Sebelum pertemuannya dengan Putri, hidup Aji selalu sempurna. Satu-satunya kegagalan dalam hidupnya hanyalah seseorang bernama Putri Anaya Dahayu. Aji nyaris saja bersanding dengan Putri di pelaminan sekitar 9 tahun yang lalu sebelum tragedi itu datang ke hidupnya.
Beberapa bulan sebelum hari bahagia mereka, Putri tiba-tiba saja membatalkan acara pernikahannya dengan Aji. Aji sangat marah dan tidak terima. Namun, perempuan tak berperasaan itu bersikeras dan tidak pernah menjelaskan alasannya bahkan sampai hari terakhir Aji di perusahaan.
Putri hanya berkali-kali mengatakan bahwa dia dan Aji memiliki pandangan dan prinsip hidup yang berbeda. Tentu saja alasan itu sampai kapanpun tidak bisa diterima begitu saja oleh Aji, dia menginginkan alasan logis yang masuk akal.
“Aku nggak bisa melanjutkan semuanya.”
Kata-kata itu masih jelas terngiang di kepala Aji. Dia tidak pernah merasakan penolakan seumur hidupnya, sehingga Aji sangat kesulitan menerima kenyataan jika Putri meninggalkannya dengan alasan yang terlalu dibuat-buat.
Belum selesai masa berkabungnya karena kehilangan Putri, setahun setelah memutuskan pertunangan dengan Aji, Putri memilih menikah dengan laki-laki bernama Bagas. Betapa hal itu membuatnya hilang kendali dan melampiaskannya dengan cara meninju kaca di kamar mandinya sampai hancur. Saat itu merupakan pertama kalinya mama menangisinya sampai tersedu-sedu. Darah segar mengalir dari tangannya yang terluka, membuat pakaian mama ikut bersimbah darah.
Kini, setelah mengetahui Putri sedang terlilit utang dan terlibat masalah, Aji merasa harus memastikannya sendiri dan langsung menancap gas menuju butik Putri. Namun, Putri tidak di tempat dan mengabaikan teleponnya. Aji mencoba menghubungi Tari. Tersambung.
“Tar, Putri nggak angkat telepon saya.” Aji to the point.
“Mau ngapain emang?” sahut Tari di seberang.
“Saya harus jelasin alasannya?”
“Menurut kamu?”
“Saya ada perlu sama dia.” Aji mengalah.
“Liat aja postingan instagram aku. Bye!”
Aji langsung membuka akun instagram Tari dan melihat postingan yang tidak biasa. Mereka semua sedang berpiknik di Kebun Raya. Bahkan Maya dan suaminya ikut bergabung. Sesuatu pasti telah terjadi. Laki-laki itu berputar arah. Menunda rasa penasarannya dan langsung kembali ke kantor.
***
Sebenarnya, dari semua orang di dunia, Aji yakin Tari mengetahui dengan detail apa yang menimpa Putri. Mereka berdua secara ajaib tiba-tiba saja menjadi sahabat karib ketika bekerja di bawah pengawasannya. Bahkan seperti sengaja mengolok-olok dirinya, Tari dan Putri semakin akrab setelah Putri membatalkan pernikahan. Tapi Aji yakin kalau Tari tidak akan pernah mau membicarakan tentang masalah Putri. Itu sebabnya Aji memilih untuk memastikannya secara langsung.
Keesokan harinya, setelah menyelesaikan rapat, Aji langsung kembali ke butik demi bisa menemui Putri. Namun sekali lagi, terjadi hal yang sangat tidak terduga. Tari dan Maya sedang berada di butik Putri. Saat Aji memaksa untuk bicara berdua dengan Putri, dia malah berakhir di mobilnya sendiri dan Tari sebagai penumpang yang harus diantarkan pulang ke rumah dengan selamat.
“Saya serius soal ada yang harus saya bicarakan sama Putri,” ucap Aji. Tari mengangguk.
“Aku ngerti. Tapi bisa nggak perbaiki sikap kamu itu?”