Planet Bluetaria And The Core

Razza
Chapter #18

C.5 BLUETARIA FALL! THE WIZARD'S PLAN

Ledakan dimana-dimana, di keempat arah mata angin. Pertama utara, lalu selatan dan disusul dengan arah Timur dan Barat sekaligus bersamaan. Sebenarnya ini waktu yang sangat membingungkan. Gurunya bilang ini adalah pemberontakan penyihir dan diwaktu yang bersamaan pula perasaan panik akan sesuatu yang tidak terlalu mereka pahami bergolak dihati mereka. Pikiran mereka berpacu dengan keras dan cepatnya denyut nadi. Secepat neuron yang menghantarkan rangsangan. Ditambah lagi gurunya malah tertawa dan terlihat geli. Mereka masih memperhatikan seseorang yang terbang dari arah utara. Itukah sang penyihir? Itukah seseorang yang memberontak? Tapi dimana pasukannya? Hanya seorang diri? Tidak, ini hal lucu yang sangat didramatisir, mana mungkin seorang mampu memberontak.

Namun gurunya sekarang terlihat waspada, dan memberikan instruksi dengan cepat kepada mereka berdua belas. Tetap terlihat tenang walau sedikit panik.

“Guru, perisai yang terpasang disekeliling istana ini cukup untuk menghentikannya. Jangan panik, lagian itu hanya seorang saja. Kami berdua belas ditambah guru tidak mungkin tidak mampu menghentikannya.” Suro berbicara tegas dan lugas, sepertinya dia sangat memahami situasi yang terjadi sekarang. “Kita hentikan pria itu dan baru pergi memadamkan api disisi sana setelah itu.”

“Jangan gegabah Suro, pikiranmu tidak boleh sombong sekalipun itu hanya satu pria. Karena itu adalah sang penyihir.” Gurunya menyahuti Suro, tapi menyetujui sedikit apa yang dikatakan Suro. “Leman, sebaiknya kau pergi sekarang mengambil bola kristal yang ada ditempat yang ada disana, Dio ikutlah bersama Leman.”

Leman mengangguk mengerti apa yang dibicarakan gurunya, namun Dio sepertinya tidak. Karena hal ini memang hanya mereka berdua yang tahu. Namun dia tidak banyak tanya dan hanya mengikuti apa yang gurunya tadi bilang. Mereka berdua segera berlari dan perlahan menghilang dari sana. Sementara kesepuluh yang lainnya masih tidak melakukan apa-apa dan menunggu instruksi dari guru mereka. Sebagian hanya memperhatikan kobaran api yang sangat besar itu. Mungkin dalam hati mereka juga cemas karena mereka tidak tahu apakah hal itu menyebabkan hilangnya jiwa seseorang atau mati. Tapi mereka tahu, gurunya pasti jauh lebih merasakan hal itu, jika itu yang memang seharusnya terjadi. Sementara yang lain memperhatikan pria yang terbang itu, semakin lama semakin dekat.

Dan sekarang mereka sangat dekat, pria itu sangat muda. Dan mereka bisa melihat keseluruhan wajah dan tubuh pria itu. Tapi pria itu hanya terbang mengelilingi sesuatu. Sepertinya itu batas sihir yang melindungi istana mereka. Pria itu terbang berdiri tanpa apapun, terbang diam dan sesekali bergerak melingkar. Tapi Taw segera angkat bicara setelah melihat wajah pria itu.

“Guru, itu pria yang sama yang menceritakanku kisah yang sama seperti yang guruku ceritakan tadi dan yang memberikanku bola kristal hijau yang sudah kuberikan guru tadi.” Taw mengernyit sedikit dan memperhatikan pria itu dengan cepat dan seksama.

“Kau yakin?” Gurunya bertanya singkat.

“Aku sangat yakin,” Taw membalas.

Terlihat secercah kekecewaan diraut wajah gurunya itu, entah kenapa. Dan hal itu sama sekali tidak dipahami Taw.

“Apa yang coba dia lakukan guru? Bukankah kita harus segera bertindak untuk memadamkan api-api itu?” Keris bertanya dengan kalem, “dan kenapa dia mengelilingi itu?”

“Itu batas perlindungan sihir istana ini, Keris.” Xemen menjawab Keris sebelum gurunya. “Dia mungkin mencoba mencari celah untuk masuk. Tapi itu tidak mungkin, karena sang pohon sendiri yang telah memasang perisai itu.”

“Tidak, dia sudah menemukan kelemahannya.” Gurunya mendesis, dan hanya tersenyum.” Ayo kita tunggu lebih lama apa yang akan dia lakukan.”

“Tapi guru, siapa itu? Apakah guru tahu?” Tanya Cen.

“Tidak, aku tidak tahu Cen.”

Pria yang terbang itu melambaikan tangannya dan seperti melakukan sesuatu. Dia memutar-mutar ujung jarinya dan terlihatlah seputaran angin. Angin itu berputar seperti angin puyuh. Dan menambrak selaput dinding pelindung itu. Namun tidak terjadi apa-apa. Hanya benturan yang cukup hebat dan terlihat seperti gelombang riak ditengah udara. Namun pria itu lalu berteriak dengan keras, tatapan tajamnya mengarah pada sang oracle. Tatapan yang sangat sadis dan penuh dendam.

“Akan aku tunjuk apa yang ada disakuku pak tua jika kau tunjukan apa yanga da disakumu.” Kata pria itu.

Lalu gurunya mengambil sesuatu dari sakunya dan itu adalah bola hijau yang diberikan Taw sebelumnya. Dia memegangnya dengan penasaran. Bola hijau itu bersinar cerah dan semakin cerah. Sesuatu yang aneh terjadi, cahaya dari bola hijau itu memancar semakin kuat dan semakin terang. Dan tiba-tiba cahaya itu menghentakkan cahaya yang sangat kuat hingga sang oracle dan kesepulah yang lainnya tersentak kaget dan jatuh terduduk. Gurunya melepaskan bola itu dan membiarkannya menggelinding dilantai itu. Perlahan-perlahan intensitas cahayanya berkurang dan akhirnya mati. Sang oracle langsung mengambil kembali bola hijau itu dan menyimpannya disaku.

Mereka kembali berdiri dan memandang kearah pria tadi berteriak, dan tidak menemukan apa-apa. Pria itu menghilang. Sesuatu yang membuat mereka bimbang dan sedikit ketakutan telah terjadi. Selaput dinding tadi terlihat retak dan akhirnya terbakar sedikit demi sedikit. Menciptakan lubang yang nyata dan sangat terlihat. Guru mereka yang paling terkejut diantara mereka bersebelas. Tentu dia tidak menyangka selaput perisai itu runtuh. Semua dari mereka sekarang mencari sesuatu yang sama. Dimana pria setengah baya itu?

Lalu semburan api menyerang mereka dengan cepat, pria itu muncul dihadapan mereka lagi, semburan api itu keluar dari mulutnya. Mereka terkejut namun Suro bergerak cepat dan maju kedepan mereka semua dan mengerakkan tangannya dengan cepat. Lambaian tangan yang sangat luwes namun bertenaga. Suro mencoba mengendalikan air yang ada dikolam pancuran dibawah sana. Air-air itu bergerak cepat dan menutupi mereka dari semburan api itu, api itu hilang setelah beberapa lama dan berubah menjadi embun seketika. Lalu Suro semakin mempercepat gerakannya dengan mengendalikan air menyerang pria muda itu. Air yang memelintir seperti tangan gurita itu dengan cepat menuju kearah pria itu. Pria itu menghindari serangan Suro dan membuat yang lainnya semakin terkejut. Pria itu sekarang mengendalikan air yang dikirim Suro dan menggerakan tangannya sambil terbang diam menyerang mereka. Suro mengendalikan air yang lain dari bawah untuk menetralisasi air yang dikendalikan pria itu. Sekarang mereka berdua saling serang dengan menggunakan air sebagai senjata mereka. Air-air itu bersentuhan dan menyatu, Suro dengan susah payah mencoba agar air yang dikendalikannya tidak berbalik menyerang mereka. Namun pria itu juga melakukan hal yang sama seperti Suro. Pria itu menggerak-gerakkan tangannya dengan sangat cepat, bahkan lebih cepat dari gerakan tangan Suro.

Suro lepas kendali dan air itu sekarang sepenuhnya dalam pengendalian pria itu, pria itu menyerang kembali dengan menggunakan air tsb. Dan tepat mengenai mereka bersepuluh dan gurunya. Mereka mengambang tidak bisa bernapas didalam air itu. Kemudian pria itu terbang mendekati mereka dengan pelan sambil tetap menggerakkan tangannya dengan cepat. Sehrun yang kehabisan napas mencoba mengendalikan tubuhnya dan melakukan gerakan memutar tubuhnya. Lalu angin kencang berputar-putar diantara mereka, air tadi sekarang berada diluar batas angin yang berputar yang diciptakan Sehrun. Mereka semua terjatuh dan dalam keadaan basah, gurunya terjatuh tepat didekat Canyol yang tersungkur dilantai. Gurunya segera berdiri dan menarik Canyol untuk berdiri juga, lalu berbisik kearah Canyol.

Canyol dengan cepat mengarahkan tangannya dan melakukan gerakan dengan cepat. Api merah keluar dari tangannya dan ikut mengelilingi putaran angin yang diciptakan oleh Sehrun. Gurunya dengan cepat menampar Keris agar sadar dan yang lainnya juga. Dalam keadaan basah mereka terduduk.

“Guru, apa yang harus kita lakukan?” Tanya Cen dengan cepat.

“Dengarkan aku kalian semua, itu adalah kekuatan dari sang penyihir. Dia sudah mempersiapkan segalanya. Tidak ada yang bisa kita lakukan. Namun kalian adalah bagian dari ramalan, kalian harus melindungi planet Bluetaria dan Bumi apapun yang terjadi.” Gurunya berbicara sangat pelan dan hampir tersekat. “ Aku tidak tahu apa yang diinginkan pria itu, tapi secara garis besar aku mampu membacanya, berdasarkan mimpi dari Taw, dan semua yang terjadi belakangan ini. Aku akhirnya memahami semua keganjilan yang ada. Ramalan itu sudah didepan mata kalian. Kalian harus pergi sekarang, Leman dan Dio sekarang ada dilantai paling bawah. Planet Bumi sedang dalam bahaya dan inti air kehidupan juga akan dalam bahaya yang sama. Kalian semua harus melindungi itu, jangan biarkan penyihir itu mengambil inti air kehidupan. Jangan biarkan penyihir itu membangkitkan raja tunggal dan pasukannya kembali! Waktu kalian hanya sampai gerhana matahari dibumi! Cepat pergilah!”

“Tidak, kami tidak akan pergi tanpa guru.”

“Harus ada yang menahan penyihir itu disini, dan itu adalah tugasku. Taw, gua yang kau hampiri tempo hari adalah jalan tercepat menuju Bumi, itu adalah gerbangnya!” Gurunya meyakinkan mereka bersepuluh, gurunya mengambil bola kristal hijau disakunya dan memberikannya pada Keris. “Cepat pergilah, gunakan inti dari pohon kehidupan ini sebagai portal menuju Bumi! Selamatkan bumi dari kehancuran! Selamatkan keseimbangan alam semesta ini! Cepat pergi, selamatkan inti air kehidupan!”

Mereka tahu gurunya tidak asal bicara dan main-main, sekarang sepertinya semuanya menjadi jelas bagi mereka. Situasi sekarang sedang sulit, mereka sedang perang, perang melawan satu orang saja, namun bahkan mereka tak mampu mengendalikan situasi. Tidak ada pilihan yang lain, mereka harus menuruti perkataan gurunya, karena gurunya ttidak pernah salah. Walaupun mereka belum paham betul apa maksud perkataan gurunya. Namun mereka semua mengerti inti dari permintaan gurunya itu. Dan jika dihubungkan dengan mimpi Taw, sepertinya mereka semakin paham. Pertama, Sang penyihir memberontak entah alasannya apa, tapi mereka harus menghentikan sang penyihir untuk mengambil bola kristal hijau ini yang tidak lain adalah inti dari sang pohon kehidupan yang berfungsi untuk menghubungkan Planet Bluetaria dan Bumi. Kedua, mereka harus menemukan inti dari sang air kehidupan dan melindunginya. Jika tidak maka akan ada sesuatu yang terjadi. Ketiga, mereka harus menghentikan sang penyihir yang entah bagaimana akan menyusul mereka ke Bumi, dan batas waktu mereka adalah sampai gerhana matahari di Bumi. Kenapa Sampai gerhana matahari? Mereka tidak terlalu paham, namun pasti mimpi Taw berhubungan satu sama lain, jadi mereka tahu harus melakukan apa.

Pertama, mereka harus keluar dari lingkaran putaran angin-api-air ini bagaimanapun caranya. Kedua mereka harus menemui Leman dan Dio yang ada dilantai paling bawah yang tadi diperintahkan guru mereka untuk mengambil bola yang hanya Leman yang mengerti. Ketiga, seperti perkataan guru mereka sebelumnya kepada Taw. Mereka harus menuju Bumi menggunakan bola kristal hijau atau tak lain adalah inti dari sang pohon melewati gerbang yang ditunjukkan gurunya yang tak lain adalah portal menuju Bumi. Dan sepertinya bukan hanya Taw yang tahu letak dimana gua itu tapi Keris dan Kei juga.

Mereka tahu prioritas besarnya dan segera bertindak, Sehrun membukakan sebuah celah kecil pada putaran angin itu, dan Canyol menyingkirkan apinya. Lalu Suro juga mengendalikan air itu. Dan mereka bertiga bertindak segera, terbentuklah sebuah terowongan disana. Dan Keris menyuruh mereka untuk keluar dari sana dan menyusul paling belakang sebelum dia melihat gurunya.

“Guru, bertahanlah sampai kami kembali lagi kesini.” Keris melihat kebelakang dengan mata sayu. Dia meneteskan air mata.

Gurunya tersenyum dan memalingkan mukanya, saat mereka semua sudah keluar. Gurunya mulai bertindak dengan menggerak-gerakkan tangan dan seluruh tubuhnya untuk mengendalian ketiga elemen tadi. Dan membuatnya memudar, angin tersebut sedikit demi sedikit menjadi pelan, dan akhirnya hilang. Karena anginnya hilang maka api tadipun juga padam. Dan tersisa air yang masih mnggenangi ruangan itu dan sedikit perlahan menjadi embun yang menutupi pandangan sang oracle dan tentu saja pria muda itu. Sekilas sang oracle menyadari semua benda yang ada disana menjadi hancur dan berserakan. Kayu, benda-benda besar maupun kecil, besi dan baja, lukisan tersebar dimana-mana dan basah. Makanan-makanan juga terserak disana-sini membuat ruangan yang sebelumnya sangat bersih itu jadi tampak kotor dan jorok. Andaikan kabut ini tidak menutupi penglihatan sang oracle, sudah tentu pasti sang oracle sudah melihat keberantakan benda-benda yang ada disini.

Lihat selengkapnya