Malam itu Franda dan Renata terlihat sibuk berkemas untuk keperluan campingnya. Mereka terlihat repot membereskan berbagai macam keperluan, juga memilah-milah barang mana saja yang akan dibawa ke camp. Renata memang sengaja menginap di rumahnya Franda, agar mereka bisa bersama-sama mempersiapkan keperluan camping.
"Baju ?Udahh!, obat-obatan? siippp! peralatan mandi? oke!" Franda bergumam memeriksa lagi bawaannya. Renata ikut-ikutan mengabsen bawaannya sendiri.
"Alat make up? lengkap! cemilan? siiippp! baju-baju? okelah! apaan lagii yaa?" Renata celingukan memeriksa bawaannya. Franda menggeleng-gelengkan kepala.
"ckckck, lu mo camping apa mo piknik?, bawa make up segini banyak! kita camping di hutan kali bu, cuma dua hari pulak." Komentar Franda.
"Ck, lu gak ngerti ni, gue camping sekalian P-D-K-T !"Renata berseru sambil memamerkan senyum lebarnya. Franda keheranan,
"Hah? PDKT sama siapa lu? ama Bekantan?" ucapnya menggeleng-gelengkan kepala.Renata melemparkan cardigannya ke muka Franda.
"Yee.. elu tuh yang sama Bekantan." Mereka berdua tertawa.
"Serius deh, pdkt sama siapa?"Tanya Franda disela-sela tawanya, tiba-tiba wajah Renata bersemu kemerahan, senyum-senyum gak jelas. Franda meringis,
"Dih, kesambet lagi nih, bentar gue panggilin pak Ustadz duluya, biar lu di rukyah," ucapnya seraya pura-pura menuju pintu. Renata memegang lengan Franda gemas.
"Elu, tuh yang mesti di rukyah!"selorohnya, Franda menyunggingkan senyumnya jail, memprovokasi Rena dengan tatapan matanya meminta penjelasan.
"Lu tau kok orangnyaa, " ucap Renata pelan pada akhirnya. Franda mengernyitkan keningnya.
"Siapa?" Franda curiga. Renata cuma senyum-senyum gak jelas. Tiba-tiba mata franda membulat, teringat sesuatu. Renata akhir-akhir ini emang suka rada aneh sih, apalagi kalo kebetulan berpapasan sama ...
"Jangan bilang kalo lo naksir sama anak baru itu?" Franda tiba-tiba jadi histeris. Rena sampe kaget ngedengernya.
"Isshh, apaan siih lo nda, biasa aja dong!" Ucap Renata sambil memijit-mijit kupingnya.
"Iya nih! bener kan tebakan gue!" Franda berseru lagi, mukanya masih penasaran. Renata jadi makin salah tingkah. Namun akhirnya ia mengangguk juga, Franda mengepalkan tangannya ke udara, berdecak keras seolah baru saja kalah taruhan. Rena bigung melihat ekspresi temannya itu.
"Lu kenapa Nda? salah ya gue? atau ... lu naksir Ben juga?" kali ini giliran Rena yang histeris. Franda menggeleng-gelengkan kepalanya kuat-kuat, ada keprihatinan di wajah Franda yang sebenarnya gak ada hubungannya sama Renata.
"Ren, Ren.. kok bisa sih lu naksir dia, ck..." Ucapnya gusar. Renata tambah bingung.
"Iya, kenapa emang?" Franda masih menatap sahabatnya dengan tatapan prihati, menimbang-nimbang apakah dia harus cerita tentang kejadian di minimarket kepada Renata.
"Lu yakin? lu baru kenal loh sama dia Ren, seminggu! lu udah mau pdkt-an aja gitu? kalo ternyata dia gak seperti yang lu bayangkan, gimana?"
Renata masih bingung tapi sepertinya dia tahu arah pembicaraan Franda.
"Lu... jangan bilang kalo ternyata si Ben belok juga? iya?" Mata Rena membulat, gak percaya. Kali ini Franda sudah kelewatan delusional, semua cowok aja dikatain belok.
"Nih ya Nda, gue bilangin! Ben itu sekelas sama gue, ya meskipun kita gak sebangku, tapi selama gue ngeliat tingkah lakunya, gak ada tuh indikasi kalo dia belok, kemayu atau apalah itu, lu... ngawur deh, ada masalah apa dah sebenernya lu sama cowok ganteng? semuanya disangka belok!" Renata misuh-misuh masih gak habis pikir dengan yang ada difikiran sahabatnya itu.
"Ya... masalahnya lu gak ngeliat apa yang gue liat," Franda kekeuh, gimana pun juga dia bisa mikir begitu kan karena ada alasannya. Sedetik adegan pelukan Arthur dan Ben kembali terlintas di benaknya. Mereka pelukan loh Ren! pelukan! mesra lagi! Oke kalimat yang terakhir Franda emang gak yakin, mereka beneran mesra atau cuma dia aja yang ngebayanginnya begitu. Tapi kan tetep aja...
"Nda! Hei, kok diem? gue nanya loh, lu liat apa emangnya?" Lamunan Franda buyar, Renata mengguncang-guncang bahunya tidak sabar.
"Intinya dia itu gak beres aja, udah gitu." Franda memutus obrolan mereka, berusaha fokus kembali kepada ranselnya.
"Gak beres gimana maksud lo?" Renata masih ngotot. Franda menggeleng-gelengkan kepalanya lagi, mengunci mulutnya rapat-rapat. Renata menyerah.
"Lu gak jelas deh ndaa, ngelarang-ngelarang gue tapi gak ada alasannya," ucap Renata dan memilih melanjutkan kegiatannya memeriksa tas campingnya. Franda mikir lagi, sebenernya dia belum yakin mau cerita sama Renata, gimana pun juga dia sudah berjanji dengan dirinya sendiri untuk gak gampang mengambil kesimpulan, apalagi sampai menjudge orang lain padahal belum ada bukti yang valid. Tapi ... ini Renata loh, sahabat baiknya, satu-satunya, masa' dia tega sih gak ngasih peringatan padahal udah terdeteksi hal ganjil dengan hubungan Ben dan Arthur. Seenggaknya ngasih tau apa yang dilihatnya ajalah, terserah ntar asumsinya Renata mau gimana.
"Jadi tuh Ren, sebenernya... " Franda menghentikan ucapannya, masih merasa ragu.