Medan Perang membentang dari selatan ke utara, berupa Gurun Pasir dengan tanah gersang yang dipijak oleh para Prajurit di sekitar Pintu; dengan tanah yang dipijak Prajurit-prajurit itu mengeluarkan uap panas terik matahari.
Hanya terdapat pasir dan batu-batu dengan berbagai ukuran sejauh mata Prajurit-prajurit itu memandang.
Seorang Wanita cantik mengenakan kacamata bulat, dan bertubuh proforsional dengan mengenakan pakaian hijau Jenderal, memimpin pasukannya. Dia berdiri menghadap [RbX-M2314]: Robot sebesar bangunan dua puluh lantai.
Tubuh mesin dengan kobaran api menyala merah darah, dan mata biru menyala pada Robot itu. Wanita cantik itu berdiri tegap sambil mentap tajam Robot besar yang jauh di hadapannya, tanpa sedikit pun rasa takut.
Jenderal Sez [BSx-A327][4]
Merupakan Jenderal Wanita termuda berumur tiga puluhan. Dia merupakan penanggung jawab pintu bagian timur di [A327] bersama Jenderal Moran.
Terlihat jelas kilauan cahaya berbagai warna dari setiap Batalion Prajurit yang dipimpin oleh Jenderal Sez. Dengan masing-masing Batalion dipimpin oleh satu orang Komandan.
Cukup mudah untuk mengatur susuan kepemimpinan militer pada Era perang ini. Dimana politik dan bujuk rayu tidak berguna di Era ini.
Hanya ada “kekuatan” yang bisa melepas belenggu manusia dari perbudakan, dan merdeka dari menjadi ‘ternak‘ makhluk-makhluk itu.
Oleh karena itu, hanya manusia terkuat yang bisa memimpin.
Ini, adalah Era pugulistik.
Era, dimana tinju kepal adalah yang tertinggi dari apa pun.
“Melapor pada Jenderal Sez." Salah satu Komandan Batalion menghadap Jenderalnya. "Semua Prajurit sudah dalam posisi!”
“Bagus!” jawab Jenderal Sez dengan santai.
Wanita itu menatap ke arah langit; menatap tajam seorang Pria dengan bola mesin biru terang yang melayang di tangan kirinya. Ia bersama Elk di samping Pria muda itu, dan Wanita cantik disampingnya itu tidak berhenti berceloteh, dan Pria muda dengan acuh mengabaikannya.
Makhluk itu di sini!?
“Huh, Jenderal Moran sudah keterlaluan sekarang. Membiarkan makhluk itu bertempur sejajar dengan kita!?” gerutu Jenderal Sez sambil mengendus kesal.
“Meskipun mesin ‘bangsawan’ apapun yang ia maksud. Kita bisa menyelesaikanya sendiri!” kata Jenderal Sez dengan sinis.
“Yah, tapi para Jenderal lainnya telah sepakat, bahwa ia hanya akan mengaktifkan benda tersebut kemudian mundur,” kata seorang Komandan.
Jenderal Sez memalingkan mukanya tidak setuju. “Hummh!!”
“Laporan terbaru telah masuk!? Bahwa, bala bantuan dari Benua [2] akan tiba sebelum matahari terbenam untuk melakukan penghabisan ....” jelas seorang Komandan yang memegang tablet, dan lanjut membaca laporan lainnya.
“Ya. Kita harus menghancurkanya sebelum matahari terbenam!” perintah Jenderal Sez.
Wanita itu kemudian menatap [RbX-M2314]: Robot yang membawa senapan silver; dengan moncong senapan tersebut berbentuk persegi enam berlian di pundaknya.
Robot itu entah bagaimana terdiam selama satu jam lebih, 14 mil jauhnya. Seolah-olah ia menunggu intruksi seseorang.
Tidak ada yang dengan bodoh berani menyerang. Setelah mendengar informasi dari Sirius, dan Mark yang telah menghabisi seluruh Prajurit pengejarnya.
¤¤¤
Saat Sirius dan Elk sampai di Medan Perang yang membentang 53 mil; memebetang dari selatan ke utara. Mereka melihat [RbX-M2314] dengan mata mereka terbuka lebar, terkejut.
Sampai saat suara peringatan mekanisme wanita berbahasa inggris, terdengar di telinga Sirius, dengan disertai tulisan bahasa asing yang terpampang di hadapan Pria itu:
「Warning!!!」
「Warning!!!」