Baik Leman, Sehrun maupun Kei tidak tidak banyak bicara banyak. Mereka sangat terkejut. Tidak ada waktu lagi, jika benar berdasarkan hasil perhitungan analisis wanita tadi, Tiffany. Maka ini bukan waktunya bagi mereka semua untuk bersantai. Leman menatap tajam wajah Tiffany, tidak ada sedikitpun kebohongan. Tidak perlu membaca dalam apa yang dipikirkan perempuan itu.
Leman selanjutnya menatap dalam mata Sehrun dan Kei, mengisyaratkan untuk keluar dari sana secepat mungkin. Mereka lantas meminta izin kepada wanita dan pria tadi, mereka berjalan cepat dan menyusri tempat-tempat kecil disana. Sekilas terdengar wanita itu masih meneriakan banyak kata-kata yang masih terdengar di telinga mereka. Sangat jelas. Seperti, apakah kalian akan pergi? Atau apa yang terjadi sebenarnya? Atau kalian terburu-buru sekali? Tapi mereka bertiga tak menghiraukan gadis Bumi tadi dan melengsatkan badan mereka ketempat yang agak sedikit sepi.
“Inilah yang paling aku takutkan, kita tidak punya banyak waktu.” Leman bercakap dengan nada yang tidak biasanya, penuh dengan kecemasan.
“Apa yang akan kita lakukan?” Tanya Kei ikut cemas, dia melirik Sehrun dan mendapati dirinya terdiam tak banyak kata.
“Aku akan menghubungi rombongan Suro dan Keris.” Leman berteriak kecil dan langsung duduk disembarang tempat. Dia memutar balik badannya dan melihat Sehrun. “Lebih baik kau gunakan angin pada pasir-pasir itu dan buat beberapa orang disisi menjauh dari kita.
Sehrun hanya mengikuti dan menciptakan angin dengan seketika, badai debu mulai terlihat dan menerbangkan pasir-pasir. Lalu beberapa banyak dari manusia yang berada didekat mereka seolah mencari tempat untung berlindung. Dan Leman mulai berkonsentrasi lagi dan seketika juga kedua belas bola Keristal yang biasa dibawa didalam tasnya terbang mengelilingi kepala Leman. Sementara Kei hanya melihat gerakan cepat bola-bola Keristal yang berputar diatas kepala Leman dan Sehrun masih sibuk mengendalikan angin disekitar mereka supaya pasir tadi tidak masuk mengganggu mereka. Dan Leman berhasil.
“Keris, Suro. Apa kalian mendengarkanku?” Tanya Leman cepat.
“Tentu saja, apa yang tidak bisa kami dengar?” Tanya Suro.
“Kalian semua dengarkan aku, aku sudah menemukan Kei dan Sehrun. Mereka berdua sudah bersamaku sekarang.” Leman masih berbicara cepat dan tetap masih dalam kepala mereka. “Kita sudah kehabisan waktu Keris, Suro!”
“Oh kalian sudah bersama? Baguslah kalau begitu.” Tanya Keris senang, dengan nada yang bergembira. “Karena Suro dan Dio juga baru bertemu kami beberapa jam yang lalu.”
“Kalian sudah bersama?” Tanya Leman lagi, namun dia sepertinya masih berusaha untuk memberitahu mereka apa yang barusan mereka bertiga dengar.
“Ya, “ Jawab Keris singkat.
“Kau terdengar gelisah Lem?” Tanya Dio yang akhirnya menangkap keganjilan didalam pembicaraan mereka. “Kenapa aku tidak mendengar suara Kei dan Sehrun?”
“Aku hanya menghubungi kalian berlima. Kei dan Sehrun ada bersamaku sekarang.” Leman melanjutkan perkataannya, “Keris, Suro dan kalian semua. Dengarkan aku. Kita sudah kehabisan waktu.”
“Apa maksudmu Lem?” Tanya Suro.
“Gerhana tinggal tiga hari lagi!” Leman mengejutkan mereka semua, untuk beberapa detik mereka semua diam dalam pikiran mereka masing-masing sebelum akhirnya Leman memecahkan suasana hening diantara mereka. “Kalian ada dimana?”
“Kami disebuah daerah yang dinamakan Istanbul, Lem. Setelah bertemu kembali. Kami berlima menggunakan cara yang sama seperti kita masih di Bluetaria, kami gunakan kekuatan Dio dan Ley. Kami terbang tinggi diatas awan, untuk menghindari penglihatan manusia.” Lanjut Keris menjawab pertanyaan Leman. “Aku bahkan tidak terbang Lem, sekarang kami sudah mendarat. Apa yang akan kita lakukan sekarang?”
“Aku tidak tahu apakah informasi yang kudapatkan ini benar atau salah, namun lebih baik kita berasumsi bahwa ini adalah benar.” Leman masih terdengar cemas disetiap kata yang diucapkannya. “Kami akan menuju ketempat kalian dengan kekuatan Kei.”
“Menggunakan teleportasi Kei? Kalian bertiga?” Tanya Keris penasaran.
“Ya”
“Tapi Kei bahkan tidak tahu lokasi kami sekarang, atau apa yang kami lihat didepan mata kami. Kau tahu Lem, Kei perlu tahu gambaran didalam kepalanya dimana tempat yang akan kalian tuju.” Keris masih dengan cepat memberikan penjabaran kepada Leman, “Atau yang paling parahnya, Kei bahkan tidak pernah mencoba menggunakan kekuatannya untuk membawa objek hidup bersamanya.”
“Aku punya sebuah cara.” Leman lantas memotong perkataan Keris.
“Lebih baik kami yang kesana Lem dengan terbang menggunakan kekuatan Dio, katakan saja kami harus kearah mana.” Keris menyarankan idenya, sementara yang lainnya sudah mulai berbicara lagi.
“Keris benar, Kei tidak pernah membawa objek hidup bersamanya Lem.” Sambung Suro membenarkan Keris.
“Tidak Keris, akan membutuhkan waktu yang sangat lama jika kalian terbang lagi. Aku punya cara cepat, ini mungkin akan berhasil. Aku yakin sembilan puluh persen.” Leman meyakinkan mereka. “Dengarkan apa yang akan kita lakukan.”
Leman menceritakan detil dari idenya dan akhirnya melanjutkan pembicaraan lagi.
“Kau yakin cara itu akan berhasil Lem?” tanya Keris lagi, kali ini mungkin dia agak sedikit percaya pada Leman setelah mendengar penjabara Leman tadi.
“Aku sangat yakin. Setelah aku memutuskan hubungan ini, aku akan masuk kedalam pikiranmu Keris. Disaat itu aku mampu melihat apa yang kau lihat, mendengar apa yang kau dengar.” Leman menjelaskan ulang. “Di saat bersamaan juga aku bisa mengalirkannya kedalam pikiran Kei dan membuat Kei melihat apa yang kau juga lihat. Dan kami bisa menggunakan Kei untuk berteleportasi setelah itu”
“Baiklah kalau begitu, lakukan dengan hati-hati Lem. Bisa-bisa kalian tidak kembali!” Keris mengingatkan Leman sebelum akhirnya Leman memutuskan koneksi pikiran mereka.
Setelah itu Leman menceritakan apa yang barusan saja mereka obrolkan kepada Sehrun dan Kei.
"Aku tidak yakin bisa melakukannya Lem.” Kei langsung berkomentar setelah mendengar ide yang diceritakan Leman.
“Kita kehabisan waktu, saat ini kita harus berkumpul dengan mereka Kei. Ini bukan masalah kau bisa atau tidak, melainkan kau harus mampu Kei. Nasib kedua dunia ada ditangan kita sekarang.” Leman mencoba meyakinkan Kei dengan kata-katanya. “Ini akan jadi latihan pertamamu untuk mencoba membawa objek hidup bersamamu.”
“Kau yakin Lem?” Kei masih ragu dengan ide Leman barusan.