamitan pulang sebelum gelap.

“Mau aku antar? Rumah kamu di mana?” tanya Maya. Sarah menolak dan mengucapkan banyak terima kasih sebelum berlalu. Maya masih menunggu Sarah sampai hilang dari pandangannya sebelum dia kembali ke mejanya.

“Maya!” sapa seseorang. Maya menoleh. Sosok Aryan tersenyum sambil mengacungkan kopi di tangannya.

“Kamu udah mau pergi?” tanya Aryan.

“Oh, nggak kok. Aku masih lanjut. Ada beberapa pekerjaan yang belum selesai," jawab Maya.

“Oke, saya juga nggak buru-buru.”

Laki-laki itu melangkah kembali masuk ke dalam kafe dan duduk di meja tempat Maya menaruh laptop.

“Kamu ada urusan di sekitar sini?” tanya Maya.

Aryan mengangguk. “Kalau kamu?”

“Kafe langganan. Daniel sibuk. Karina sibuk. Aku nggak bisa cuma diem di rumah.”

Lihat selengkapnya