“Aku ada meeting klien di sini. Kamu ada urusan apa sama Aji?” Bagas terkejut melihat istrinya berduaan bersama laki-laki yang merupakan mantan tunangannya itu. Putri tak sanggup membohongi Bagas untuk yang kesekian kalinya. Dia memilih diam. Aji bangkit dan merogoh kartu nama dari tasnya kemudian menyerahkannya kepada Bagas.
“CEO Jahitin?” gumam Bagas.
“Yes, saya nggak tau kalau Putri ternyata tergabung di Jahitin dari tahun lalu. Sekretaris saya info ada mitra yang harus ke kantor untuk penawaran kerja sama dan penerimaan penghargaan sebagai mitra terbaik. Ternyata, itu Putri. Karena sudah kenal, maka saya ajak ke sini dulu untuk mengobrol.”
Putri tak menyangka kebohongan Aji terdengar sangat meyakinkan. Bagas mengusap kepala Putri dan tersenyum.
“Kalau begitu selesaikan urusan kamu sama Aji, aku meeting dulu. Nanti kita pulang bareng.” Bagas buru-buru menghampiri seseorang yang melambaikan tangan ke arahnya.
“Aku ke toilet dulu," ucap Putri.
Putri memandangi wajahnya yang sembab dan riasannya yang pudar. Dia membasuh wajahnya berkali-kali demi menghilangkan bekas air mata yang mengalir deras karena perdebatannya dengan Aji. Putri merapikan riasan dan jilbabnya agar terlihat rapi.
“Kamu tadi hampir mati di tempat, Put," ledek Aji.
“Kamu berakting lebih memalukan daripada aku," balas Putri.
“Demi siapa? Saya hampir telepon ambulans takut kamu kena serangan jantung.” Aji tak mau kalah. Putri mengabaikan ucapan Aji.
“Perceraian yang kamu bilang tadi, kamu serius?” Aji masih tak percaya dengan yang didengarnya. Terlebih Bagas tiba-tiba muncul membuatnya gugup karena mengkhawatirkan keadaan perempuan di hadapannya.
Putri mengangguk.
“Bukan karena penawaran yang saya kasih?”
“He emh, bukan.”
Melihat tekad di mata Putri, perasaan Aji terusik. Awalnya dia pikir akan merasa sangat puas jika Putri bercerai dari Bagas. Namun, setelah mengetahui bahwa Putri benar-benar akan bercerai, Aji merasakan campur aduk di dalam hatinya. Bingung.
“Datang aja ke kantor kalau memang kamu mau saya lunasi semua utang kamu," ucap Aji. Laki-laki itu bangkit dan berlalu. Putri tak sanggup menghadapi Bagas. Dia beranjak dan meninggalkan kafe tanpa memberitahu suaminya. Putri hanya ingin segera pulang dan menemui anak-anaknya.
***
“Putri Anaya Dahayu! Kamu harus hentikan kegilaan kamu ini. Kamu lupa alasan kamu dulu membatalkan pernikahan sama Aji?” Maya berteriak ke arah Putri.
Perempuan itu menelungkupkan tangan di wajah. Kepala Putri sangat sakit dan memutuskan untuk berhenti berpikir. Baginya tak ada lagi yang tersisa.
“Apa alasannya?” tanya Putri.
“Kamu bilang Aji hanya peduli soal kesempurnaan dan kamu nggak bisa hidup sama orang yang cuma fokus sama dirinya sendiri. Sekarang apa? Jelas-jelas dia berniat jahat sama kamu," jawab Maya. Tari setuju dengan jawaban Maya. Putri tertawa.