Pink Envelope

Sriasih (Asih Rehey)
Chapter #4

Bagian 4

Keseharian Fiza di sekolah masih seperti biasa. Yang berubah hanyalah kegiatan mengumpulkan tanda tangan para anggota dewan ambalan yang menguji tiap syarat kecakapan umum sebagai seorang penegak. Fiza harus berjuang mati-matian guna mendapatkan tanda tangan itu. Dia mempelajari setiap materi yang akan diujikan. Buku yang menghiasi tangannya adalah buku SAKU pramuka dan juga buku syarat kecakapan umum. Bersama teman satu sangganya yang lain, Fiza kompak mengikuti tes sebelum ikut pelantikan bantara itu. Dengan jiwa kepimpinan Fiza mampu membuat regu beranggota delapan orang itu menjadi sangga yang kompak dan solid.

Pada saat jam istirahat berbunyi, gadis itu duduk di bawah pohon beringin sambil menikmati belaian angin yang membuat rambutnya menari seiring dengan alunan angin. Tujuh orang gadis cantik itu menghampirinya. Mereka berdiskusi sebentar. Setelah sepakat beberapa anak pergi. Hanya tinggal Fiza dan Nita saja yang masih duduk di pohon beringin itu.

“Gue sudah nggak sabar untuk menikmati kemah pengambilan bantara nanti,” kata Nita.

“Apa menariknya sih kemah bantara?” Fiza masih penasaran.  

“Nanti lo juga tahu. Gue tinggal dulu ya, Za,” kata Nita pamit ke kantin. Fiza tersenyum dan melambaikan tangannya pada teman barunya itu.

Gadis berambut panjang itu masih duduk santai sambil membalik lembar demi lembar buku yang ada di tangannya. Tempat itu adalah tempat favorit gadis itu semenjak dia berada di sekolah itu. Tempat yang tenang dari hiruk pikuk kesibukan teman-temannya yang lain. Ternyata dari kejauhan ada Diyas yang memperhatikan Fiza duduk sendirian. Diyas menghampiri Fiza dan menjatuhkan tubuhnya di samping Fiza. Fiza memperhatikan sosok yang berada di sampingnya.

“Lo pinter banget cari tempat persembunyian,” ucap Diyas sambil tersenyum.

“Hih! Kenapa sih lo duduk di sini!” gertak Fiza agak jengkel. Fiza segera bergeser membuat jarak dengan pemuda itu. Tapi, Fiza malah terjatuh dari tempat duduknya. Dengan sigap Diyas menarik lengan Fiza.

“Lo tuh kenapa risih sih gue duduk di sini. Gue Cuma pengen tahu saja lo lagi baca apa. Oh ya, bagaimana persiapan buat uji materi ?” tanya Diyas sok kenal.

“Jangan sok kenal deh! Yang jelas gue akan buktikan pada Kak Diyas yang terhormat, kalau Fiza nggak mudah dipatahkan,” jawab Fiza sedikit memberi tekanan pada ucapannya.

“Oh, jadi nama lo Fiza? Ok, akan gue ingat deh nama lo,” kata Diyas memamerkan lekuk bibirnya yang membuat Fiza agak canggung. Gadis itu merasakan ada yang aneh, tetapi dia tidak mau larut lebih jauh. Baginya Diyas adalah sosok yang berseberangan dengannya. Fiza segera berdiri dan meninggalkan Diyas yang masih menggodanya.

Dari kejauhan ada beberapa anak yang melihat Fiza bersama Diyas, mereka adalah geng Ratu Lebah. Ternyata ketua geng tersohor di sekolah itu adalah sang ketua OSIS dan sang pradani, Melinda. Tatapan kebencian terpancar dari wajah Melinda. Melinda sangat suka dengan Diyas, dia rela melakukan apa saja demi Diyas. Tetapi Diyas hanya cuek kepadanya.

Kania mengintip dari sudut gedung, rasa cemburu menggelayut di dalam hatinya. Anak tunggal keluarga Yohan itu memutuskan kembali ke kelas. Dia tidak sanggup melihat tatapan Diyas yang begitu hangat pada Fiza.

“Nda, sepertinya anak baru itu cari masalah sama lo,” kata Vina.

“Iya, Nda. Lihat deh, sok kecakepan banget,” sahut Milka.

“Kita lihat saja, dia berurusan dengan siapa,” kata Melinda meninggalkan lorong kelas diikuti kedua temannya.

Fiza berjalan sambil membaca buku di tangannya. Gadis pecinta warna hijau itu segera masuk ke dalam kelas, tetapi Kania hanya tersenyum kecut pada Fiza. Dia mampu membaca isi hati sahabatnya.

Lihat selengkapnya