Planet Bluetaria And The Core

Razza
Chapter #34

C.21 THE HEROES OF BLUETARIA

Mereka berdua belas bertarung dengan lincah, cepat dan gagah berani. Satu persatu mayat hidup dijatuhkan, dilumpuhkan dan dikalahkan. Namun setiap kali mereka kalah, setiap kali itu juga mereka bangkit lagi. Para mayat hidup itu memang pantas menyandang nama mereka sebagai petarung kematian. Dengan warna kulit yang pucat, gigi yang menghitam, kurus-kurus, mata yang hampir keluar dan memegang pedang. Kesan pertama yang dirasakan adalah perasaan ngeri dan takut pada mereka pastinya. Namun tidak bisa disangkal, kedua belas remaja hebat itu tetap harus melawan mereka semua apapun yang terjadi, bahkan Taw yang lemah juga masih melakukan perlawanan yang hebat dari jauh. Dia mengerahkan Sakura terpecah dan mengamuk menyayati tubuh para mayat hidup. Dua belas melawan ratusan ribu, satu orang harus menghadapi puLeman ribu pasukan mayat hidup.

Padang pasir itu membuat pertarungan lumayan sengit, gerhana mataharinya sudah lama menghilang. Sudah berjam-jam yang lalu. Jika saja dilihat dari atas, jumlah mayat itu sangatlah banyak, bergerombol memenuhi padang pasir dan bergelombang menyerang. Namun kedua belas pahlawan itu bukan manusia biasa. Mereka diberi kekuatan yang sepadan untuk melawan mereka. Kekuatan yang akan membuat mereka bertahan untuk melindungi Bumi. Bayangkan jika mayat hidup itu menyerang pemukiman manusia di sebelah Utara dari sini? Atau setiap kota yang mereka datangi akan menjadi kosong dan penuh darah.

Dipiramida sana, satu mayat hidup mencoba mendaki bangunan berbentuk Limas itu dengan tangan kosong. Dia menyadari seseorang ikut bertarung diatas sana dan langsung memutuskan mengejarnya. Taw tidak tahu jika Raja Tunggal sedang mengincar nyawanya sekarang. Dia hanya mengendalikan Sakura dari jauh sejauh mata memandang.

“Ini sungguh menyenangkan, mengingat aku tidak pernah menggunakan kekuatanku pada pertarungan yang sebenarnya.” Teriak Canyol pada Suro, api berbentuk hewan-hewan mengejar kesana kemari pada mayat hidup itu.

“Yeah, kau benar Can. Aku menikmatinya juga, tapi jumlah mereka perasaanku tidak berkurang sedikitpun sejak saat kita bertarung tadi. Dan itu agak membuatku sedikit illfeel tahu!” Balas Suro sambil mengendalikan air, dasar bagian air itu membeku membentuk sepertu sebuah bejana, Xemen yang melakukannya.

Disisi jauh dari mereka berdua, Keris bertarung dengan gagah, dia terbang rendah. Kekuatannya membuat keuntungan padanya, setidaknya dia bisa menyerang tanpa bisa diserang oleh mayat hidup itu. Dia menghunuskan pedangnya pada gerombolan mayat hidup itu dengan cepat, sesekali dia terbang cepat dan menusukan pedangnya kearah depan dan membuat banyak mayat tertusuk. Namun sayang sekali, setelah tertusuk dan seolah kelihat kalah, mereka bangkit lagi seolah tidak ada habisnya. Keris menyadari hal itu namun tidak bisa berbuat banyak. Hanya bertarung dan terus bertarung saja yang bisa dilakukannya sekarang. tidak jauh dari sana, Xemen juga bertarung.

“Mereka tidak ada habisnya! Xem, kau lebih tua daripada aku. Apa keputusanku untuk membiarkan kalian bertarung sudah benar atau salah?” Teriak Keris diudara, dia terbang dengan cepat sekali dan memegang pedang ditangan kanannya.

“Tidak Keris, keputusanmu sudah benar. Jika bukan kita yang menghentikan makhluk menjijikan ini, siapa lagi yang akan melakukannya? Kau ingat kata guru kita?” Xemen membalas perkataan Keris, “seiring dengan kekuatan yang besar lahir juga tanggung jawab yang besar.”

“Keris, jangan tusuk mereka. Putuskan kepala mereka dari badannya dan mereka tidak bisa bangkit lagi!”

Mereka berdua tertawa. Xemen bertarung dengan tangan sebuah kapak ditangan kanannya. Dia dengan lihat dan leluasa membekukan pasir-pasir, bahkan dalam radius beberapa meter dari tubuhnya tercipta suasana sendiri yang sangat dingin. Es ditengah terik matahari! Sangat menakjubkan, salju ditengah gurun. Mayat yang masuk kedalam ruang lingkup Xemen akan membeku perlahan, dari kaki hingga akhirnya semua tubuh mereka membeku dan tidak bisa bergerak. Saat mayat-mayat itu tidak bisa bergerak lagi, barulah kemampuan kapak Xemen digunakannya. Persis seperti yang dikatakannya tadi, penggal kepala mereka dan mayat hidup itu tidak bisa bangkit bergerak lagi. Disekelilingnya banyak sekali mayat yang kaku membeku dan kepala mereka terpisah dari tubuh. Tidak bisa bergerak karena Xemen membekukan mereka hingga lebih dari minus seratus derajat celcius. Seandainya makhluk hidup yang terkena es Xemen, dapat dipastikan dia tidak akan hidup lagi. Namun walaupun ratusan atau ribuan telah Xemen kalahkan, sepertinya jumlah mereka seperti tidak ada habisnya saja. Semakin banyak yang dia kalahkan, semakin banyak pula yang mencoba menyerangnya sekarang. dan Xemen bertarung dengan pantas.

Jauh diselatan dari Xemen, Ley dan Leman berkolaborasi bertarung melawan pasukan mayat hidup itu. Ley dengan banyak alat yang digunakannya, seperti kunai lempar. Tapi utamanya dia bertarung dengan kedua tangannya dengan lincah, menggunakan dua buah pisau berukuran sedang. Dia juga tahu dari Leman, kelemahan mereka adalah saat kepala mereka terpisah dari tubuhnya. Sudah sangat banyak mayat yang terputus kepalanya karena Ley. Terlebih lagi Ley adalah satu-satunya pertarung yang tidak akan mati dalam pertarungan manapun. Dia tidak terlalu tertarik untuk menghindari serangan atau tebasan para mayat hidup itu kepadanya, sebagian dari serangan mereka mengenai Ley, dan Ley tidak masalah sama sekali dengan hal itu. Karena kemampuannya menyembuhkan, setiap tebasan pedang mengenai dirinya, dia langsung menyembuhkan dirinya sendiri. Dan disaat yang saat dia akan menyerang balik. Itu gaya bertarungnya, walau agak memaksakan diri, namun itu lumayan efektif mengingat kemampuan yang dimilikinya. Julukan The Best Healer memang bukan main-main. Namun perasaan yang sama masuk kedalam dirinya seperti yang lainnya, mungkin sudah lebih dari seribu mayat hidup yang diputuskan kepalanya oleh Ley, namun dia merasa seperti tidak ada habisnya saja. Mati satu, datang yang lain.

Leman yang bertarung bersamaan dengan Ley bahkan lebih gila lagi, jika dipikir-pikir dan dilihat secara kasat mata. Leman yang paling unggul disana, jumlah mayat yang tergeletak tidak berkepala sangat banyak. Leman bertarung dengan sangat cerdas. Konsepnya simpel dan mudah, butuk air untuk mengalahkan air. Dan dia menggunakan mayat hidup itu sendiri sebagai penyerangnya. Dia hanya duduk berkonsontrasi, matanya terbuka namun pandangannya tetap kesatu arah. Dia mengendalikan pasukan mayat hidup dengan kekuatan pikirannya. Dia menggunakan mayat untuk menghabisi mayat. Ada sekitar dua ratusan mayat yang dikendalikan oleh Leman, itu adalah batasannya. Dia tidak bisa mengendalikannya lebih dari itu. Mayat-mayat yang dikendalikan oleh Leman berputar mengelilinginya, seolah menjaganya. Dan siapapun yang mencoba mendekatinya akan ditebas oleh Leman menggunakan pasukan mayat hidupnya. Sangat praktis dan briliant. Wajar saja dia dengan gelarnya sebagai The Master Mind of Leman, setiap metode yang digunakannya sangat unik sekali.

“Lem, aku pikir ini tidak ada habisnya.” Teriak Ley kepada Leman.

“Jangan mengeluh Ley, hadapi saja. Nasib penduduk di Bumi ada ditangan kita sekarang!” Leman membalas perkataan Ley, namun tiba-tiba angin bertiup kencang disekitar mereka berdua. Itu adalah Sehrun, dia menciptakan angin torpedo yang sangat besar.

“Maaf menganggu kalian.” Ucap Sehrun.

Sehrun bertarung hampir sama seperti Keris, mereka berdua sama-sama terbang, namun berbeda. Keris masih menggunakan pedang sedangkan Sehrun bertarung dengan tangan kosong. Dia bertarung dengan bebas tanpa takut disentuh sedikitpun oleh para mayat hidup itu. Dia menciptakan angin dimana-mana, kalian tahu bukan. Angin dengan kecepatan tertentu bahkan lebih tajam dari seguah pedang. Dan Sehrun memanfaatkan hal itu untuk bertarung. Pada dasarnya dia mendominasi pertarungan melawan mayat itu, dia mampu menyerang dengan bebas sedangkan dia tak dapat disentuh. Angin torpedo ini adalah yang kesekian kalinya digunakan oleh Sehrun. Mayat-mayat terangkat ke atas dan terhempas ketanah.

Diolah yang bertarung paling diuntungkan dengan keadaan disana. Sebagai pengendali tanah, pasir adalah unsur penting juga dalam tanah. Dan Dio bisa memanipulasi pasir sebanyak yang dia mau, dia bahkan mampu menerbangkan pasir sejumlah dengan air yang dibawa oleh Suro sebelumnya. Sangat banyak, Dio sangat mendominasi pertarungan itu dan dengan pengendalian pasir yang dimilikinya. Namun Dio tidak terampil menggunakan pedang, dia tidak bisa memenggal kepala mayat-mayat itu, tapi dia punya metode yang bisa dia gunakan. Dia mengurung mayat-mayat itu didalam pasirnya dan dia mengeraskan pasir itu sehingga para mayat tidak bisa bergerak dengan bebas. Dio bertarung sama seperti Suro, bedanya saja Suro bergerak dengan sangat luwes sedangkan Dio tidak.

Disisi barat, ada Becky, Cen dan Kei. Mereka bertiga bertarung berdekatan. Namun Kei bertarung dengan caranya sendiri. Tidak seperti Cen dan Becky yang sangat kompak. Kei bertarung sendiriran seperti yang bisa kalian tebak. Dia bisa berteleportasi. Jadi dia sangat mudah menghindari banyak serangan dan bisa melancarkan serangan dengan mudah. Dia hilang seketika lalu sebentarnya dia muncul lagi dan menebas kepala mayat-mayat dengan pedangnya lalu hilang lagi. Begitulah dia gaya dia bertarung. Tapi seakarang dia menemukan metode bertarung yang sedikit lebih efektif. Mengingat dia pernah membawa Taw keluar angkasa sebelumnya, dia jadi suka membawa mayat-mayat itu beeteleportasi dan meninggalkan mereka diluar angkasa. Gaya bertarung yang tidak biasa namun sungguh kreatif, tapi sepertinya Kei sadar bahwa semakin banyak menggunakan kekuatannya, semakin mudah dirinya capek.

Becky tidak banyak membantu pertarungan disana, kekuatan cahayanya hampir tidak berguna sama sekali. Lagian dia tidak mungkin mengelabuhi para mayat hidup itu dengan kekuatan cahayanya atau menghilang menjadi gelap. Sepertinya sense mayat-mayat itu jauh lebih tajam dan bisa menemukan dimanapun Becky bersembunyi, terlebih lagi walaupun dia sangat menguasai ilmu bela diri dan ilmu pedang, namun dia tidak terlalu menggunakannya saat dia menggunakan kekuatan cahaya miliknya, dia lebih sering membuat cahaya keluar dari tubuhnya dan membantu pertarungan Cen.

Cen mengamuk hebat disana, dibantu dengan Becky. Diarea sekitar mereka berdua bertarung menjadi sangat gelap dan terkadang hujan turun. Awan hitam mendung menaungi mereka dari terik panas matahari disana. Dan sesekali Cen mengarahkan tangannya kearah sekumpulan mayat itu dan dari awan hitam diatas sana petir menyambar mereka. Atau seperti biasanya, Cen akan menembakkan petir dari kedua ujung jarinya. Namun selang waktu untuk menembakkannya sangat jauh, seandainya Becky tidak membantunya mengelabuhi para mayat itu dengan kekuatan cahaya miliknya, Cen akan lebih mudah terserang. Dan secara tampak kasat mata disana, pertarungan Cen dan Becky melawan para mayat hidup agak tersudut. Mengingat Cen hanya bisa menembakkan satu objek sedangkan musuh mereka berjumlah sangat banyak.

Taw bahkan ikut bertarung dari jauh, namun dia tidak mengkonsentrasikan Sakura untuk menyerang. Dia lebih membuat Sakura mengelilingi semua teman mereka dan berada dalam mode bertahan. Hanya itu yang bisa dilakukan Taw mengingat kondisi tubuhnya yang masih sangat lemah saat bertarung melawan penyihir sebelumnya.

Suro dan Canyol bertarung bersama juga, padahal jika mengingat beberapa waktu yang lalu mereka berdua bahkan bertarung satu sama lain. Canyol mengamuk hebat disana dan membakar banyak mayat hidup disana, mayat yang terbakar itu jadi terlihat lebih menyeramkan saat bergerak menghunuskan pedang dan berjalan. Namun kekuatan Canyol sangat besar, dia tidak perlu memisahkan kepala mayat-mayat dari tubuhnya. Dia tidak punya waktu melakukan hal itu sedangkan mayat yang terkena apinya sendiri akan terbakar sampai hangus menjadi abu. Api-api berbentuk hewan berlarian didekatnya, menyerang dan mengamuk dengan ganas. Didaerah tempat dia bertarung, terlihat kentara sekali cahaya dari apinya. Bahkan lebih terang daripada ditempat Cen dan Becky. Api menyembur dimana-mana. Dan sesekali Suro mengoceh padanya karena selalu hampir terkena api miliknya. Namun Suro pengendali air, api bukan masalah yang terlalu besar baginya.

Air dalam jumlah yang sangat banyak dikendalikan oleh g, terkadang menguap ketika dia mencoba menghentikan api yang mengejarnya dan menggerutui Cenyeol. Terkadan Suro bertarung diatas air dan membuat pasukan mayat itu tenggelam diairnya. Atau seperti sekarang, Suro mengendalikan airnya dari dalam. Dia berada didalam air yang sangat besar ukurannya, dan menyerupai seperti seekor gurita. Bulat dan memiliki tentakel, dia mengendalikan air dan menyerang mayat-mayat. Tentu pertarungannya disana membuatnya lebih unggul, walaupun ditengah gurun sekalipun. Ditambah lagi didekatnya Canyol mengamuk hebat. Namun Suro menyadari sesuatu, mereka sudah bertarung lebih dari tiga jam dan sepertinya jumlah mayat yang menyerang mereka tidak berkurang sedikitpun.

“Can, hanya perasaanku saja atau memang jumlah mereka sangat banyak? Dari tadi kita bertarung tanpa henti dan sepertinya jumlah mereka tidak berkurang sedikitpun!” Ucap Suro didalam air, namun dia bisa mengatur airnya untuk berteriak kepada Canyol dan membuatnya mendengarnya.

“Tidak apalah, asalkan aku bisa menikmati pertarungan ini. Di Bluetaria, kekuatan apiku dianggap sangat berbahaya tahu!” Ucap Canyol sambil tertawa.

“Yeah, kau menikmatinya?” Tanya Suro cepat, “Padahal kemarin aku mengalahkanmu Can!”

“Tutup mulutmu wakil ketua! Jika kau tidak setuju, setelah ini berakhir bagaimana kalau kita bertarung sekali lagi. untuk membuktikan apakah api atau air yang lebih unggul.” Tantang Canyol pada Suro.

“Can, bahkan api hitammu saja tidak menang melawan airku.”

“Api hitam?” Tanya Canyol.

“Benar, api hitam. Kau menggunakannya saat bertarung melawanku sebelumnya. Api lagenda! Amaterasu!”

 “Benarkah? Kau mau lihat?”

Lalu mereka berdua terkejut melihat Ley terlempar didekat mereka berdua. Sepertinya Ley terkena serangan bertubi-tubi. Lalu merek dikejutkan lagi ketika Keris jatuh mendarat didekat mereka.

“Kalian tidak apa-apa?” Tanya Suro.

“Jumlah mereka terlalu banyak, jika terus seperti ini aku tidak akan sanggup bertahan.” Ucap Ley, paKeiannya penuh koyakan namun ditubuhnya tidak memiliki luka sedikitpun.

“Keris, kita harus menemukan cara untuk mengubur mereka kembali!” Teriak Ley.

“Leman belum menemukannya, bahkan Inti sang Pohon pun juga tidak bisa membuat mereka terkubur kembali.” Balas Keris yang barusan berdiri kembali.

Lalu mereka semua menutup telinga mereka, suara pekikan yang mereka dengar sangat tinggi dan mengganggu pendengaran mereka.

“Darimana asalnya?” Tanya Keris.

Ley terkejut dan menunjukan sesuatu kearah piramida sana, Keris melihat sosok yang mendaki bangunan itu dan mencoba mendekati Taw. Keris mencoba terbang namun dia lengah, seketika mayat-mayat itu memegangi kakinya dan dia tidak bisa terbang untuk menolong Taw. Ley juga sekarang sibuk bertarung lagi, sedangkan Canyol dan Suro juga masih sibuk bertarung. Apa yang harus Keris lakukan? Keris menyadari sesuatu, setelah pekikan bernada tinggi tadi, pasukan mayat hidup disana menjadi lebih cepat dan sangat agresif. Namun dia tidak bisa bergerak bebas karena kakinya dipegangi oleh mayat-mayat.

Lihat selengkapnya