Pisang Tidak Berbuah Dua Kali

Maulidan Rahman S
Chapter #7

Uwu

Belakangan, makin sedikit keinginanku untuk menyelesaikan novel ini, cintaku. Aku kangen kamu, kangen suaramu, kangen manja kamu, kangen semuanya. Aku ingin menghabiskan hari-hari bersamamu lagi, dan tentu saja, aku ingin jadi orang yang bersamamu sebelum kau pulas tertidur, sebelum kau memulai hari-harimu yang katamu, selalu menyenangkan.

Tapi aku sudah berjanji, bahwa selama aku mengerjakan novel ini, aku takkan menghubungimu. Aku sangat-sangat-sangat ingin menyelesaikan ini, dan sebagai lelaki, kuulangi, sebagai lelaki terbaik di bumi, aku tidak akan membatalkan janji.

Satu-satunya alasan agar aku terus mengerjakan proyek ini adalah, agar kau bisa menikmati aku dalam bentuk lembaran, meski saat mengerjakannya, aku bahkan membuat mati diriku sendiri.

Cintaku, sastra Indonesia sebenarnya sudah banyak mencetak penulis, di koran, jurnal, majalah, buku dan terakhir, di berbagai situs web penyedia tulisan. Dan, aku belakangan muncul sebagai penulis novel?

Yang benar saja!

Begitulah, cintaku. Awalnya kukira ini menarik. Awalnya kukira, dengan banyak-banyak membaca, akan membuat aku makin mahir menulis, makin terampil menempatkan kata, tetapi, yaTuhan, cerita 168 kata saja sudah bikin aku pusing harus melanjutkannya.

Karena aku tak mau proyek menulis ini tidak selesai, dan agar ada yang dibaca pembaca, ada baiknya aku salin ulang saja percakapan imajinatifku denganmu beberapa waktu lalu. Percakapan ini sudah ada sejak tiga bulan lalu di handphone, dan berkali-kali kusunting.

"Hai, sayang, kamu sudah makan?"

"Hai juga, ada pertanyaan lain, cintaku?"

"Kamu ingin pertanyaan yang bagaimana?"

"Pertanyaan yang ada pilihan jawabannya, cintaku. Belakangan, karena banyak kerjaan, aku sulit berpikir."

"Baiklah, sayang. Aku ulang pertanyaanku, ya. Semoga kamu berkenan untuk menjawabnya, dan aku tunggu segera, ya!"

Lihat selengkapnya