Planet Bluetaria And The Core

Razza
Chapter #14

C.1 TAW AND THE CAVE

Hari sedang sangat gelap bukan dikarenakan oleh kedatangan senja yang sunyi berbisik dikejauhan namun awan gelap nan kelam menyelimuti siang itu, sangat gelap. Badai pun bisa dikatakan masih sangat terang dibandingkan siang ini. Seluruh daratan di kerajaan Soya, Tanah Biru(Ocean Land) dikepung bermiliar-miliar kubik air diatas langit, ini yang pertama kalinya terjadi disini. Semua Pre-sylum keluar dari tempat naungan mereka, semua pandangan mereka tertuju pada hal yang sama dengan pertanyaan dibenak mereka yang sama.

(Apa yang sedang terjadi?)

Kedua belas hero Exothix belum menyadari apa yang terjadi diluar sana. Mereka sedang fokus latihan pembukaan chakra pikiran mereka. Dan yang pastinya posisi mereka selalu melingkar. Tangan kiri yang satu berada diatas tangan kanan yang lain, mata tertutup, konsentrasi yang tinggi dan dengan mental yang hampir terlatih. Walau terlihat dengan jelas Leman dan Taw yang paling parah hari ini, konsentrasi mereka bahkan kacau balau. Didalam ruangan atau apa, yang sunyi dan temaram hanya dengan beberapa api kecil yang menerangi. Taw memecah keheningan, semua terheran.

“Guru, aku merasakan sesuatu yang tidak baik diluar sana. Perasaan yang sangat mencekam.” Taw lepas bicara.

Semua terdiam, sangat aneh rasanya jika Taw yang bicara seperti itu sementara Taw belum pernah merasakan sesuatu atau apalah sebelumnya. Leman memandangi wajah Taw dengan perasaan yang bingung, Taw membalas pandangan Leman dengan sedikit tersenyum namun sangat tidak enak dilihat. Sang oracle lantas menenangkan Taw dan menyuruhnya untuk Konsentrasi lebih dalam.

“Perasaan berbeda dengan kenyataan, paham yang mendekati perasaan itu lebih mencekam dari pada ilusi asal kalian tahu saja. Dan ilusi sangatlah pekat dengan semua indra.” Sang oracle berjalan mengelilingi mereka, dan tiba-tiba menghilang dari mereka. Namun suara sang oracle masih terdengar sangat jelas dan dalam intensitas jarak dekat, “kalian bisa mendengarkanku namun kalian tidak tahu dimana aku, itulah yang paling ditakuti dari ilusi, kenyataan dan perasaan yang sulit dibedakan. Tapi jika kalian paham bahwa ilusi adalah bagian dari kenyataan, kalian akan melewati batasan ilusi dan kenyataan....”

Taw jelas tidak paham apa yang dimaksudkan oleh gurunya, namun Taw sangat yakin ini bukan sekedar perasaan lalu lalang. Dia tahu sesuatu yang besar sedang terjadi disana, sesuatu yang sangat megah. Memulai lagi konsentrasi dengan perasaan pecah teriris, antara keyakinan yang dia miliki dan fakta yang ada. Namun beberapa kali Taw berusaha berkonsentrasi, bayang-bayang masuk ke dalam benak pikirannya, dia berusaha menganggapnya sebagai refleksi dari perkataan gurunya tadi. Semakin lama Taw mulai ragu implementasi tsb. dia sangat yakin memang benar ada sesuatu yang ganjil sedang terjadi diluar sana.

“Guru...”Taw membuka bicara, “Aku sangat yakin sesuatu sedang terjadi,”

“Cukup Taw, kau han..” Omongan sang oracle dipotong oleh seseorang, berwajah putih dan sangat tampan.

“Tapi guru, barusan aku juga membuka lingkup pikiranku dan diluar memang sedang terjadi sesuatu. Semua orang tampaknya sedang kebingungan dengan apa yang mereka lihat, muncul pertanyaan yang hampir sama disetiap benak mereka, ‘apa yang sedang terjadi?’ begitulah” Leman menginterupsi gurunya. Dan sekarang gurunya tampak lebih mendengarkan dan memandangi wajah Taw dengan penuh pertanyaan.

Sang oracle tahu bahwa jika Leman yang sudah berbicara maka kemungkinan bohongnya sangat tipis mengingat kekuatan Leman yang mampu membaca pikiran banyak orang dalam waktu yang bersamaan. Leman menatap dalam mata sang Oracle memberi sinyal bahwa dia memang benar-benar mendengar benak pikiran mereka, sedangkan Kesepuluh lainnya sudah lepas konsentrasi memandangi guru mereka. Canyol yang berada disebelah kanan Becky melongo, namun segera disadarkan Becky. Suro melirik Keris dengan penuh tanda tanya. Dan tiba-tiba angin berhembus mematikan cahaya api yang ada didalam ruangan itu.

“Apa itu?” Tanya Ley dengan ketakutan dimatanya.

Semua melirik kearah sumber suara Ley, mereka juga terkejut dengan matinya api tiba-tiba, namun bingung apa yang dibicarakan oleh Ley.

“Apa maksudmu Ley?” Keris bertanya.

“Bukanya kita didalam ruangan? Kenapa bisa ada angin?” Ley menjelaskan dan terlihat semua ketakutan dihati mereka, Sehrun bahkan memegang erat tangan Kei.

“Sehrun, apakah kau yang melakukannya?” Kei berbisik ditengah gelap. Dan Sehrun mencubit tangan Kei menandakan bahwa ia tidak melakukan apa-apa.

Sang Oracle tampak penuh pikirannya dan bertanya pada Leman, “Leman? Apa kau bisa melihat apa yang terjadi diluar?” Leman berdiri dan mengangguk kekanan-kekiri, gurunya tahu dia hanya mampu membaca pikiran, tidak mampu melihat apa yang sedang terjadi.

Sang oracle berjalan menuju dinding batu disebelah utara, menyentuh dinding itu dengan tangannya dan menarik jari telunjuknya dari atas kebawah. Batu-batu tsb. bergerak dan membuka sebuah jalan. Sedangkan keduabelas yang lainnya mengikuti. Berjalan menyusuri lorong panjang didalam yang hanya diterangi cahaya gelap, melangkah cepat dan dengan langkah yang mantap meski sudah cukup berumur. Dia mendengar beberapa kata mengaung di lorong berdinding kaca perak itu seperti, ‘bagaimana kau bisa merasakannya Taw?’ atau ‘apa kau bisa merasakan sesuatu yang jahat sedang terjadi Taw?’

Mereka berduabelas berjalan menyusuri lorong gelap itu, namun Canyol mendapatkan ide dari Becky untuk langsung menciptakan api dari kedua tangannya sebagai penerangan. Canyol pun melakukan apa yang dikatakan oleh Becky. Namun setelah baru saja menciptakan sedikit api dari kedua tangannya, Becky tersenyum dan semua koridor langsung menjadi terang.

“Sorry, Chan-Chan. Tapi kau tahu bukan kalau cahaya bagian dari kekuatanku.” Becky tertawa kecil menatap wajah Canyol yang langsung berubah masam.

“Yaa. Beraninya kau membodohiku!” Canyol berteriak dan memegang jidat Becky.

“Hey, jangan sentuh Rambutku.” Becky tertawa sambil menghindar, “Jadi lah dewasa dong.”

Mereka berdua berlari namun langsung dihentikan Keris. Keris menarik tangan Canyol, dan berhenti. Mereka tiba diujung koridor dan melihat secercah cahaya gelap yang tidak seperti biasanya. Yang pertama keluar adalah Suro dan Keris, diikuti dengan yang lainnya dan yang paling terakhir keluar adalah Cen dan Taw. Sekarang mereka berada disebuah halaman luas, tinggi dari tanah, serba putih. Keris langsung mendekati Sang Oracle yang berdiri tegak memandangi langit dan ikut memandangi langit juga.

Langit sangat hitam, hitam yang sama seperti hitamnya sebuah kayu yang habis dibakar. Tebalnya awan ini juga tidak bisa diperkirakan lagi, begitu juga luas dan volumenya. Sejauh mata memandang tak dapat dipastikan seberapa jauh awan badai ini. Taw memperhatikan Cen yang berdiri didepannya yang sedikit gemeritir tidak percaya dengan mengangakan mulutnya lebar-lebar. Taw paham apa artinya itu, karena satu-satunya orang yang mampu mengendalikan petir dan cuaca adalah Cen. Dan faktanya disini adalah Cen pernah memanggil badai hitam plus dengan petir-petir yang memekikkan telinga sebelumnya.

Cen memandangi langit, juga. Tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Karena sebelumnya dia juga pernah secara tidak sengaja memanggil badai tujuh belas tahun yang lalu. Memang badai yang dia ciptakan sangat pekat namun tidak sepekat ini. Ini berkali-kali lebih pekat dari waktu dulu. Mungkin 10 kali lebih pekat. Saat Cen menciptakan badai yang sangat besar, Cen selalu dalam posisi marah. Dan sekarang dia tidak memiliki sedikitpun emosi dalam dirinya, dan hanya dengan itu sang oracle tahu ini bukan sesuatu yang dikendalikan oleh Cen.

Sang oracle masih dalam diam sensitifnya sambil memperhatikan dalam-dalam mimik wajah Taw dan Cen yang tadi datang paling terakhir, lalu memasang wajah kalem dan memandang langit hitam nan kelam, lagi. Sang oracle berdiri diam dan terlihat terkonsentrasi dalam pikirannya sampai akhirnya dia angkat bicara.

“Leman, coba persempit pikiranmu dan baca pikiran seseorang yang berada di ujung tepi Ghost Valley, karena ada seseorang disana yang tak bisa aku lihat.” Sang Oracle memberi perintah cepat, “Taw, Kei, dan Keris. Kalian bersiaplah untuk pergi ke Ghost Valley dan lihat ada apa disana, jangan bertindak gegabah, Keris yang akan memberikan aba-aba.”

“Lalu Cen dan Sehrun, kalian pergi ke atas menara tertinggi. Sehrun, kau harus gerakan awan hitam ini menjauhi Sang Pohon, dan Cen kendalikan semampumu.” Sang oracle masih memberi perintah dengan lugas dan cepat, “Ley, panggil Madam Draight, kemungkinan masyarakat banyak yang akan terluka, dan Suro siapkan semua pasukan Hondulum untuk kemungkinan terburuk yang ada.”

Pasukan Hondulum adalah pasukan elit yang berjumlah 100 orang yang memiliki keterampilan dalam ilmu bela diri, ilmu pedang, pengobatan dan lain-lain. Pasukan ini berada dalam instruksi khusus Sang oracle.

“Becky, Dio, Xemen! Kalian tetap disini. Dan Canyol dan Leman ikut guru sekarang.” Sang Oracle masih memberikan perintah dengan cepat.

Sehrun dan Cen sudah menghilang daritadi menuju menara tertinggi di bagian barat Kastil, desir langkah kaki mereka masih terdengar dikejauhan. Taw dan Kei menunggu instruksi Keris. Leman masih dengan konsentrasi dalam pikirannya. Ley baru saja menuruni tangga bersama dengan Suro menuju Istana Utara tempat madam Draight dan pasukan Hondulum berada. Sisanya hanya memperhatikan awal gelap itu dengan seksama.

“Kei, pergilah lebih dahulu ke Ghost Valley dan jangan lakukan sesuatu sampai aku dan Taw tiba disana. Taw peluk punggungku sekarang, kuharap kau tidak takut dengan ketinggian.” Keris memberikan instruksi yang masih membuat bingung Taw. “Taw ada apa? Kau mau aku yang memelukmu?”

Taw tersipu, wajahnya memerah dan bersegera mengikuti instruksi Keris. Blam. Whuushhh.

Kae menghilang dan Keris terbang dengan cepat.

***

Taw’s part

Lihat selengkapnya