Aku pulang diantar Biru. Menurutnya, Merra sudah cukup waras untuk ditinggal sendiri dan enggak ada tanda-tanda dia mau bunuh diri juga. Aku setuju, karena satu jam terakhir Merra malah dengan semangatnya menginterogasiku tentang Arian. Apa Arian pernah keliatan berdua sama cewek, apa dia pernah boncengan sama cewek lain, atau bahkan nganterin cewek lain pakai mobil, dan lain-lain, dan lain-lain. Dan dia mengharuskan aku memata-matai Arian kalau-kalau dia bareng sama cewek. Sepertinya Merra lupa kalau aku juga cewek, bukan bebek.
Di mobil, Biru banyak tanya soal Arian dan Merra yang berantem tadi. Aku enggak tahu apa yang harus kubilang sama Biru, Merra selingkuh ketahuan media dan kebetulan ada temen Arian yang ember terus ngadu?
Tapi Biru memang harus tahu, soalnya kalau dia enggak tahu gimana kalau pulang-pulang dia disangka ngejahatin Merra selama orang tuanya pergi?
Akhirnya aku cerita sama Biru kalau ada kesalah pahaman antara Merra dan Arian, juga mereka yang putus. Biru yang mendengarkan ceritaku dengan khidmat cuma ngangguk-ngagguk kaya hiasan di dashboard mobil.
“Jadi ini salah siapa?” tanya Biru ketika satu menit sudah berlalu setelah aku selesai cerita.
“Siapa ya?” aku gak pernah kepikiran salah-salahin orang jadi bingung.
“Menurut kamu?” tanya Biru lagi.
“Siapa, ya? Aku enggak tahu, Kang. Situasinya diliat dulu, Merra deket dan nyaman sama Endo karena mereka selalu bareng dan Endo yang selalu ada buat Merra. Memangnya salah nyaman sama orang? Kenyamanan kan bukan hal yang bisa dibuat-buat,” jawabku setelah mikir beberapa detik.
“Jadi menurut kamu selingkuh itu gak apa-apa?” tanya Biru lagi.
“Ya… enggak boleh juga, sih.” Aku memajukan bibirku, mikir lagi. “Tapi memang perasaan bisa kita atur-atur? Kalau memang suka ya bisa tiba-tiba suka, dan juga bisa tiba-tiba hilang.”
“Bisa diatur, dong!” Biru menghentikan mobilnya di lampu merah dan menatapku. “Kalau kira-kira kita bakalan suka sama orang ini, biar gak suka kita bisa jauhin sebelum rasanya semakin kerasa.”
“Tapi menurut aku, Kang, perasaan suka itu juga bisa bikin kita semakin kerasa suka ketika mereka jauh. Karena kita semakin sadar, ternyata memang kita gak bisa jauh dari orang yang kita suka.” Aku menembak Biru dengan pistol dari jari telunjukku. “Hayoo gimana tuh?”
“Jadi… ini soal jodoh gak lari ke mana, ya?” Biru ketawa sambil kembali melajukan mobilnya. “Kalau memang enggak jodoh, mau besok nikah, tapi kalau enggak jodoh bisa aja mereka jadi ilang feeling satu sama lain secara tiba-tiba?”
“Aku belum pernah nikah, jadi enggak tahu, Kang. Susah, ih, pertanyaannya teh.” Aku menggerutu dan membuat Biru ketawa keras.
“Jadi selingkuh salah, enggak?” tanya Biru lagi.
“Ya salah. Tapi suka sama orang salah engga?” balasku.
“Enggak salah, kalau orangnya tepat,” jawab Biru cerdas. “Jadi ini salah Merra bukan?”
“Iya dan tidak,” jawabku.
“Kenapa?”
“Salah Merra karena enggak menetapkan hatinya untuk satu orang aja, bukan salah Merra karena perasaan suka enggak bisa kita atur. Terkadang, kita suka sama dua orang yang berbeda di waktu bersamaan, kan?” aku mengangkat bahuku.