Planet Bluetaria And The Core

Razza
Chapter #25

C.12 LIGHT VS LIGHTNING

Becky’s Part at Forest

Sungguh aku benar-benar terpojok sekarang, aku sudah tidak bisa apa-apa lagi. Petir yang ditembakkan oleh Cen tepat mengenai seluruh tubuhku saat aku mencoba menghindarinya. Aku tersambar dan tubuhku rasanya seperti kesemutan. Tapi yang ini sungguh lebih dari sekadar kesemutan biasa. Aku meringkil terkadang setelah Cen mengenaiku. Sekarang aku terpojok tidak bisa bergerak. Ini hal yang sangat sulit, seseorang yang hanya mampu memanipulasi cahaya tidak mungkin mampu menghadapi kekuatan Cen yang memiliki daya serang yang sangat tinggi. Inilah buktinya, bahkan sekali terkena saja sudah membuatku merasa hampir mati.

Berulang kali aku menghindari tembakan petirnya, dan sering juga aku buat matanya buta seketika dengan kekuatan cahayaku. Aku dapat mengeluarkan cahaya dari semua tubuhku. Aku hanya mampu menghindarinya, bertahan tanpa menyerang sedikitpun. Yang kubawa sekarang adalah pisau yang kugunakan saat berburu sebelumnya. Pedang? Aku tidak pernah mahir menggunakan pedang. Hanya emen, Taw, Keris dan Ley yang mampu menggunakan pedang dengan begitu hebat. Terlebih lagi Taw, jurus seribu pedangnya spesial. Sedangkan Ley, dia bisa menggunakan pedang, jarum dan benda yang lainnya. Memang aku dan yang lainnya bisa, namun tak semahir mereka berempat. Bahkan Leman dan Kei pun tidak bisa menggunakannya. Kami yang menggunakan elemen seperti ini tidak pernah tertarik menggunakan pedang, Suro dan Canyol apalagi. Mereka bahkan tidak pernah sekalipun belajar teknik-teknik bermain pedang.

Apa yang bisa aku lakukan sekarang? Tubuhku mati kutu, petir Cen menyengat dengan sangat dalam, bahkan sampai ketulang-tulangku ini. Aku mendengarnya berjalan, langkah kakinya sungguh terdengar berhubungan kami berada dihutan yang sunyi seperti ini. Semenit kemudian Cen telah berdiri didepanku. Ini salahku yang membuatnya marah dengan kata-kata hinaanku tadi. Tapi aku sekarang menerima apapun yang akan terjadi selanjutnya.

Twenty Five Minute before.

Cen sungguh gila, dia bahkan menembaki aku petir, dari saat ada Leman, Ley dan Kei hingga saat aku sendirianpun sudah berapa banyak yang dia tembakan ke arahku. Untungnya tidak satupun petirnya mengenaiku, aku mampu menghindarinya dengan mudah karena pola tembakan yang dilakukan Cen sangat mudah terbaca. Dia akan mengambil aba-aba dan petir akan mengalir dari kedua tangannya, listrik –listrik itupun mengelilingi tubuhnya dan sebelum dia melepaskan petir itu ke sasaran, dia akan menunjuk sasarannya. Itu sampai saat ini aku bisa menghindarinya dengan mudah.

Tapi tetap saja aku tidak boleh gegabah, terutama ditanah yang terbuka seperti ini, jarak pandangnya sangat memperngaruhi nilai tembakannya. Sebab itulah aku hanya memancingnya berlari menuju hutan. Hutan yang pohonnya begitu tinggi dan padat. Sangat gelap jika terlihat dan juga mengerikan. Namun jika aku mampu menariknya kesana, aku menang satu langkah. Disana penglihatanannya tidak akan sebagus disini, jadi aku punya kesempatan untuk mengenai bola kristal yang dikirimkan Leman untuk membuat Cen kembali seperti semula, menghilangkan pengaruh sihir yang mengikatnya.

Jadi begitulah rencananya, aku hanya berlari meghindarinya dan sesekali menggunakan kekuatan cahayaku untuk membuatnya teralihkan. Sangat mengerikan efek yang ditimbulkan petir yang ditembakkan oleh Cen, bahkan tanahpun menjadi gosong dan terbakar. Aku tidak boleh terkena bahkan sekalipun. Bagus saja karena sepertinya Cen terpancing untuk mengikutiku ke Hutan.

Namun aneh saja, Cen tidak bersuara sekalipun, memang matanya hitam kosong. Tapi Cen itu orangnya tidak pendiam sebenarnya, dia akan berbicara apapun kondisinya. Dan sekarang Cen yang kulihat begitu serius dan tidak berbicara sedikitpun bahkan saat aku mengoceh karena tembakan petirnya hampir mengenaiku beberapa kali.

Kami sudah dimulut hutan dan aku berhasil memancingnya untuk masuk lebih jauh lagi, kali ini aku tidak berlari. Berlari hanya akan menimbulkan suara dan memberitahukan posisiku. Bola kristal ini harus dapat mengenai Kepala Cen, begitulah cara menyadarkan atau melepaskan ikatan sihirnya. Namun tidak akan smudah yang aku pikirkan. Tidak dengan hanya kekuatan Cahayaku. Aku harus butuh strategi.

Aku berencana untuk memanas-manasi Cen dengan menghina-hinakannya atau mengejeknya. Jika hal itu berhasil, maka dia akan menjadi emosian dan tidak terkendali. Saat itulah aku akan mengambil kesempatan, aku akan mengendap-endap dan menempelkan bola ini langsung tepat dimatanya. Tapi sekarang aku masih mengendap-endap didalam Hutan. Aku melihat bayang-bayang Cen yang mengikutiku dibelakang. Sesekali menembakan petirnya kesembarang tempat, dan membuat pohon-pohon disini terbakar.

Aku keluar dan menampakan sosokku pada Cen, jarak kami sekitar duapuluh lima meteran dan terhalang oleh beberapa pohon, mungkin lebih dari empat pohon. Aku mengeluarka cahaya dariseluruh tubuhku, tidak mungkin dia tidak mampu melihatku sekarang.

“Cen, sadarlah! Kau adalah temanku, tidakkah kau ingat?” Aku masih belum membuatnya kesal, tidak belum saatnya. Aku akan melihat kesempatan itu, jika datang akan aku lakukan sebisaku.

Cen hanya diam memandangi, dan dia mulai mengambil aba-aba lagi. Dia menunjuk dengan jari tengah dan telunjuknya dan jarinya berputar-putar, dalam beberapa detik kemudian munculan petir mengelilingi Cen. Saat dia menembakkannya, aku akan memadamkan cahaya dari tubuhku dan membuatnya kehilangan penglihatan akan keberadaanku. Dia menembakkannya dengan cepat, aku langsung berlari dan mematikan cahaya tubuhku, mengendap-endap dalam kegelapan lagi.

“Kau dan petirmu tidak akan bisa mengenaiku Cen selama aku bisa berlari.” Aku berteriak sekali dan menghilang lagi, kulihat dia berlari menuju kearah sumber suaraku namun aku sudah bergerak cepat. Aku tidak disana dan sekali lagi dia kehilangan diriku.

Lihat selengkapnya