Pink Envelope

Sriasih (Asih Rehey)
Chapter #16

Bagian 16

Menjadi seorang siswa nomor satu di sekolah tak serta merta membuat kehidupan Fiza menjadi nyaman. Kadang matanya tak bisa terpejam karena memikirkan beberapa kegiatan sekolah yang harus menjadi tanggung jawabnya. Seperti halnya malam ini. Ada sebuah pesan yang dikirim oleh ketua PMR yang menyebutkan bahwa dia tak mau membantu kegiatan Pramuka yang akan diadakan minggu depan.

“Hah! Yang benar saja?” teriak Fiza sambil merasa kesal. Dia segera mencari kontak seorang sahabatnya yang mengikuti ekstra PMR. Berkali-kali Fiza memanggil sosok Nita yang sudah tenggelam dalam selimut hangatnya.

“Hm… apa sih, Za. Lo nggak tahu ini jam berapa?” keluh Nita.

“Sorry, gue nggak bisa tidur gara-gara mikirin ketua lo yang seenak jidat nggak mau diajak kerja sama. Kak Neyla ada masalah apa sih? Kenapa dengan gampang nggak mau membantu acara gerak jalan yang diadakan anak-anak pramuka?” berondong Fiza. Nita menggeliat dan segera bangkit walaupun matanya masih berat.

“Lo nggak tahu ya kalau Kak Neyla tuh musuhan sama Kak Diyas?”

“Hm… maksudnya?”

“Kayaknya lo ketinggalan gosip di sekolah. Kak Neyla tuh dulu juga suka sama Kak Diyas. Terus dia tuh pernah juga dibully sama Kak Melinda.”

Nita menceritakan semua hal yang diketahuinya dari gosip yang ditangkap oleh telinganya. Fiza menutup ponselnya setelah Nita mengeluh bahwa dia sudah diserang rasa kantuk. Fiza merubuhkan badannya di atas kasur. Matanya mengerjap beberapa kali.

“Tambah pusing aja nih kepala! Hah… ”

Bunyi ketukan pintu membuat Fiza langsung melihat ke arah  pintu. Sosok kepala Dew menyempil dari baliknya.

“Ngapain lo ke kamar gue jam segini?” bentak Fiza pada adiknya. Tak menggubris bentakan sang kakak, Dew segera masuk ke dalam kamar Fiza. Dengan muka kusut dia duduk di samping kakaknya yang masih sibuk menatap langit-langit kamarnya.

“Kak…” ucap Dew lirih tak seperti biasanya.

“Ngapain lo galau kayak gini. Tumben amat!” ledek Fiza sambil melirik ke arah wajah adiknya yang masih terlihat banyak pikiran.

“Lo yakin nggak mau pacaran?” tanya Dew yang membuat Fiza langsung terbelalak. Gadis itu langsung bangkit. Dia duduk sambil memeluk bantal keropi di sampingnya.

“Hm, lo nggak berniat buat nembak Kania kan, Dew?” desak Fiza. Mata Fiza menatap Dew dengan tajam. Mereka berdua memang sudah sepakat dengan kedua orangtua mereka bahwa tak akan pacaran sebelum lulus kuliah.

“Bukan begitu!”

“Lalu? Kenapa tiba-tiba lo membahas soal pacaran? Lo pikir gue akan merusak kepercayaan Bunda? Nggak lah! Gue nggak akan pacaran. Kalau lo, gimana?”

“Hm, gue sih sama kayak lo. Cuma…”

Lihat selengkapnya