Planet Bluetaria And The Core

Razza
Chapter #32

C.19 WIZARD'S IDENTITY

Taw berhasil mengalahkan penyihir muda yang berusaha unyuk mengambil jantung inti sang air, inti yang dimiliki oleh Suiryu, inti yang bisa mengekalkan hidup seseorang. Namun sayang, penyihir itu berhasil dikalahkan. Dia tidak memikirkan konsekuensi yang dapat ditimbulkan dari lawannya. Padahal dia sudah sejauh ini merencanakan hal itu, bahkan bisa dibilang hampir sempurna setiap gerakan yang dilakukan penyihir itu, hingga sempurnanya dan bahkan Sang Oracle dan Sang Pohon pun meramalkannya sebagai sesuatu yang dianggap tabu dan Sang Pohon bahkan menjalankan takdir kedua belas pahlawan untuk melawannya. Atau setidaknya hanya satu orang yang berhasil mengalahkannya sendirian. Hanya dia sendiri.

Namun siapakah sebenarnya penyihir itu? Atau kenapa dia tahu hal-hal yang seperti ini? Sesuatu yang tidak diketahui oleh orang banyak. Sesuatu yang bahkan Sang Oracle sendiri mungkin tidak banyak tahu akan hal yang diketahuinya. Apa maksud dia melakukan semua ini? Apakah hanya ingin kekal? Tidak ingin mati? Manusia mana yang ingin tidak mati? Jika hidup dalam penderitaan yang perih, tentu dia tidak ingin hidup kekal. Atau kekekalan itu ingin diisinya untuk melakukan apa? Hanya untuk hidupkah selamanya didunia ini?

Pria itu sekarang terduduk, hampir terkapar. Mungkin hal semacam itu sekarang terlintas dikepala dan otaknya. Kenapa dia melakukan sesuatu yang membuatnya menjadi seperti ini? Dikalahkan dan dianggap musuh, atau melakukannya sendirian seperti ini. Dia menatap kosong langit-langit yang ada digua itu, ada banyak batuan yang menggantung dan meneteskan air. Namun dia masih dalam keadaan sangat sadar, hanya saja luka disekujur tubunya itu yang membuat dia tidak bisa bergerak. Sebelumnya dia tidak pernah terluka separah itu, dan dia tahu rasanya sangat tidak enak, perih yang menyayat tubuh. Sungguh menyakitkan, namun pasti hatinya sekarang sangat sedih.

Pria itu melihat makhluk hijau panjang dengan seksama, namun tidak bisa apa-apa. Melihat tubuh pria muda yang baru saja mengalahkannya itu sekarang terlentang ditanah dan tidak sadarkan diri. Setelah dia dikalahkan, dia juga mendengar teriakan dua orang pria yang memanggil-manggil seseorang yang jelas dia kenal. Memanggil nama remaja muda berkulit putih dan berlingkar hitam dimatanya. Dia hanya bisa mendengarkan, tak bisa berlari dan kabur. Tubuhnya terlalu letih.

Tidak beberapa lama setelah itu, langkah dua orang masuk kedalam gua dan penyihir itu merasakannya. Semakin dekat hingga berdiri di depan pintu masuk gua yang sebelumnya kecil itu. Terbuka lebar, salah sang penyihir sendiri, dialah yang membuka lebar bebatuan yang menghalangi sebelumnya. Dengan kekuatan yang dimilikinya saat masih kuat.

Dua pria itu tidak melihatnya, terabaikan oleh sosok remaja yang pingsan didekat kolam itu. Tapi sungguh aneh, makhluk panjang itu sekarang tidak menampakkan diri. Dia menenggelamkan kepalanya didalam kolam tepat sebelum mereka berdua masuk kedalam. Hilang seolah tidak mau diketahui oleh yang lainnya. Tapi kenapa dia menampakkan sosoknya pada Taw dan dirinya? Sebenarnya jika dia ingin tersembunyi dari penyihir itu, dia tidak perlu membimbing Taw untuk menemukannya, bukan? Ada apa ini? Seolah Suiryu tahu apa yang akan terjadi dan membiarkannya.

Salah satu dari pria itu sangat penyihir itu kenal, Leman sang Master pikiran. Dia hampir mengalahkan Leman dan kedua temannya yang lain kemarin, dia bahkan hampir membunuh Leadernya, Keris sang pemimpin jika saja Leman tidak mengeluarkan perisai pelindung dari kepalanya, sama yang seperti sebelumnya penyihir itu buat. Hanya saja sepertinya Leman sangat terkontrol dan pikirannya sangat kuat. Yang satunya hanya penyihir itu ketahui saja, dia tahu pria berbadan tinggi jangkung berkulit cokelat hitam itu, bocah yang mampu berpindah tempat dengan cepat. Namun dia tidak tertarik, kekuatannya tidak seistimewa punya Taw. Dua bocah itu berlari menuju kearah temannya yang pingsan, penyihir itu hanya kaku memperhatikan gerakan kedua bocah itu melompati bebatuan dan air.

“Taw, kau tidak apa-apa?” Pria Teleportasi itu bertanya dan langsung memegang kepala Taw, namun baru sepersekian detik menyentuhnya dia langsung melepaskan kembali tangannya dari kepalanya. Dia merasakan sesuatu yang mengalir dan menyengat dari tubuh Taw.

Namun temannya itu tidak menyahut sama sekali, detak jantungnya sangat lemah sekarang. tidak bergerak dan seolah seperti orang yang mati. Namun nafasnya masih keluar walaupun sedikit dan jika saja mereka tidak jeli, mereka pasti berpikiran bahwa temannya itu sudah mati.

“Sepertinya dia pingsan Kei, seperti habis tersetrum sesuatu dengan tegangan yang sangat tinggi.”

“Ayo kita angkat dia, Lem.” Ajak Kei pada Leman, dia ingin mengangkat tubuh Taw.

“Tidak Kei, tubuhnya sekarang masih dalam aliran listrik. Kita harus menghilangkannya terlebih dahulu.”

“Bagaimana caranya?”

Leman tidak menjawab pertanyaan Taw, dia sekarang berkonsentrasi pada tubuh air dikolam itu. Sekilas penyihir itu mengira Leman menyadari keberadaan Makhluk itu, lalu sedikit air terbang membentuk seperti tangan gurita dan Leman menggerakkannya melilit ketubuh Taw.

“Air akan mengalirkannya lebih cepat,” Ucap Leman pada Kei, ternyata gelarnya sebagai ahli pikiran memang tidak perlu diragukan lagi. Karena setiap tindakannya sangat realistis. “Tapi Kei, kenapa kau dan Taw kepulau ini? Apa yang kalian cari?”

“Aku tidak tahu, Taw yang memintaku untuk membawanya kesini. Namun saat sampai disini aku dipingsankannya dan dia mengikatku dibatang pohon. Sepertinya Taw tidak berpikir panjang, aku tidak bisa terkurung dimanapun, karena aku bisa berteleportasi. Saat aku sadar, aku mendengar suara yang berisik dari dalam gua, namun aku tidak langsung melihat dan memilih untuk membawamu kesini Lem. Kau bisa mengendalikan air Lem?” Ucap Kei pelan.

“Ya, aku bisa mengendalikan air. Bukan hanya air saja, tapi kemampuan telekinetisku bisa menggerakkan objek apa saja yang aku lihat, tanah, batu, bahkan air Kei.” Jawab Leman sambil berkonsentrasi pada air yang dikendalikannya.

Sebelumnya Kei terikat di sebuah pohon, Taw yang melakukannya saat dia pingsan. Namun diluar dugaan, Kei sadar lebih cepat dari dugaan, saat itu Leman menghubunginya melalui pikiran Kei. Kei langsung kembali dan membawa Leman kepulau ini lagi. Mereka berdua berlari cepat menuju sumber suara yang membuat Kei yakin bahwa Taw ada disini.

“Apa yang coba dilakukan Taw disini?” Tanya Leman lagi pada Kei, sepertinya dia tidak puas dengan jawaban Kei barusan.

“Entahlah Lem, disini tidak ada apa-apa.” Kei menjawab Leman cepat, dia tidak mau menyisakan banyak pertanyaan lain yang akan ditanyakan Leman.

Cukup lama juga namun sepertinya tubuh Taw sudah tidak menglirkan arus listrik kembali. Leman mencoba memegang Taw dan tidak terjadi apa-apa. Lalu air yang tadi melilitkan tubuh Taw terlepas dan kembali kekolam.

“Ayo kita angkat dia Kei, kita harus kembali dan meminta Ley menyembuhkannya.” Leman meminta Kei untuk mengangkat Taw bersamanya, Leman memegang tangan kiri Taw dan membopongnya dari bagian kiri sedangkan Kei membopong Two dari bagian kanan. Mereka berjalan pelan. Namun tidak disangka Taw menggerakkan tangannya dan membukakan matanya.

Kei dan Leman sedikit terkejut, namun Taw langsung membisikan sesuatu pada mereka. Taw menempelkan bibirnya didekat telinga Leman dan mulai membisikan dengan suara yang sangat kecil dan pelan.

“Apa Taw? Aku tidak bisa mendengarmu dengan jelas.” Suara Leman membuat Kei bingung.

“Lem, Disini. Penyihir.”

Leman menyadari bahwa Taw mencoba memberitahunya sesuatu dengan kata kunci penyihir dan disini. Melihat situasi yang terjadi pada Taw, Leman sekilas berpikir keras dan cepat. Lalu langsung terkejut dan melihat sekeliling mereka. Dia menyadari sosok yang terduduk diatas sana. Tidak bergerak hanya memandangi mereka bertiga, memperhatikan apa yang mereka bertiga lakukan.

Namun penyihir itu tahu bahwa Leman sudah menyadari keberadaannya, dia mencoba mengangkat tangan kanannya dan menunjuk kearah Taw. Leman yang melihat itu langsung spontan membuat dinding selaput permeabel disekitar mereka, dinding pelindung yang berbentuk setengah lingkaran dan mengelilingi mereka, Leman berpikir penyihir itu akan menyerang mereka bertiga sekarang. Tapi tidak sesuatupun terjadi pada mereka, atau keadaan disekitar mereka. Leman terlihat keanehan padahal penyihir itu telah mengangkat tangannya. Lalu Leman mencoba memperhatikannya dalam gelap dan melihat secara keseluruhan tubuh penyihir itu. Pakaian hitamnya terkoyak, badannya penuh dengan luka goresan dan dia terduduk tidak berdaya. Disekitarnya terdapat banyak sekali tetesan dan cipratan darah.

Leman langsung melihat kearah Taw pelan namun pasti, mata mereka berpandangan dalam dan Leman tahu bahwa itu pasti hasil perbuatan Taw. Sama seperti luka yang terjadi pada Sehrun sebelumnya yang membuatnya sekarat. Taw melihat Leman dan hanya tersenyum sedikit saja kepada Leman. Seolah memberitahukan kepadanya bahwa dia sudah mengalahkan sosok penyihir yang ditakuti oleh banyak dari teman-temannya dan bahkan gurunya serta sang Pohon.

“Taw? Kau yang melakukannya?” Tanya Leman kepada Taw.

Taw tidak membalasnya dengan kata-kata, namun hanya dengan gerakan mengangguk dan tersenyum. Kei yang baru menyadari sosok penyihir itu lalu ikut terkejut. Namun penyihir itu sudah sangat lemah, Leman pun lantas melepaskan pelindung yang baru saja dia ciptakan. Dan selaput itu menghilang dari pandangan.

“Bagaimana kau melakukannya Taw?” Tanya Kei pada Taw, lalu melirik Leman, “Jadi sang penyihir sudah dikalahkan, apa yang harus kita lakukan?”

“Ramalan itu mengacu pada Kebangkitan raja tunggal, gerhana dan inti sang air.” Leman berkata pelan, sekarang dia mengisyaratkan Kei untuk mengambil alih membopong badan Taw sendirian. “Sekalipun penyihir sudah dikalahkan, kita masih ada yang harus dilakukan di Bumi ini setidaknya hingga gerhana matahari lewat. Aku sungguh berharap bahwa Raja Tunggal dan Pasukannya hanya sebuah ramalan saja.”

Leman berjalan menjauhi Taw dan Kei, dia berjalan pelan melewati aliran air terjun dan menuju ke arah tempat penyihir itu terduduk. Lalu Taw sedikit memaksakan dirinya untuk berteriak kepada Leman.

“Lem, jika masalah tentang Inti Sang Air Kehidupan, aku pikir aku...”

Leman terhenti sejenak dan mendengarkan Taw berbicara, namun posisi tubuhnya tidak membalik sedikitpun dan masih mengarah kepada penyihir itu. Leman menunggu setiap kata yang keluar dari mulut Taw.

“Taw, Yang Mulia tidak ingin keberadaannya diketahui oleh orang lain. Bahkan oleh temanmu sekalipun.” Tiba-tiba Sakura berbicara didalam kepada Taw.

“Kenapa aku tidak boleh memberitahukannya?” Tanya Taw didalam kepalanya sendiri.

“Taw, ada banyak hal yang tidak boleh diketahui didunia ini. Dan hanya kau yang boleh tahu tanpa sebuah alasan. Percayalah padanya Taw, dia adalah Yang Mulia Suiryu yang agung.”

“Baiklah jika memang seharusnya begitu.”

Taw menjadi diam dan tak melanjutkan pembicaraannya, Leman sepertinya penasaran dan membalikkan tubuhnya. Kei juga memperhatikan bibir Taw.

“Taw? Ada yang ingin kau beritahukan kepadaku tentang inti air kehidupan?” Tanya Leman.

Kei menggelengkan kepalanya menuruti apa yang diberitahukan oleh sakura kepadanya. “Tidak ada Lem.”

Leman kembali membalikkan tubuhnya dan berjalan mendekati penyihir, saat dia sudah didepan penyihir itu, penyihir itu mendongakkan kepalanya melihat kearah Leman. Kei yang penasaran dengan sikap Leman langsung berteriak dan bertanya.

“Lem, apa yang coba kau lakukan padanya? Tidakkah akan berbahaya jika kau berdiri didepannya?”

Dia sangat lemah sekarang, aku akan mengurungnya dalam pikiranku. Hanya itu yang mampu aku lakukan sekarang, membiarkannya dalam keadaan bebas akan jadi alternatif yang merugikan kita.” Leman menjelaskan cepat, lalu dia memberanikan diri memegang kepala penyihir itu, sebentar si penyihir terlihat memberontak saat kepalanya dipegang oleh Leman, namun dia tidak memiliki tenaga yang tersisa untuk melawan.

Lihat selengkapnya