"ARTHURRR!!"
"FRANDAAA!!!"
Suara-suara teriakan memenuhi perbukitan, diantaranya terdapat suara Ben dan Renata yang berteriak sahut-sahutan mencari keberadaan Arthur dan Franda. Pagi itu mereka dan beberapa orang guru juga beberapa teman menjelajahi hutan untuk kesekian kalinya mencari Franda dan Arthur. Pencarian mereka sebelumnya nihil, dan pagi itu mereka bertekad untuk menemukan keberadaan sahabat mereka bagaimanapun caranya.
"ARTHUUUURRR!!" Teriak Ben sekuat yang ia bisa.
"FRANDAAAAA!!!" Rena pun tak kalah meneriakkan nama sahabatnya.
Sementara itu di sisi lain bukit, tepatnya di bawah tebing jurang Franda smar-samar mendengar namanya di panggil-panggil. Ia pun terbangun, membuka matanya pelan, terdiam sebentar mencerna informasi yang tertangkap oleh indra pendengarannya lalu dengan gerakan mendadak seperti orang yang baru saja tersadarkan dia bangkit dan berdiri, melemparkan pandangannya ke atas tebing.
"GUE DISINIIIIIIII!!!!" teriaknya sekuat tenaga. Melambai-lambaikan tangannya ke atas melompat-lompat gemas.
"GUE DISIINIIIIII!!!" Teriaknya lagi.
Ben menghentikan langkahnya, barusan ia seperti mendengar suara Franda.
"Kalian denger gak?" Tanya Ben pada teman-temannya regu pencari. Dia sendiri menajamkan indera pendengarannya. Rena juga memasang kupingnya tajam-tajam.
"GUE DISINIII... GUE SAMA ARTHUR DISINIII.... DI BAWAHH SINIII... HELLLOOO!! ADA YANG DENGER GUE??" teriak Franda.
"Dari sini niih!" Seseorang berseru menunjuk-nunjuk semak belukar di belakang mereka. Semua anggota tim menuju ke sumber suara, mereka menemukan celah di semak-semak dedaunan, menyibaknya dan terlihatlah jurang cukup dalam dan di bawahnya terlihat Franda yang melompat-lompat melambai-lambaikan tangannya.
"FRANDAAAA LU GAKK PA-PA KANN??" Teriak Rena dari atas tebing, wajahnya yang semula terlihat lelah berubah drastis menjadi kelegaan. Franda mengangguk-angguk cepat, bersemangat.
"NDAAA... ARTHUR MANA?? DIA GAK PA-PA??" kali ini Ben yang berteriak.
"DIA ADA DISINI SAMA GUE!! CEPET TURUNIN TALINYA!!" Sahut Franda seraya menghampiri Arthur yang masih tertidur.
"Thur... bangun thur.. temen-temen kita udah dateng!!" Ucap Franda bersemangat menggoyang-goyangkan tubuh Arthur. Namun, ekspresinya tiba-tiba berubah menjadi panik begitu dia menyadari tubuh Arthur yang panas. Keringat membanjiri tubuh pemuda itu.
"Ya ampunn.. panas banget... Arthur! bangun Arthur!" Ucapnya panik seraya masih menggoyang-goyangkan tubuh Arthur.
"NDAAA... LU GAK PA-PA KANN??... ARTHUR MANA?? BENTAR LAGI KITA BANTU KALIAN NAIK" Ben berteriak lagi.
"Ben!. ARTHUR GAK BANGUN NIIIH, KAYAKNYA DIA DEMAM!!" Franda balas berteriak benar-benar panik. Dia masih berusaha menggoyang-goyangkan tubuh Arthur.
"HAHHH???... OK! GUE SAMA BEBERAPA ORANG TURUN KEBAWAH... LU JANGAN PANIK!!" Sahut Ben.
Franda masih berusaha menyadarkan Arthur.
"Thur... banguun thurr... lu kenapa?.. ya Tuhann," desah Franda, ada rasa takut dihatinya melihat tubuh Arthur yang diam tak bergerak. Hanya bibir Arthur saja yang terlihat menggumamkan sesuatu, namun Franda tak bisa mendengar apa yang disebut-sebut Arthur dalam tidurnya itu. Mungkin sebuah nama, atau mungkin sebuah tempat? entahlahh ... yang jelas saat itu kesadaran Arthur sedang pergi meninggalkan raganya.
..........
Dalam tidurnya Arthur merasa seperti ada seseorang yang memutarkan film dokumenter di kepalanya. Dia bisa melihat sepotong-sepotong ingatannya berkelebatan. Kesemuanya menampilkan sosok seorang gadis yang sangat dia kenal. Kadang dia melihat gadis itu tertawa, sekelebat kemudian gadis manis itu menampilkan wajah yang cemberut. Dia juga bisa melihat dirinya sendiri tertawa-tawa jail menggoda gadis itu. Mereka berdua berlari-larian di padang rumput yang dipenuhi banyak ilalang. Terlihat sangat bahagia, wajah sumringah gadis itu mampu menyihir Arthur untuk ikut tenggelam dalam tawanya.
Potongan kenangannya beralih ke saat dimana dia berbaring di atas hamparan rumput hijau, sebuah bukit dengan gadis yang sama sedang duduk disampingnya memainkan gitar dan menyanyikan sebuah lagu. Ia tersenyum penuh damai.
Pemandangan lagi-lagi berubah, kali ini mereka berdua terlihat tertawa-tawa di sebuah balkon dengan sebuah teropong bintang besar. Gadis itu sedang melihat langit melalui teropongya, dengan Arthur terus-terusan berusaha mengganggu, menggelitik si Gadis hingga konsentrasinya buyar.
Lagi-lagi potongan kenangannya berganti, kali ini sepertinya kenangan yang tidak menyenangkan. Mereka berdua di dalam mobil dengan tatapan kusut, Arthur terlihat sangat marah, begitu juga gadis disampingnya. Tak ada yang bicara.
"Kalau itu mau kamu, ya udahh, kamu bisa keluar!! Terserah kamu mau kemana! Aku gak perduli" Arthur berseru marah. Gadis disampingnya hanya menggigit bibir, menahan tangis "Fine!" ucap gadis itu lirih membuka pintu mobil dengan cepat, lalu menutupnya dengan keras. Arthur memukul stir mobilnya geram. Kemarahan terlihat sekali menguasainya.
Tiba-tiba dari luar mobil terdengar suara benturan hebat, suara-suara mendadak ramai dan riuh. Arthur tercekat, buru-buru dia membuka pintu mobilnya. Dan terlihat lah pemandangan itu.... Gadis yang baru saja keluar dari mobilnya kini tergeletak tak berdaya di jalan, wajahnya bersimbah darah. Tubuh Arthur bergetar hebat, kakinya seolah tak kuasa menopang berat badannya sendiri. Jantungnya seolah berhenti berdetak, menyakitkan... tangannya mencoba meraih sosok itu... sosok yang terbaring di depannya...
"PIIIINKKKKKK....."
Arthur terbangun.
Keringat membanjiri seluruh wajahnya, Nafasnya memburu seperti baru saja berlari beratus-ratus kilometer. Ben yang tertidur di kursi sebelahnya terbangun dengan kaget karena mendengar teriakan. Mereka berdua saat itu telah berada di rumah sakit.
"Arthur?.. lo...lo sadar?... astagah... akhirnyaaa... " Berondong Ben, begitu dilihatnya Arthur telah duduk di tempat tidur. Arthur menatap sekitarnya linglung, kepalanya berdenyut menyakitkan.