Setiap hari. Benar-benar setiap hari. Aku bermain bersama Lasker. Dia selalu tersenyum saat berada didekatku, mungkin hal itu karena aku berkata dia keren tempo hari. Berbagai mainan di luar maupun di dalam ruang kita jajal. Paling sering adalah aku mengajari Lasker bagaimana aturan dalam permainan catur. Berkat kesabaran dan kegigihanku, kini Lasker bisa menjadi lawanku, walau dia selalu kalah. Kau tahu? Lasker selalu bilang di setiap kekalahannya "suatu saat aku akan menang, tunggu saja."
Jujur, aku lelah menunggu kapan kemenangannya itu datang atau bisa saja sebenarnya aku takut kalimat yang Lasker ucapkan akan terjadi di satu hari di masa depan nanti.
Bbrrrmmm.
Suara mobil berhenti. Aku bisa mendengarnya karena memang ada satu mobil yang kini berada di depan rumah.
"Siapa itu?" Rasa penasaran Lasker sama denganku, "kau punya teman yang punya mobil?" Lasker berdiri dari duduknya mengikutiku.
Bukannya menyapa tamu yang belum kunjung keluar dari mobil itu, aku malah bersembunyi di balik lemari kayu dengan pintu kaca bening yang berisi gelas dan mangkuk tak terpakai. Sejak aku kecil, lemari ini tidak pernah dipindah dari samping kursi kayu yang hanya bisa diduduki satu orang di ruang tamu rumah ini.
Kakek yang tiba-tiba muncul itu mendekati si mobil asing. Aku tidak tahu pasti dari mana kakek pergi, tapi memang setiap hari di waktu pagi selalu seperti itu. Mungkin kakek merasa bersyukur kakinya masih kuat berjalan.
Dengan kehadiran kakek, akhirnya dua orang membuka pintu mobil dan keluar dari dalamnya. Dua orang itu yang aku masih ingat wajahnya.
"Wah, bapak bapak itu bajunya keren sekali," Lasker berdecak kagum mengomentari salah satu tamu. Padahal hanya menggunakan setelan jas. Mungkin Lasker jarang melihat orang seperti itu, "lihat! Dia juga pakai kacamata hitam," kan kan.
Bersamaan dengan tiga orang di depan rumah itu semakin dekat dengan pintu depan, "kita harus bersembunyi sampai kapan?" Itu Lasker lagi yang membuka suara, "apakah kau ingin mengagetkan orang keren itu?" Lasker kini menebak tujuan dari aku bersembunyi.
Dia sudah gila. Mana berani aku melakukan hal itu. Tunggu dulu, salah total. Bukannya aku tidak berani, tapi oranh berjas rapi berwarna biru tua itu adalah orang yang tidak ingin aku temui untuk yang kedua kalinya.
Mengapa?
Apakah kau tidak ingat? Dia adalah orang yang tanpa permisi membuat uang ke jalanan. Kalau itu uangnya sih tidak masalah. Masalahnya itu kan uangku. Walaupun awalnya aku meminjam uangnya, sih.