Mereka berdua belas berputar-putar didalam ruangan panjang bercahaya nan panjang, mereka masih saling berpegangan tangan satu sama lain. Namun hentakan demi hentakan mereka rasakan. Angin yang terasa berhembus disekitar mereka dengan sangat kuatnya. Pilipis dan alis mereka berkobar melayang sama seperti bibir mereka. Kemana mereka akan tiba kira-kira? Disuatu tempat yang asing tentunya namun apakah tempat itu sama seperti planet mereka, planet Bluetaria? Mereka bahkan baru mendengar ada planet yang berpenghuni yang lain. Untuk hal itu saja sudah mengubah persepsi mereka tentang dunia dan alam semesta ini. Selama ini mereka menganggap merekalah satu-satunya manusia yang hidup di alam semesta.
Namun getaran didalam sangat kuat, terpaan angin sangat kencang, terjangan waktu yang sangat terasa membuat mereka sedikit meregangkan tangan teman mereka satu sama lain.
“Jangan sampai kalian melepaskan tangan yang kalian pegang!” Seseorang berteriak didalam sana, entah siapa itu mereka tidak memperhatikan, didalam putaran hebat dan cepat yang lebih kencang daripada gasing bahkan angin torpedo sekalipun.
Namun ini sebuh masalah, seharusnya mereka saling berpelukan satu sama lain supaya mereka mampu menahan temannya, jika hanya memegang, siapa yang tahu apa yang akan terjadi. Tidak ada. Bahkan guru mereka tanpa sepengtahuan mereka juga telah dijebloskan ke penjara oleh sang penyihir.
Dan benar saja, mereka melepas tangan yang mereka pegang satu sama lain, bahkan Keris yang menganjurkan ide ini, dialah yang pertama kali melepaskan tangan kiri yang dipegang tangan kanannya. Karena satu telah terlepas, maka mereka tidak berformasi melingkar lagi, sekarang lebih terlihat seperti lurusan namun dalam skala yang acak. Lalu Leman terlepas, Kei terlepas, Dio terlepas. Dan pada akhirnya semua dari mereka terlepas dan berputar dalam sana sendirian.
***
Leman’s part.
Sial, aku mendarat dengan kepalaku ditanah, untung saja tanahnya sangat lembut dan berumput warna hijau yang sangat halus. Entah beberapa lama aku terpingsan disini. Saat aku sadar aku sudah sendirian dan melihat sepanjang area memanjang hanya bentangan savana rumput hijau kekuningan. Dengan terik matahari yang kadang muncul dan kadang tertutup oleh awan.
Aku bangun dan duduk sebentar. Lalu berdiri sebentar dan memperhatikan sekelilingku dengan cepat, maka aku mencoba menangkap sesuatu yang aku cari. Namun tidak ada. Kami terpisah, dan parahnya aku sendirian. Bagaimana mungkin hal ini terjadi? Bagaimana mungkin hal ini tidak masuk dalam perhitunganku? Padahal aku adalah ahli pikir diantara kesebelas temanku. Tapi aku tahu, walau ini akan sedikit sulit, aku pasti bisa menemukan mereka semua. Dan mencari bersama serta melindungi satu sama lain.
Aku berjalan sedikit, kearah matahari yang sekarang sudah sangat rendah. Tidak terlalu jauh berbeda dengan di Bluetaria. Atau apakah aku memang masih di Bluetaria? Tidak mungkin aku hanya merasa bernostalgia saja. Tapi aku daritadi memperhatikan, tidak ada siapapun manusia yang ada disini. Bagaimana aku bisa tahu dimana aku sekarang ini? Atau bagaimana mungkin aku bisa menemukan teman-temanku. Ah aku masih ada bola kristal pemberian guruku. Setidaknya aku bisa tahu apakah mereka baik-baik saja atau sedang dalam masalah atau sedang terluka.
Lalu aku melihat kawanan hewan bertanduk dua yang kupikir badannya sangat kekar. Ah hewan itu mirip sekali dengan kerbau di Bluetaria. Atau memang sama? Entahlah, apa yang harus aku lakukan tadi? Ah, ya ampun aku lupa. Aku tadi mau melihat bola-bola kristal yang kubawa didalam tas yang kugendong ini, dan sebuah pedang. Aku duduk lagi, kali ini aku mencari sebuah sandaran dan menemukan batang pohon yang sangat besar lagi teduh. Aku mendudukan diriku disana dan menaruh tasku didepanku. Aku mengeluarkan semua bola-bola kristal itu satu persatu, aku berharap warnanya tidak ada yang lain selain warna putih. Aku memilih satu bola dan melihatnya, ah untunglah warnanyanya putih. Dan bola itu adalah milik Kei. Aku mengambil bola kedua, ketiga sampai kelima untunglah mereka baik-baik saja. Warnanya masih putih. Saat aku mengambil bola keenam, aku merasa kecewa. Karena bolanya berwarna merah. Aku meneteskan air mataku. Karena guru mrmberitahuku artinya jika berwarna merah hanya ada dua kemungkinan, mereka sedang berada jauh diluar jangkauanku atau mati. Aku tidak mau berpikir salah satu dari temanku mati, aku melihat lambangnya dan terkejut seraya sangat sedih karena bola ini miliknya Canyol. Kenapa tidak aku sangat sedih, aku yang memegang tangan Canyol sebelumnya.
Bola ketujuh juga berwarna merah, semakin lama aku jadi tambah sedih, namun aku berusaha berpikir positif. Bola itu adalah milik Cen. Dan sialnya lagi, bola kedelapan juga berwarna merah, bola milik Xemen. Hatiku tambah hancur, ada dua tiga kemungkinan yang dari mereka bertiga. Sekarang tanganku gemetaran. Aku mengambil bola kesembilan dan kesepuluh, warnanya putih. Syukurlah. Lalu kuambil bola selanjutnya, dan agak sedikit kecewa yang kudapatkan, bola milik Keris berrwarna biru. Dia sedang terluka parah, apa yang harus aku lakukan? Sepertinya aku harus menemukan Keris terlebih dahulu untuk saat ini. Ah bola terakhir, semua sudah ada, bahkan bolaku juga sudah kuambil, sisa terakhir adalah milik Taw. Aku mengambilnya didasar tasku. Dan menemukan bolanya, aku agak sedikit ragu namun penuh penasaran dan juga tentunya berharap bola milik Taw berwarna putih, aku mengangkatnya dan menutup mataku. Saat aku membuka mataku dan melihat apa yang kupegang, saat ini aku sangat down. Bola milik Taw juga berwarna Merah, namun agak sedikit berbeda warnanya dengan yang lain. Bola yang satu ini warnanya ada tiga, yaitu merah kuning dan orange. Apa artinya? Setahuku warna kuning artinya dalam bahaya. Apa artinya Taw sekarang sedang dalam bahaya? Atau mati? Atau bagaimana ini? Sepertinya aku tidak bisa santai sekarang.
***
Sehrun’s part
Aku terhempas berdua dengan Kei, untunglah karena kami berdua sangat dekat. Kami berdua tidak apa-apa, tapi kami berada ditengah gurun pasir yang sangat banyak, dan sangat panas sekali. Aku yang terbangun terlebih dahulu, dan melihat Kei masih pingsan. Lalu aku bangunkan dia, dan disinilah kami sekarang. Ditempat yang tidak kami ketahui, di Bumi. Namun sangat aneh juga, disini hampir sama seperti di Bluetaria. Aku bisa bernapas dengan biasa dan matahari juga hampir sama, namun sekarang sudah berwarna keoranyean. Malam akan segera tiba, saat ini aku dan Kei hanya berjalan ditengah gurun. Sesekali aku terbang tinggi dan bahkan melewati awan, namun tidak ada seseorangpun yang aku lihat sejauh mata memandang.
Kei tidak mau menggunakan teleportasinya, aku rasa aku mengerti. Dia pernah bercerita, inti dari perpindahan teleportasinya adalah ada sebuah objek tempat yang dia ketahui atau pernah dia lihat. Dan sekarang kami dibumi, dan Kei tidak tahu sedikitpun tempat-tempat yang ada disini, atau lebih tepatnya Kei tidak bisa berteleportasi sembarangan disini. Atau bahkan dia bisa sama sekali karena dia takut menggunakannya karena takut tidak bisa kembali ketempat asalnya bersamaku.
Kami masih tetap berjalan berdua, sangat haus sekali. Walaupun aku terbang kelangit dan melewati awan, tetapi aku tidak merasakan awan itu memiliki air, awan yang sangat kering. Seandainya Suro ada disini, tentu dia mampu menciptakan air dari udara.
“Aku pikir aku sekarang sangat kehausan, Sehrun ah.” Kei memanggilku dengan pelan, aku memang melihat matanya dan kulitnya yang sangat kering sekarang dan mungkin saja sebentar lagi aku akan melihat dia pingsan.
“Aku harus melakukan apa Kei?” Tanya kupadanya, aku juga bingung aku bisa melakukan apa untuk saat ini. “Aku juga haus, tapi kekuatan anginku sepertinya sangat berguna disini. Setidaknya aku mampu mengambil nafas yang ada airnya dan tetap membuat paru-paruku tidak kering.”
“Aku sangat ingin minum sekarang Sehrun ah, dan juga sangat lapar” Kei berbicara pelan, namun sepertinya sekarang nadanya agak sedikit parau.
“Baiklah, ayo kita cari minum didekat sini, pasti kita akan menemukannya Kei. Atau kau mau aku terbang dan mencarikan air?” Tanyaku lagi pada Kei, tapi dia hanya menatapku dan tersenyum pahit.
“Tidak, itu ide yang sangat buruk. Jangan tinggalkan aku dalam keadaan seperti ini Sehrun ah.” Kei memelas dan akhirnya terjatuh pingsan.
Aku sangat panik, namun ini hal yang sangat wajar, dari beberapa hari sebelumnya, saat kami berlari dari istana, kami tidak makan sedikitpun hanya minum. Dan sekarang kami terdampar disebuah gurun yang sejauh mata memandang hanya ada pasir. Aku teringat Dio dengan pengendalian tanah dan pasirnya. Ah untuk saat ini, aku harus menemukan air terlebih dahulu dan makan tentu saja. Lalu aku menggendong Kei dan terbang rendah.
***
Dio’s Part
Aku baru saja seperti bermimpi, dimana aku melihat banyak bintang bertaburan dilangit. Tapi dalam mimpi itu aku melihat banyak sekali air dan desiran gelombang air. Saat aku bangun, aku shock, aku ternyata bukan hanya mimpi, ini adalah nyata. Aku tertidur diatas sebuah kapal kecil dan kulihat seseorang yang lain bersamaku. Parasnya aku sangat kenal, dan aku memang sanagt kenal. Itu adalah Suro, sang wakil pemimpin. Sang pengendali air. Ah Suro itu adalah rivalku, kami sering bersaing adu kekuatan. Tapi hal itu sekarang bukan masalah. Sekaranglah masalahnya.
Kami berada dimana? Aku bangun dan mendudukkan diriku diatas kayu ini. Suro yang melihatku terbangun langsung duduk menghampiriku. Dia memegang punggungku dan membuatku duduk. Menyandarkan aku.
“Kau tidak apa-apa?” Tanya Suro langsung begitu melihatku duduk.
“Sepertinya begitu. Aku tidak apa-apa.” Aku menjawab pertanyaan Suro, tapi agak aneh menurutku. Apa yang terjadi hingga Suro bertanya seperti itu? “Apa yang terjadi?”
“Kau terjatuh dilaut, kita jatuh tidak berjauhan. Tapi aku menghantam banyak kayu kapal, sedangkan kau tenggelam ditengah laut. Aku langsung menolongmu.” Suro menjawab dengan sederhana, simple dan sangat jelas.
“Kita ada dimana sekarang?” Tanyaku lagi.
“Kita ada ditengah laut.” Jawab Suro dengan cepat lagi.
“Dimana?” aku bertanya untuk memastikan.
“Dilaut.”
Tidak! Aku sangat benci laut! Laut itu semuanya penuh air dan tidak memiliki tanah sedikitpun. Bagaimana hal ini bisa terjadi? Tidak. Tidak. Tidak. Aku adalah pengendali tanah, dan laut adalah hal yang paling tidak aku sukai.