Brian dan Brandon sedang asik bermain playstation di ruang tengah, ketika tiba-tiba Franda masuk dan langsung menempelkan kepalanya ke atas meja. Wajahnya terlihat sangat kecewa, dia masih galau memikirkan kesempatan emas yang gagal dia eksekusi tadi sore. Brian memperhatikannya dengan heran.
"Lu kenapa Nda?" tegur Brian sambil tetap fokus dengan stick PS nya. Franda mendengkus, malas berkomentar. Brian dan Brandon saling pandang, tumben-tumbenan si panda kalem.
"Jie jie lu kenapa Ndon?" Kali ini Brian bertanya pada adiknya.
"Gak tau bang, dari pulang karate tadi, udah begitu," jawab Brandon sambil tetap memainkan stiknya, pandangannya terfokus pada CR7 yang dia kendalikan, sedikit lagi bolanya bisa masuk ke gawang Brian.
"Yes!" Brandon berseru senang ketika eksekusi bolanya berhasil. Brian mengacak- acak rambutnya frustasi
"yah.. kalah kan!"
"Abang sih maennya gak jago, kayak aku dong bang! jago!" Ucap Brandon sombong. Brian manyun.
"Yee... ampun bang jagoo!" Brian beranjak dari duduknya dan memilih menempelkan kepalanya di meja seperti posisi Franda, sekarang mereka berhadapan.
"Dih.. ikutan!" Komentar Franda begitu melihat muka abangnya yang sok-sokan stress.
"Gue stres tauk, masa Barcelona kalah lawan Madrid," jawab Brian memasang wajah tergalaunya.
"Mau pake klub sehebat apapun klo lo yang maen, pasti kalah," ujar Franda lagi. Brian terkekeh.
"Stress-stress masih aja suka ngatain orang lu!"
"Lu kenapa? Cerita dong!" Brian mencoba bertanya lagi, kali ini memasang senyum termanisnya. Biar gitu-gitu juga kan dia kakak yang perhatian. Franda menghela nafas panjang.
"Gak kenapa-napa," jawab Franda. Brandon yang bête bermain sendiri akhirnya ikut bergabung menempelkan kepalanya disisi lain meja.
"Palingan jie jie lagi galau mikirin Kak Mika!" Brandon menyahut. Serentak Franda dan Brian menegakkan kepalanya.
"Mika siapa dek?"
"Eh tau darimana?"
Dua kakaknya berseru berbarengan. Brian menolehkan pandangannya ke Franda.
"Ehem, apa lu ngeliatin gue?" Franda berdehem, sedikit salah tingkah. Brian mesem, mengalihkan pandangannya ke Brandon.
"Kemaren dulu aku nggak sengaja denger omongannya jie jie ama kak Renata, trus ada nyebut-nyebut nama kak Mika gitu, udah aja ketebak," jawab Brandon polos.
"Iiihh... gak boleh nguping pembicaraan orang gede tauuuk! Kebiasaan dehh." Protes Franda.
"Jie jie, aku tu gak sengaja denger bukannya nguping, kalo nguping itu direncanain, nah aku kan gak berencana apa-apa," ucap Brandon membela diri.
"Iish.. tapi kan tetap aja, harusnya kamu tutup kuping kalau jie jie lagi ngobrol sama kak Rena." Nasehat Franda kepada adik bungsunya.
"Dih, salah siapa curhat gede-gede. "
"Tapi kan..."
"E..ehh.. kok jadi berantem? Brandon besok-besok kalo lewat kamar si Panda pura-pura tuli aja yaa! dan lu, pertanyaan gue belum dijawab. Mika itu siapa? Gebetan lo?" Brian masih penasaran, gak kuat juga kalau dia gak menggoda adiknya.
"Kepo!" Franda sewot.
"Yaelah, gue kan kakak lu, masa' gak boleh tau!"
"Dikasih tau juga lo gak kenal, lagian orang cakep mah kenalnya sama orang cakep juga, gak mungkin kenal yang buluk kayak lo," cerocos Franda, Brian gak terima.
"Eh gak boleh diskriminatif, semua orang sama dimata Tuhan. Mau yang cakep atau yang buluk semua sama, adikku, kalau cari cowok itu yang perhatian kayak gue gini." Brian menepuk pundak Franda. Brandon menatap Brian takjub.
"Bodo... week..." Franda memeletkan lidahnya.
"ahh.. udahlahh gak usah dibahass, tambah galau ntar, oh iya, papa-mama jadi pulang besok?" ucap Franda mengalihkan pembicaraan.
"Wah.. mengalihkan pembicaraan dia, Jie-jie lu tuh Ndon, kebiasaan." Brian berdecak menggelengkan kepalanya.
"Yee... jadi pulang gak?" Ulang Franda cuek. Brian mengacak-ngacak rambutnya.
"Jadilah! makanya grup keluarga itu jangan di mute, gak update kan lu!"