Pagi ini mereka semua berkumpul disebuah tanah lapang, bahkan matahari saja belum terbit disana. Lapangan disana berembun, air dan menutupi jarak pandang mereka. Bahkan mereka tidak bisa melihat dalam jarak pandang seratus meter. Seperti biasanya, mereka bahkan tidak serius dan mungkin bahkan sudah lupa beberapa minggu minggu yang lalu mereka semua hampir mati karena ulah penyihir, bahkan mungkin sudah ada yang mati. Namun kenapa bisa hidup kembali? Hanya Suiryu, sang Inti Air Kehidupan yang mengetahuinya. Atau mungkin Sakura, yang merupakan bagian dari Suiryu sendiri. Suro yang sebagai wakil pemimpin saja tertawa lepas bermain-main dengan embun, menjahili Canyol yang tidak bisa menciptakan api. Kadar air disana sangat lembab, udaranya serasa sangat segar. Oksigen disana pasti banyak sekali, mereka hanya mengira-ngira bahwa mereka tidak jauh dari hutan, aliran sungan dan pegunungan.
Bagaimana kabar penyihir sendiri? Leman dan yang lain sudah membungkus rapat jenazahnya. Banyak yang mempertanyakan kebijakan Leman untuk yang satu ini. Namun Leman masih tetap bersikeras, karena memang hanya dia yang tahu identitas penyihir yang merupakan anak guru mereka sendiri. Dan tidak ada yang tahu yang lainnya kecuali Suiryu sebagai master di Bumi.
Suiryu yang bilang pada mereka kemarin, mengatakan mereka akan pulang hari ini. Tidak lama lagi mereka akan meninggalkan Bumi untuk selamanya dan mungkin tidak akan pernah kembali lagi untuk waktu yang lama. Atau tidak sama sekali. Hari ini adalah hari terakhir mereka menginjakan kaki dibumi, menghirup udaranya. Kei sebenarnya masih ingin berjelajah, terutama disebuah tempat yang bernama London. Dia pernah secara tidak sengaja berteleportasi kesana saat melawan Taw. Dan kelihatan sekali dia sangat takjub akan apa yang dilihatnya. Banyak gedung tinggi yang bercahaya, sebuah layar yang didalamnya terdapat manusia. Manusia yang berkumpul ramai, Kei sangat ingin jika ada waktu. Namun sepertinya tidak.
Berhubungan dengan manusia, mereka semua sadar untuk beberapa minggu sebelumnya banyak hal yang terjadi. Terutama saat waktu berhenti dan seketika langsung berubah menjadi lebih cepat. Manusia juga menguak misteri yang terjadi di Mesir kemarin. Beberapa jam saja dari kejadian itu, banyak benda-benda terbang yang kesana sambil membawa sebuah alat kaca yang dibahukan. Atau Leman sendiri membaca pikiran banyak manusia yang ada dibumi tentang kejadian di sana. Namun mereka sepertinya tidak dapat menguak hasilnya, tidak untuk gejala waktu yang erhenti maupun pasukan yang tiba-tiba muncul.
Nah, disini juga terjadi kisah Roman yang tak masuk akal. Leman sendiri semalam menemui seorang gadis yang membuatnya terpesona. Gadis yang dia temui saat bertemu dengan Sehrun dan Kei. Gadis yang memberitahukannya kapan terjadi gerhana. Gadis yang kelihatan sangat cerdas. Ya, gadis cantik itu membuat detak jantung Leman menjadi cepat. Leman tahu dia ternyata menyukai gadis itu dan akhirnya memutuskan untuk menemuinya bersamaan dengan Kei, menyatakan cinta padanya. Entah apa lagi yang dilakukan bocah kurus tinggi yang sedang jatuh cinta itu saat menemuinya. Yang jelas sepertinya terjadi sesuatu diantara mereka. Mungkin saja Leman mencium bibir gadis itu. Siapa yang tahu?
Mereka masih saja sibuk dengan urusan mereka beramai-ramai. Tertawa, bergurau atau bahkan bercerita. Seperti yang dilakukan Suro dan Dio, mereka menceritakan semua pengalaman mereka saat berada ditengah lautan. Atau kisah Suro yang menciptakan Tsunami disana dan Dio tidak bisa melakukan apa-apa. Atau seperti Cen yang sepertinya masih ditanyai bagaimana rasanya disihir. Namun mereka semua diam saat Suiryu datang dari atas langit mengejutkan mereka dengan muncul tiba-tiba dibalik embun yang tebal itu. Sesaat setelah Suiryu mendarat, secercah cahaya matahari menyinari mereka semua menembus embun itu. Mereka bermandikan cahaya sekarang.
Mereka semua diam dan memperhatikan, mereka semua bahkan sudah lengkap. Pakaian mereka rapi, pedang-pedang mereka tertata di bagian pinggang mereka. Atau Leman yang mendukung tasnya itu, membawa banyak bola-bola. Namun Leman masih yang memegang baloa paling penting disana, yang menjadi pemicu pertempuran itu, Inti Sang Pohon. Entah bagaimana cara mereka kembali, namun sepertinya Taw adalah kunci dibalik itu. Suiryu melilitkan tubuhnya cepat seperti tali dan terlihat seperti duduk, tubuhnya yang panjang dan berarna hijau membuat mata menjadi terbelalak.
“Kalian akan pulang hari ini, apakah ada yang ingin kalian sampaikan?” Suiryu menggerakkan mulutnya mengeluarkan suara, suara yang menurut Taw seperti suara pria tua.
Mereka tidak bereaksi namun saling pandang satu sama lain, bertanya-tanya. Namun Keris langsung memajukan dirinya dan bersujud layaknya ala prajurat perang. Melihat Keris begitu, mereka bersebelas mengikuti apa yang dilakukan Keris.
“Kami berhutang budi padamu, Yang Mulia Suiryu.” Ucap Keris kemudian.
“Tidak, aku dan penduduk bumilah yang sangat berhutang pada kalian. Suara Suiryu sangat pelang, namun sangat jelas apa yang dikatakannya, “Baiklah, Taw kau bisa memulainya.”
Taw kebingungan dan melihat Suiryu, namun Leman langsung maju dan menyerahkan bola kristal hijau kepada Suiryu.
“Tao, silahkan ambil itu.” Suiryu memerintahkan kepada Taw, “kalian semua sudah siap?”
“Ya, kami sudah siap.” Celetuk Becky.
“Tidakkah kalian ingin berpegangan satu sama lain? Goncangannya akan cukup kuat.” Kata Suiryu menimpali celetukan Becky, Becky menjadi sedikit malu. Dan mereka berdua lalu berpegangan tangan satu sama lain, mengelilingi dan melingkar, sedangkan jasad jenazah penyihir ada ditengah-tengah mereka. “Taw, saat kubilang angkat bola itu dengan tanganmu, lakukan.”
“Baiklah.” Jawab Taw cepat.
Suiryu bergerak seperti ular dan melingkar mengelilingi mereka. Gerakannya begitu cepat sehingga membuat debu-debu disana melayang. Lalu dia memelan dan kepalanya tepat diruang kosong mereka berpegangan tangan, “Angkat tanganmu sekarang Taw!” Taw lalu menuruti apa yang diperintahkan oleh Suiryu. Makhluk itu lalu meniup-niup pelan kearah bola kristal itu. Sepersekian detik kemudian, tubuh mereka menghilang perlahan dan mereka berputar-putar cepat. Tidak seperti saat mereka yang menuju Bumi yang terpisah. Untuk waktu yang cukup lama merek berputar cepat dalam sebuah dimensi ruang dan waktu, sesaat mereka masih melihat pemandangan yang ada dibumi. Lalu menghilang dengan cepat dan mendarat disebuah tanah keras.
Mereka berada didalam gua, ditempat pertama kali mereka pergi kebumi melalui portal selaput. Namun hal itu sudah hilang, tidak tampak lagi. Mereka lalu saling melepaskan tangan, merasakan geli dipegang satu sama lain. Gua itu sangat gelap dan mereka tidak bisa melihat satu sama lain sampai Becky menggunakan kekuatannya, cahaya dari tangan Becky keluar dan menerangi seisi gua tsb. Mereka lalu berjalan dan mengikuti alur yang jalan digua.
Mereka keluar dan melihat jembatan yang diciptakan Dio dari tanah masih ada, dipaling depan keluar adalah Suro dan Canyol, sementara yang paling belakang adalah Leman, Taw dan Keris. Mereka bertiga menggotong jenazah penyihir, yang selama ini menjadi musuh mereka.
“Selanjutnya bagaimana? Aku tidak tahu apakah keadaan di Bluetaria sudah aman.” Ucap Suro kepada yang lainnya, namun dia lebih seperti berbicara kepada Keris dan Leman. Namun Leman hanya tersenyum, sepertinya dia mengetahui sesuatu yang tidak mereka ketahui. Namun mimik muka Leman langsung berubah.
“Kalian bisa tunggu kami sebentar? Beri aku dan Keris waktu lima belas menit. Ada yang ingin aku bicarakan padanya.” Pinta Leman kepada yang lainnya, mereka mengangguk dan mengiyakan. Leman, Keris dan Taw menaruh tubuh penyihir ketanah. Lalu Leman dan Keris berjalan menjauh. Wajah Keris penuh dengan pertanyaan. Tentu saja, siapa yang tidak penasaran jika diajak berbicara berdua secara tertutup seperti itu.
Keris dan Leman berjalan melewati batu-batu, Leman yang membimbing jalan didepan, mereka mendengar deru air terjun yang tidak jauh dari sana namun mengabaikannya. Dan setelah agak jauh, Leman berbicara namun Keris yang memulai dahulu.
“Apa yang ingi kau ceritakan padaku? Atau apakah ada sesuatu yang begitu penting sehingga yang lainnya tidak boleh mendengarkan?” Tanya Keris.
“Ini mengenai sang penyihir.” Leman berbicara pelan, dan dirasakannya penasaran Keris yang bertambah dan menaikan alisnya.
“Apa yang kau ketahui Lu?” Tanya Keris cepat lagi.
“Jangan terkejut dengan apa yang kukatakan setelah ini Keris, saat Taw mengalahkannya dan aku mengendalikan pikirannya. Secara tidak sengaja aku masuk dan melihat memori penyihir. Dan aku mengetahui,” Leman bercerita pelan, namun ekspresinya penuh dengan perhatian, Keris mendengarkan dengan seksama dan masih kebingungan “bahwa Dia adalah anak dari guru kita, Keris.”
“Kau bilang apa?” Keris terkejut, namun merasa bahwa dia salah mendengar perkataan Leman.
“Sang penyihir adalah anak dari Sang Oracle, guru kita.”
Sekarang Keris benar-benar terkejut, ekpresinya agak sedikit berlebihan. Namun tidak mengurangi sedikitpun ketampanan yang dimilikinya.
“Bagaimana bisa?”