Perasaan Putri tak karuan karena percakapan terakhirnya dengan Aji.
“Aku nggak bisa hidup dengan cara kamu menjalaninya, Ji. Tolong lepasin aku.” Putri sudah tidak memiliki tenaga untuk berteriak.
Saat Putri datang ke apartemen Aji dan menyampaikan keinginannya untuk membatalkan pernikahan, Aji sudah menyetujuinya. Namun, bukan Aji namanya jika dia melepaskan Putri semudah itu. Laki-laki itu tak hentinya meneror kehidupan kantor Putri dan tak membiarkannya tenang sama sekali.
Sempat dijuluki couple of the year dari teman-teman kantornya, kabar batalnya pernikahan Putri dan Aji menjadi topik paling menarik untuk dibahas selama berminggu-minggu.
“Bagian cara hidup saya yang mana yang kamu nggak bisa jalanin?” Masih, Aji tak mengerti sama sekali yang Putri coba sampaikan.
“Aku mohon.” Putri semakin memelas. Aji terlihat berpikir dan menghela napas berkali-kali.
“Kamu boleh pergi, tapi batalkan gaun pengantin impian kamu itu. Penalti vendor dan lain-lain, semua kamu yang urus. Saya nggak sudi kalau sampai melihat kamu pakai gaun itu untuk menikah dengan laki-laki lain.”
Maka disinilah Putri. Perempuan itu tetap melanjutkan langkah meski hujan yang tiba-tiba mengguyur membuat pakaiannya basah kuyup. Putri berusaha menyeka air yang membasahi blazer biru muda yang dia kenakan. Jilbabnya lepek dan sepatunya kotor terkena percikan genangan air yang dia lewati saat menerjang hujan.
“Jilbabnya basah banget, Mbak," komentar seseorang yang berdiri di sebelahnya.
Putri berada di depan butik gaun pengantin desainer muda yang mendadak tenar karena gaun rancangannya pernah dipakai oleh salah satu artis top yang sedang naik daun. Sejak itulah namanya semakin melejit dan gaun pengantinnya digandrungi banyak kalangan. Putri menoleh ke arah sang komentator dan terkejut melihat sosoknya.
“Kenapa, Mbak?” tanyanya.
Putri mencoba menutupi keterkejutannya dan langsung mengalihkan tatapannya ke sembarang arah. Dia kembali sibuk menyeka blazer yang kuyup.
“Masnya nggak bilang juga saya tahu kalau jilbab saya basah banget. Kan kehujanan," ucap Putri putus asa dengan penampilannya yang berantakan. Sang komentator tersenyum.
“Mau pesan gaun pengantin?” tanyanya lagi sok akrab.
Putri menggeleng lemah,"mau batalin," jawab Putri.
Putri mengibaskan roknya kesal dan langsung masuk ke dalam butik. Semilir angin dari pendingin ruangan menghujam tubuhnya yang basah. Putri langsung disambut ramah oleh pegawai butik yang mengenalnya karena intensitas komunikasi saat mereka mendiskusikan detail gaun pengantin impian Putri.
“Mbak Putri kehujanan?” tanya Mirna, pegawai favorit sang desainer.
“Iya nih, padahal tadi pas naik bus cuaca masih aman.”
Raut wajahnya kusut seperti halnya suasana hatinya yang kacau balau gara-gara seseorang.
“Mbak mau ganti pakaian nggak? Aku bawa pakaian ganti, lo" ucap Mirna.
“Kalau pinjam jilbabnya saja boleh? Aku kalau kepalanya kehujanan suka pusing nantinya. Baju mah aman.”
Mirna buru-buru masuk ke ruangan khusus staf dan kembali dengan dua lembar jilbab.
“Adanya warna putih tulang sama navy. Mbak Putri mau yang mana?”
“Aku pilih yang putih tulang aja.”