Arthur menarik Ben menjauh dari kantin, ia berhenti setelah merasa cukup jauh dari Franda dan yang lainnya. Arthur menarik nafasnya panjang.
"Ngapain lo disini?" Tanyanya langsung tanpa basa-basi.
"Gue? ya sekolahlah," jawab Ben sok polos. Arthur memejamkan matanya menahan diri.
"Tau darimana lo kalo gue disini?" serbu Arthur lagi.
"Santai dong Thur, serius banget!" Ben menanggapi masih dengan ekspresi mencoba bergurau namun Arthur tampak bergeming. Ben agak jengah melihatnya.
"Oke... oke... gak penting darimana gue tau sekolah lu, yang penting gue udah disini dan gue gak akan kemana-mana sampai lu mau ikut gue pulang!" Ben berucap tegas. Arthur memijit keningnya, menahan perasaan.
"Ben, sumpah, lu konyol tau gak! " Arthur menyandarkan badannya ke dinding, menghela nafas. Ben terkekeh.
"You know me brad, I'm a stone head," katanya santai dan ikut menyandarkan badannya ke dinding. Arthur menolehkan pandangannya ke arah sahabatnya itu.
"So do i," balas Arthur, Ben cuma tersenyum kecil.
"Ya, kita liat aja nanti batu mana yang bakal menang, kepala lo atau kepala gue."
Arthur menghela nafasnya berat, "Terserah lo aja deh, tapi awas aja kalo lo meluk-meluk gue lagi di depan orang-orang," ucapnya mengancam.
"Yeilehh, gitu aja sewot, biasanya juga gak si beb," balas Ben genit mengedipkan matanya menjawil dagu Arthur, yang langsung di tepis tangannya oleh Arthur.
"Najis," ujar Arthur risih, memerhatikan keadaan sekitar. Ben lagi-lagi terkekeh.
"Udahlah, Franda gak liat ini," ujarnya lagi. Arthur salah tingkah.
"Lagian, sejak kapan lo peduli sama pikiran orang lain sih, ehh.. jangan-jangaaaaannnn..." Ben melirik Arthur dengan ekspresi curiga.
"Apaann...!?" Arthur berujar gusar. Ben memamerkan senyuman jailnya.
"Lo naksir Panda yaa?" Tebak Ben lagi. Arthur melengos,
"Ngaco!" tanggapnya dengan ekspresi datar. Ben mengerucutkan bibirnya.
"Huummm.. trus kenapa lo peduli banget sama apa yang dia pikirin tentang lo?" cecar Ben. Arthur terdiam, dia tidak yakin apa yang ada difikirannya.
"Karena gue gak mau ada orang yang salah paham sama gue, semua orang! Ya.. didalamnya juga termasuk Franda" Jawab Arthur akhirnya. Ben manggut-manggut. Tiba-tiba terdengar bunyi bel yang menandakan waktu istirahat berakhir. Arthur menghela nafasnya, lalu beranjak pergi.
"Thur, lo gak bisa selamanya lari." Arthur berhenti, terdiam. Ben berjalan mendekatinya.
"Lari gak akan ngebawa lo kemana-mana selain kembali ke titik semula," ucap Ben menepuk bahu Arthur pelan, lalu berjalan meninggalkannya.