Planet Bluetaria And The Core

Razza
Chapter #31

C.18 TAW VS THE WIZARD

Still Continuing Taw’s Part

Aku telah menantangnya bertarung dengan serius, namun tidak satupun dari kami yang bergerak sedikitpun. Tidak bahkan menggerakkan satu jemaripun. Nafasku lumayan cepat namun masih teratur, mau tidak mau juga jantungku sedikit berpacu cepat. Aku akan bertarung melawan orang yang menyerang Bluetaria, orang yang menjatuhkan guruku, orang yang mengatakan bahwa dia ingin membangkitkan Raja tunggal, orang yang mengatakan bahwa aku adalah keturunan terakhir dari Raja tunggal, orang yang ingin mengambil jantung makhluk yang melingkar dibelakangku. Makhluk yang sebenarnya adalah inti air kehidupan yang kami cari selama ini, yang awalnya mengaku hanya penjaganya saja, dan makhluk yang disebut sang penyihir ini seekor naga, berbadan panjang dan bersisik.

Suiryu, nama makhluk itu. Aku masih ingat dengan jelas dalam kepalaku saat dia memberitahukan namanya padaku. Sangat menarik mengetahui dia memiliki nama dan sang pohon juga memiliki nama. Dan yang paling menariknya lagi adalah, dia mencoba memintaku untuk melindungi, atau menjaganya demi kelangsungan alam semesta. Melindunginya dari ambisi seorang yang memiliki kekuatan yang luar biasa, yang ingin menjadi kekal dan hidup selamanya.

Namun pria muda itu tetap diam saja, wajahnya tampan. Sayang sekali dia menjadi tokoh jahat seperti ini, seandainya saja dia mau, dia pasti bisa menggunakan kekuatannya yang hebat itu untuk meraih nama di planetku. Dan aku berpikir mungkin dia bisa menikah, atau apakah dia memang sudah menikah? Bagaimana pria ini bisa mengendalikan elemen-elemen seperti sebelumnya yang kulihat? Bukankah hanya Sang Pohon yang memberikan kekuatan kepada orang yang telah dipilihnya? Dan waktuku berpikir sepertinya sudah cukup, pria itu menggerakkan jemarinya. Menunjukkan jari telunjuknya mengarah tepat ke mataku.

“Kau, Taw. Jangan salahkan aku jika kau terbunuh hari ini! Aku sudah memberimu kesempatan untuk bergabung denganku. Tapi kau menolaknya.”

“Tidak terima kasih atas ajakanmu, aku masih ingin bergabung dengan teman dan guruku. Berpihak pada kebaikan dialam semesta ini.” Jawabku memprovokasi dia untuk menyerangku sekarang. Sakura sudah memecahkan dirinya dan berputar disekelilingku, aku tidak tahu apakah penyihir itu menyadarinya. Tapi saat ini aku hanya akan bertahan terlebih dahulu, karena aku tidak akan pergi jauh-jauh dari sisi Suiryu.

“Aku akan membunuh semua temanmu, gurumu. Dan terutama pemimpinmu Taw. Aku tahu kau sangat menyayangi pemimpinmu itu, aku sudah melihat isi kepalamu saat aku menyihirmu. Tidak ada orang yang paling kau sayang kecuali Keris, bukan? Kau sangat suka saat dia memelukmu, bukan? Dia adalah orang yang akan aku bunuh pertama kali didepanmu Taw.”

“Coba saja jika kau bisa, kami berdua belas adalah satu kesatuan. Tidak akan pernah kami terpisah, apalagi kau membunuh satupun dari kami. Keris? Tentu saja, dia orang yang sangat memperhatikanku dari saat aku ditemukan oleh sang Oracle. Dia sudah aku anggap seperti kakakku sendiri. Tidak akan pernah kau kubiarkan menyentuhnya.” Aku membalas sahutan ocehannya yang kupikir tidak bernilai sama sekali. Hanya ancaman kosong belaka. “Ah, kau bahkan tidak akan mungkin mengalahkanku, Penyihir! Aku tidak tahu bagaimana kau bisa memanipulasi pikiran dan mengendalikannya sama seperti guruku. Tapi kau tidak akan bisa menggunakan kemampuanmu saat ini padaku, satupu tidak akan bisa.”

Aku melihat wajahnya yang berubah menjadi ronah kemerahan. Aku melihat gelagatnya yang marah namun disembunyikannya. Sayang aku masih bisa melihatnya.

“Pertanyaan terbesarku wahai penyihir, kenapa kau ingin aku bergabung denganmu? Itu adalah sesuatu yang bisa dipikirkan secara matang, bukan? Aku satu-satunya orang yang mampu menghentikanmu, kau takut rencanamu gagal dan menyihirku sebelumnya. Namun sayang sihirmu terlepas, kami punya ahli pikiran juga dari kelompokku.” Aku masih mencoba bertanya dan sekaligus mengeluarkan pendapat yang ada didalam benak tempurung otakku. “Kau takut aku mengendali waktu, bukan? Itu bisa memperngaruhi semua rencanamu, bukan?”

“Kau persis seperti bocah yang sedang ketakutan dan mencoba mempertahankan dirimu dengan argumen yang konyol.” Dia membalas perkataan dengan menghinaku, “Kenapa aku menyihirmu adalah karena kau satu-satunya yang dapat menemukan makhluk itu. Pedangmu itu yang menemukannya, bukan? Tidakkah pernah kau sadari Taw, hingga beberapa waktu yang lalu kau masih dalam pengaruh sihirku. Walaupun sedikit, namun aku berbagi pandangan denganmu. Itulah kenapa aku bisa kemari, aku berterima kasih padamu sebelumnya.”

Aku mencoba tenang dan tidak terprovokasi padanya. Aku pikir dia hanya mencoba untuk mendapatkanku lengah dan menyerangku.

“Tapi beruntung Taw, saat kau pertama kali masuk kesini dan melihat cahaya dari makhluk itu, sihirku hilang. Sepertinya makhluk itu yang melakukannya dengan sengaja.”

“Tidakkah kau pikir kau sangat banyak berbicara? Aku tidak tahu kau sangat cerewet seperti ini, apakah ibumu tidak pernah mengajari cara berbicara dan menghormati orang lain?” Aku membalas provokasinya, dan sepertinya agak cukup berhasil. Sekarang wajah putih tampannya menjadi kemerahan, dan dia menggerak-gerakkan jemarinya dengan cepat. Namun aku terkejut sekali, aku pikir dia akan langsung menyerangku. Dia tertawa terbahak-bahak, aku tidak mendapati apa yang lucu hingga dia tertawa seperti itu. “Kau persis seperti orang gila, tertawa dengan sendirinya.”

“Bagaimana mungkin aku tidak tertawa? Seorang bocah mengajariku bagaimana cara berbicara dan sopan santun. Sungguh sangat dramatikal. Mengingat kau bicara seperti itu padahal kau adalah seorang Yatim-piatu! Orang tuamu meninggal saat kau melahirkanmu!”

Aku terdiam mendengarnya bicara lantang seperti itu. Baiklah, sepertinya dia mendapatkanku sekarang. Dia bicara benar apa adanya, aku memang seorang yatim-piatu. Tapi aku tak merasakan sedikitpun emosi dalam diriku naik. Karena dia bicara yang sebenarnya dan hampir semua orang tahu aku begitu.

“Baiklah, kupikir kita akhiri saja obrolan kecil kita disini Taw. Aku akui kau sangat bisa berkata-kata dan mencoba memprovokasiku.”

Pria muda itu mengatakan bahwa dia ingin mengakhiri pembicaraan ini, namun aneh sekali dia bukannya maju menyerangku. Tapi dia malah mundur kebelakang dan terbang sedikit naik dan mendarat ditempat yang sedikit lebih tinggi daripada aku berpijak sekarang. Dia melihatku tajam dan melototiku, aku pikir dia akan menggunakan air atau api. Tapi dia hanya mundur.

“Oh, kau ingin kabur sekarang?” ejekku sambil tertawa kecil, aku membalas tatapannya dengan lebih tajam.

Lalu pandangannya beralih kearah Suiryu dan batu bulat yang melindunginya. Dia menatap batu itu tajam dan aku mendengar suara retakan, aku menoleh kebelakang dan melihat batu yang melindungi Suiryu retak sedikit. Dia mengincar Suiryu, bagaimana dia melakukannya? Dia bahkan tidak melakukan pengendalian sedikitpun.

Aku mengarahkan tanganku kearahnya, dan pecahan Sakura mengikutiku, sekarang tidak terbang mengelilingiku lagi. Aku menyerangnya langsung dengan Sakura, dia yang melihat gerakan tanganku langsung terbang cepat dan berpindah arah. Dia menyadarinya ternyata, dia menyadari keberadaan Sakura yang melindungi kami.

Lihat selengkapnya