Mereka berempat menghilang dari gua itu tanpa jejak, tidak ada yang tahu sekarang tentang keberadaan Inti Sang Air kecuali dua orang, dua orang yang menjadi kunci dalam pertempuran ini, satunya disisi yang baik dan yang satu disisi yang berlawanan. Taw tidak sedikitpun menceritakan apapun tentang hal itu atas permintaan Sakura yang katanya perintah dari Suiryu sendiri. Taw menyimpan sesuatu yang sangat besar dipundaknya. Sakura bagaimana sekarang? Tentu Taw memegang pedangnya tepat saat Leman pingsan karena sesuatu dan mereka pergi dari gua itu.
Leman juga menyimpan sesuatu yang sangat besar di pikirannya, siapa sangka lawan mereka yang mereka takutkan adalah anak dari seseorang yang sangat mereka kenal. Jika Leman ingat sendiri dia bahkan tidak tahu bahwa nama gurunya adalah Icah, selama ini dia dan bahkan semua temannya memanggilnya dengan sebutan guru. Atau masyarakat Presylum juga memanggilnya Sang Peramal. Benar juga, tidak ada yang tahu dari semua temannya tentang keluarga guru mereka. Dan mereka juga tidak pernah sempat untuk bertanya pada mereka yang lebih tahu akan hal itu.
Jadi begini intinya, Sang Penyihir adalah anak dari Sang Oracle sekarang, yang sekaligus adalah guru mereka. Motif dia melakukan penyerangan dan pemberontakan masih belum diketahui, walau Leman bisa menebak dengan asumsinya sendiri kenapa sang penyihir melakukannya. Tentu dasar memori sang penyihir adalah menjadi acuan Leman untuk menebak-nebaknya. Sang Penyihir membenci ayahnya sendiri yaitu Sang Oracle karena telah tega membunuh adiknya sendiri yang secara tidak sengaja juga telah merengut nyawa ibu. Semua itu bersangkutan dengan sang Pohon yang memberikan petunjuk dan ramalan. Itulah kenapa dia ingin menghancurkan Bluetaria. Dia sangat kecewa dengan sang pohon juga dengan ayahnya. Hal itu jadi motif baginya untuk membenci dan menghancurkannya.
Siapa yang bisa tahu? Itu hanyalah tebakan Leman semata, tidak ada yang tahu motif penyihir kecuali dirinya sendiri. Jikapun ada, maka ayahnya yaitu sang oracle sendiri yang mampu menjelaskannya. Hanya mereka berdua yang tahu, tidak ada yang lain. Namun Leman tidak mengambil itu sebagai masalahnya sekarang, hal itu bisa dia tanyakan langsung kepada gurunya saat mereka kembali. Yang menjadi pikirannya sekarang adalah gerakan apa yang akan mereka buat selanjutnya? Menunggu gerhana atau apa? Karena biang kejahatannya sendiri sudah dikalahkan oleh Taw. Siapa lagi yang bisa membangkitkan Raja Tunggal selain sang penyihir? Atau apakah sang penyihir telah memiliki rencana yang lain?
Mereka berempat berputar dalam dimensi ruang dan waktu, saling memegang satu sama lain kecuali penyihir. Dan sekian detik mereka mendarat disebuah tanah yang keras, ditempat yang sebelumnya mereka tidur. Tidak terlalu disangka ternyata hari sudah malam, kenapa bisa terjadi demikian? Tentu saja, untuk beberapa jam yang lalu, waktu berhenti lagi seketika. Bahkan tetesan air hujanpun ikut berhenti. Taw menghentikan waktu sebelumnya. Dan seketika waktu langsung berubah menjadi malam. Sepertinya bahkan Taw sendiri tidak menyadari efek ketika dia menghentikan waktu. Sama persis seperti kejadian sebelumnya.
Mereka berempat tepat mendarat didekat kesembilan teman mereka. Mereka semua terkejut walaupun tahu akan ada yang datang karena sepertinya teleportasi Kei menimbulkan gelombang aneh disekitar area yang akan dituju sehingga membuat mereka menyadarinya. Namun bukan hal itu yang membuat mereka terkejut, tapi mereka terkejut karena mereka mengharapkan kedatangan tiga orang temannya dan sekarang bertambah satu lagi. Apalagi, tambahan itu adalah sosok sang penyihir yang mereka takuti. Beberapa dari mereka langsung menjauh saat Leman, Kei dan Taw tiba disana. Namun Keris dan Suro sepertinya tidak takut sama sekali. Mereka mendekat dan bahkan memegangi tubuh dari sang pennyihir.
“Lem, bagaimana kalian bisa mengalahkannya?” Tanya Keris tidak percaya.
“Bukan kami Keris, tapi Taw sendirian.” Jawab Leman, Keris memandangi wajahnya dan langsung melihat Taw. Dia baru sadar jika Taw sekarang sedang lemah. Keris tidak menyadari sebelumnya karena pikiran dan matanya telah terfokus pada sosok penyihir.
“Taw! Apa yang terjadi padanya?” Keris menghampiri Kei yang merangkul Taw, di langsung menggendong tubuh Taw dan mengangkatnya sendirian. “Ley, cepat kemari. Tolong sembuhkan Taw.”
Ley yang mendengar teriakan Keris langsung mendekat, padahal dia tadi menjauh karena takut dengan sosok sang penyihir. Kei sekarang duduk memandangi wajah Taw bersama Keris. Ley mencoba mengobatinya dengan jurus penyembuhannya. Sementara yang lain masih terlalu sibuk memperhatikan Leman yang berjalan pelan dan dibelakangnya ikut berjalan penyihir dengan langkah gemulai namun langkapnya mantap.
“Tidak apa-apa, aku sudah mengunci pikirannya. Dia sudah tidak berdaya.” Terang Leman pada temannya yang memandangi sosok penyihir. “Ley, segera setelah kau menyembuhkan Taw, aku ingin kau mengobati dia.”
Semua yang ada disana terkejut, kecuali Leman sendiri dan Keris. Karena Leman menunjuk kearah penyihir. Apa Leman ingin Ley ingin menyembuhkan penyihir? Bagaimana bisa dia berpikiran seperti itu? Memang luka yang terlihat pada sosok berpaKeian hitam itu sangat parah. Namun tidak satupun dari mereka memperdulikan keadaannya mengingat apa yang telah dilakukannya sebelumnya. Dan bahkan Leypun terlihat enggan, dan Taw yang sangat lemahpun ikut terkejut mendengar permintaan Leman pada Ley.
“Kau gila Lem? Dia orang yang mencoba membunuh kita sebelumnya! Dia tidak berdaya sekarang karena dia terluka! Saat dia sembuh, bahkan kekuatanmu tidak bisa mengunci pikirannya!” Teriak Suro, sementara beberapa dari mereka ikut mendukung dan mengiyakan Suro.
“Kita masih harus memastikan bahwa besok tidak akan terjadi apa-apa, jika sesuai dengan fakta yang ada. Maka besok adalah hari H! Besok gerhananya, Suro.” Leman menerangkan apa yang menjadi dasar dia untuk menyembuhkan penyihir itu sambil berteriak, dia kelihatan agak jadi marah. Suro sekarang menjadi diam sementara yang mendukung Suro juga jadi diam. “Lihat saja yang terjadi sekarang, sewaktu aku pergi tadi hari masih pagi dan bahkan matahari juga masih rendah. Beberapa jam sudah menjadi malam begini.”
“Lem, tidak ada gunanya berteriak seperti itu.” Keris memberitahu Leman, lalu matanya melirik kearah Taw yang terbaring, “Taw, jangan pernah menggunakan kekuatanmu lagi disaat yang tidak kau perlukan. Kekuatanmu memperngaruhi semua hal. Aku tidak tahu manusia di Bumi mungkin beberapa hari ini akan menjadi bingung sekali.”
Taw mengangguk rendah, mencoba mengeluarkan suaranya dengan pelan. “Tapi aku tadi harus melakukannya, jika tidak semuanya akan jadi kacau Keris.” Terlihat sekali, mata Taw yang tidak berpaling sedikitpun dari mata Keris.
Keris membelai rambut Taw dan mengelusnya, Ley yang melihat itu agak sedikit keheranan. Sepertinya Keris melakukannya kepada semua orang, Ley juga sebelumnya dipegangi bibirnya saat mengobati Keris.
“Keris, aku masih tidak setuju.” Suro melihat kearah Keris.
“Tapi kita masih harus melakukan apa yang telah dipikirkan oleh Leman. Lagi pula kita tidak akan menyembuhkannya dalam keadaan full. Hanya sampai dia bisa berbicara saja.” Keris mencoba memberikan pemahaman pada yang lain dan melihat ke Leman, sementara sang penyihir masih berdiri kaku. Matanya hitam gelap dan gerakannya persis seperti bola yang dikendalikan. Namun sepertinya perhatiannya kembali kepada Taw lagi, “Taw, ini serius. Aku tidak mau kau menggunakan kekuatanmu lagi disembarang tempat. Semampumu hanya gunakan Sakura saja.”
Mendengar Keris menyebutkan nama Sakura, membuat dia berpikir lagi. Apakah dia harus menceritakan pada Keris apa yang sebenarnya terjadi. Haruskah dia memberitahukan pada temannya keberadaan Inti Sang Air. Lalu dia mencoba menghubungi Sakura didalam pikirannya.
“Sakura, apakah aku boleh memberitahukan pada mereka apa yang aku ketahui?” Tanya Taw dalam pikirannya.
“Tidak Taw, hanya kau yang boleh tahu. Tidak sampai gerhana.”
“Kenapa tidak sekarang?” Tanya Taw lagi didalam kepalanya, “Besok gerhana kan?”
“Taw, sebentar lagi kalian akan tahu. Yang Mulia Suiryu sudah ada rencana takdirnya sendiri.”
“Apa itu?”
“Kau tidak boleh tahu sekarang.” Sakura menjawab cepat, “Perkataan Leman benar Taw, penyihir itu harus disembuhkan. Tidakkah kalian ingat inti sang pohon masih ada padanya?”
Taw terkejut, Keris dan Ley menyadari keterkejutan Taw. Lalu Taw mencoba memberitahu pada Keris.
“Keris, inti sang air masih di tangan penyihir.”
Keris yang mendengar itu walaupun pelan langsung sigap berdiri. Dia juga baru sadar, selama ini dia terfokus dalam memperhatikan sosok Taw. Dia menghampiri Leman dan segera memberitahunya.
“Lu, dimana inti sang pohon?” Tanya Keris. Semua temannya terkejut dengan perkataan Keris.
“Aku sudah mencari diseluruh tubuhnya Keris, aku tidak menemukannya dimanapun.” Leman menjawab, dan Keris yang mendengar perkataan Leman agak sedikit kecewa. Yang lain juga sepertinya sedikit kecewa. “Itulah kenapa kita harus menyembuhkannya sedikit.”
“Kalau begitu kita lakukan sekarang.”
Ley yang mendengar perkataan Keris, menghentikan penyembuhannya pada Taw dan langsung mendekat. Yang lainnya mengeliling mereka. Taw sudah lumayan namun masih sulit berdiri, dia dibopong oleh Kei dan Xemen.
“Sembuhkan dia Ley,” ucap Keris lagi.
Ley tidak banyak tanya, dia memang tidak pernah membantah perkataan Keris walaupun dia terkadang ingin. Namun dia hanya melakukannya saja, setelah sekian lama sedikit demi sedikit luka pada penyihir itu menutup namun energinya tidak pulih. Ley mengatur kekuatannya untuk menyembuhkan saja, tidak memberikan energi. Lalu Ley berhenti dan melihat kearah Keris dan Leman.
“Dia tidak bisa bergerak, namun bisa bicara. Lukanya mungkin menutup, tapi rasa sakitnya belum. Aku mengatur supaya dia tidak bisa melakukan apa-apa juga. Sekarang tinggal Leman melepaskan ikatan pikirannya.
Leman tidak banyak bicara, dia langsung memegang kepala penyihir itu dan beberapa detik kemudian mata hitam penyihi berubah menjadi hitam kecokelatan. Leman melepaskan pengendalian pikirannya pada penyihir itu. Anak Oracle itu (hanya Leman yang tahu) sadar dan melihat sekelilingnya, sebagian tubuhnya tertutup oleh tanah.
“Jadi aku sudah dikalahkan.”
“Kau lihat? Matahari sudah hilang, besok adalah gerhananya. Jangan menghambat lagi, katakan dimana kau menyimpan Bola Inti sang pohon!” Teriak Keris.
“Hahaha, sekarang kau berteriak padaku? Tapi aku tidak akan memberitahukanmu.” Ucap penyihir itu, lalu Keris meninju wajahnya, dia kelihatan sedikit merah sekarang.