Mei, tujuh tahun lalu.
BAGI SEMUA ORANG YANG melihat dunia Maharani Dewanti sekarang, segalanya tampak sempurna. Ara—seperti itulah dia biasa dipanggil—tersenyum kepada orang-orang yang memenuhi grand hall Greenflower, salah satu hotel bintang lima di Jakarta Pusat. Para undangan berdecak kagum, menyampaikan betapa memukaunya penampilan Ara pada hari bahagianya itu. Di samping wanita itu, berdiri Danu Adyatama yang juga terlihat gagah dalam balutan jas pernikahannya.
Serasi!
Cantik dan ganteng, pas!
Mereka lulusan luar negeri, punya karier bagus. Kurang apa, coba? Kloplah, pokoknya!
Pasti mereka saling jatuh cinta ….
Semua komentar bernada serupa terus bergulir di antara obrolan para undangan. Banyak tamu yang tak segan menyampaikan komentar itu saat bersalaman dengan Ara dan Danu di pelaminan. Ara tersipu. Tak jarang jantungnya berdegup keras selama resepsi. Hidupnya kini telah berubah. Dia bukan lagi wanita lajang. Danu telah menjadi suaminya—pria yang Ara yakini akan menemaninya seumur hidup.
Greenflower malam itu didesain dengan tema musim dingin. Ketika memasuki hall, tamu disuguhi pemandangan ruangan yang dipenuhi bunga mawar putih, dilengkapi bunga kertas berwarna biru hingga broken white. Pita-pita biru laut melilit cantik di antaranya. Taplak putih bermotif burung perak keemasan menghiasi ruangan untuk memberi sentuhan hangat. Di beberapa spot, ada ice carving berukir huruf M & D sebagai inisial pasangan pengantin. Lagu Say You Won’t Let Go James Arthur mengalun syahdu ke seantero ruangan. Suasana resepsi tersebut membuat para tamu ikut terbawa romantisme malam itu.