Kania semakin dekat dengan Fuad. Hari itu mereka berencana untuk bertemu di sebuah taman. Seperti biasanya Kania membawakan buku-buku untuk Fuad. Gadis itu dengan tersenyum menghampiri Fuad yang sedang asik membaca buku.
“Bang!” gertak Kania.
“Lo, Ka. Ngagetin saja,” sahut Fuad. Kania tersenyum manis. Dia segera duduk di samping Kania. Hati gadis itu penuh dengan bunga. Untuk pertama kalinya ia merasakan debaran yang mengusik sudut jantungnya. Di kejauhan seorang Dew tak sengaja membidik gadis dengan senyuman indah itu. Dew tercengang saat Kania menatap laki-laki itu dengan penuh kasih. Setelah memperhatikan sosok di depan Kania, hati Dew juga berantakan. Dia merasa kalah sebelum berperang. Setelah mengambil beberapa gambar, Dew meninggalkan tempat itu sambil menggenggam rasa kecewanya.
“Gue… ” kata Fuad agak ragu.
“Kenapa, Bang? Kok nggak dilanjutin?” tanya Kania penasaran.
“Gue mau pulang ke Solo, Ka.”
Debaran dalam hati Kania berubah 180 derajat menjadi perasaan tersayat yang sangat menyakitkan. Mata Kania berkaca-kaca mendengar kalimat yang terucap dari bibir Fuad. Mata indah itu masih berusaha menyembunyikan kesedihannya.
“Gue mau kembali ke pondok milik Pakde. Kebetulan gue ditawari teman untuk kerja di kantornya. Gue pengen kuliah juga di sana,” kata Fuad sedikit ragu.
Kania menahan tangisnya. Dia tak bisa membayangkan jika berpisah dengan sosok yang selalu membuatnya nyaman.
“Abang berhak mendapatkan yang terbaik. Gue akan berdoa buat Bang Fuad. Semoga Abang sukses di sana,” kata Kania mencoba untuk tegar. Fuad memandang gadis di depannya itu. Merasa tak bisa menahan kesedihannya, Kania pun berpamitan kepada Fuad.
“Oh ya, Bang. Gue ada janji sama Mama. Gue pulang dulu,” kata Kania sambil menggendong tas kecilnya. Kania berlari menjauh dari Fuad. Fuad pun memanggil-manggil Kania. Tetapi gadis itu tak menoleh sedikitpun karena air matanya sudah membanjiri pipinya.
“Kania…” ucap lirih Fuad.
Sesampainya rumah, Kania lebih banyak diam. Ada sesuatu yang hilang dalam hari-harinya. Ada pesan masuk dari Fiza.
Fiza : Lo jadi ikut ke Boyolali, nggak?
Seketika Kania pun membalasnya.
Kania : Kayaknya nggak jadi, Za. Salam saja buat Mbah Uti sama Om Anto.
Selang beberapa menit pun balasan dari Fiza datang.
Fiza : Oh, Ya sudah besok aku sampaikan. Enjoy your holiday, Ka. Besok gue nggak bisa nemenin lo, soalnya ada rapat evaluasi yang harus gue lakuin untuk kegiatan di semester ini. Lo nggak apa-apa,kan?
Kania : It’s Ok. Enjoy your time.
Setelah penerimaan rapor selesai hari itu juga Fiza dan Dew berkemas dengan koper masing-masing. Semua pakaian dan barang-barang perlengkapan selama seminggu sudah disiapkan. Mereka berdua sudah dibelikan tiket kereta api oleh ayahnya. Mereka memang memilih untuk naik kereta daripada naik pesawat. Setiap mudik mereka pulang dengan pesawat. Fiza dan Dew pun membuat daftar barang masing-masing dan mengecek setiap item daftar tersebut dan memasukkan ke dalam koper.