PINJAM DULU SERATUS

Euis Shakilaraya
Chapter #22

Bagaimana dengan Perceraian?

Putri datang ke rumah Tari setelah menelepon Maya dan memintanya untuk bergabung.

“Tar, jangan roti lapis lagi.” Putri langsung mengultimatum sahabatnya. Tari meringis.

“Pesan online aja?” tanya Maya. Putri mengangguk bersemangat.

Maya disibukkan dengan tugas memilih camilan yang akan menemani waktu bersantai mereka. Sedangkan Putri langsung mematikan ponselnya setelah mengabari Bagas bahwa dia berada di rumah Tari.

“Kok dimatiin, Put?” tanya Tari.

“Seharian ini udah seratus panggilan yang neror. Chat juga nggak berhenti-henti masuk.” Jawab Putri. Maya mengalihkan perhatiannya sejenak.

“Bukannya pengaturannya udah diatur untuk otomatis ngeblok panggilan dari nomor nggak dikenal?” tanya Maya.

Yes, tapi tetap banyak yang lolos," jawab Putri.

"Terus gangguan panik kamu gimana? Membaik?" Tari khawatir. Putri mengangguk.

“Tar, gimana caranya kamu tau kalau Aji itu CEO Jahitin?” Ekspresi wajah Putri terlihat sangat serius.

“Dia datang ke kantor aku, cerita bisnisnya dia, dan tiba-tiba dia cerita kalau dia udah tau kamu terlilit utang pinjol. Kamu sendiri waktu apply Jahitin emang nggak nelusurin siapa CEO-nya? Sampai kaget kalo ternyata itu Aji?”

“Jujur aku nggak ngecek yang begitu-begituan, yang apply buat jadi mitra juga karyawan aku, semuanya mereka yang urus. Aku kenal cuma Chief Marketing-nya aja, Arum Mawar, mantan Head Marketing di startup angkutan online.”

Maya selesai memesan makanan dan duduk mendekat di samping Putri.

“Terus Aji ngomong apa?” tanya Maya Penasaran.

“Dia kasih aku penawaran," jawab Putri agak canggung.

“Penawaran apa?” Maya semakin penasaran.

“Dia mau lunasin utang di 19 aplikasi yang aku ambil asal aku cerai sama Bagas. Pilihan keduanya, dia tetap mau lunasin pinjaman aku dan biarin tetap bersama Bagas, tapi itu dianggap utang sama Aji dan dia akan nagih utang itu ke Bagas dengan bunga yang berkali-kali lipat.”

Maya terbelalak mendengar jawaban Putri.

“ORANG GILA! PUT, itu bukan penawaran, tapi ancaman. Tar, minta nomor handphone dia. Biar aku yang ngomong. Oh, atau minta alamat kantor dia. Biar langsung aku datengin aja.” Maya benar-benar kalap mendengarnya. Putri memegang tangan Maya. Perempuan itu tersenyum. Bagian terbaik dari semua masalah yang harus dilaluinya adalah, Putri tidak sendirian. Maya dan Tari selalu memastikan dirinya tidak merasa kesepian.

“TAR! KAMU KOK DIEM AJA?” Maya menatap tajam ke arah Tari. Perempuan itu mengedikkan bahunya.

“Karena aku udah tahu semuanya," ucap Tari.

“Wah! Sumpah aku nggak ngerti lagi sama pertemanan kalian.” Maya tak dapat mengendalikan emosinya.

“Coba satu kantor sama Aji selama sepuluh tahun. Kamu udah nggak akan bisa dikagetkan sama hal-hal gila kayak gini," seloroh Tari sambil tertawa. Putri ikut tertawa. Tari benar. Setelah sekian banyak hal mengejutkan yang dilakukan laki-laki itu, soal penawaran yang seperti ancaman benar-benar bukan hal yang besar.

“Itu sebabnya, aku memutuskan untuk bercerai," lirih Putri. Suasana di ruangan mendadak hening. Tari tak menyangka kata perceraian akhirnya keluar dari mulut Putri. Maya sudah tidak bisa berkata-kata. Dia langsung memeluk Putri erat.

“Put, kalau karena ancaman Aji, kita bisa selesaikan," bisik Maya. Putri melepaskan pelukan Maya dan menggeleng.

“Bahkan tanpa Aji sekalipun, rasanya aku akan tetap bercerai sama Bagas," ucap Putri terlihat lebih tenang.

“Tapi ini salah, Put.” Tari tak bisa membiarkan Putri jatuh ke perangkap Aji.

“Ternyata memang selama ini aku penjahatnya, Tar. Aku membatalkan pernikahan sama Aji karena alasan yang bahkan belum aku bicarakan sama dia. Dan sekarang aku nggak mau mengulang kesalahan yang sama. Aku janji akan bicarakan soal perceraian sama Bagas.”

Menyebut nama Bagas membuat Putri mengingat wajah anak-anaknya. Hatinya seolah dihujani pisau tajam. Matanya memanas. Padahal dia sudah bertekad untuk tidak menangis di depan sahabatnya. Namun, pertahanannya jebol. Tari dan Maya langsung memeluk Putri erat. Berusaha menenangkannya.

“Aku akan coba bicara sama Aji. Kamu jangan ketemu sama dia sendirian lagi," bujuk Tari.

Lihat selengkapnya