Hembusan angin disertai getaran dan pergerakan tanah, serta bebatuan berhamburan ke segala arah mengguncang Medan Perang.
Matahari yang memancarkan sinar kuning terangnya akan semakin tenggelam.
Setiap Batalion Prajurit yang dipimpin oleh kedua Jenderal Pertahanan masih utuh. Sedangkan para Prajurit musuh hanya tersisa seperempat dari masing-masing Batalion 'mereka'.
Terus menyerang musuhnya, 'mereka' seperti sama sekali tidak memiliki rasa takut akan kematian sedikit pun.
Para Prajurit pertahanan itu terus bertempur, mendorong mundur Batalion musuhnya.
Kobaran api membakar Prajurit-prajurit musuh menjadi abu, dan kilatan listrik berbagai warna melesat serta menyambar ke segala arah.
Bongkahan batu besar melayang di atas langit dan langsung menghantam kerumunan Prajurit. Dengan berbagai ukuran Energy-shields tersebar ke setiap Batalion, mereka semua saling menyerang dan bertahan tanpa jeda sedikit pun.
“Terus Serang!!” desak Jenderal Sez. “Dengan Bala Bantuan datang, kita akan hempaskan 'mereka' jadi abu!"
Suara teriakan Wanita berkacamata bulat itu menggema ke seluruh Medan Perang.
Gema teriakan Prajurit Batalion yang terus menyerang: Oo....!!!! Ooo ...!!!” Menyertai gema suara Jenderal mereka.
Harapan kemenangan terlihat jelas dari mata semua Prajurit pertahanan. Mereka berhasil memukul mundur Prajurit musuh sedikit demi sedikit.
“Seperti yang di harapkan dari manisku! Dia hebat jika memberi semangat ....” Mark tersenyum bodoh, dan terus menembaki musuh yang akan menyerang Jenderal Sez.
“Hey! Kau Pria bodoh sialan ...!!!” teriak Elk dengan geram. “Kembali dan tembaki roket-roket bodoh ini!!”
Elk dan Sirius mulai menjadi sangat sibuk menghindari roket. Mereka ber-dua tidak sempat menyerang sama sekali.
“Huh, aku seorang pangeran yang sedang melindungi putrinya!!” jawab Mark dengan santai. “Untuk apa aku melindungi Wanita gila sepertimu?!”
“Sialan!!” umpat Elk.
Dan Mark merasakan ada yang aneh. “Huh ...?!”
Sampai saat ....
“Apa itu?!” jerit Mark, mendongak dan menyipitkan matanya, menatap ke atas langit.
Pria muda berpakaian hitam dengan corak rune biru terang yang merupakan Komandan musuh, melesat ke atas langit di tengah-tengah Medan Perang. Sebuah lingkaran biru besar terbentuk di atas langit itu, dan ia menutupi seluruh penjuru Medan Perang.
“Tuan Muda!!!” teriak seorang Pria paruh baya Komandan musuh. “Apa anda akan mengorbankan kita semua disini?!!”
“Diam! Buat saja Energy-shield sesukamu, yang lemah pasti akan tetap mati!!” jawab Komandan muda itu.
“Tapi ....”
Sebelum Pria paruh baya itu menyelesaikan perkataannya, sebuah bongkahan Meteor Besar yang disertai kobaran api merah darah, keluar dari lingkaran biru.
Perlahan-lahan bongkahan Meteor Besar itu mengarah ke arah Pintu Besar yang terhimpit oleh tebing.
Jenderal Sez. mengangkat tangannya, dan mengarahkan telapak tangannya pada Meteor berapi itu. Dia langsung meremas tepak tangannya. Kemudian Energy biru berkumpul di sekitarnya; merubah atsmofer di sekitarnya menjadi sangat berembun.
Di hadapan tinju Jenderal Sez. Embun-embun berapi biru berkumpul menjadi satu, membentuk kepalan Tinju Naga berapi biru. Lalu, dia hentakan tinju kuatnya, meninju Meteor Besar.
Kepalan Tangan Naga berapi biru menghantam Meteor berapi itu dengan sangat kuat. Gelombang kejut yang mengguncang seluruh Medan Perang, sampai-sampai para Prajurit di kedua sisi terhempas ke segala arah.
“Huh, ternak bodoh!” gumam Komandan muda.
Semua orang mencoba untuk bertahan. Mereka berusaha untuk berdiri tegak dari Gelombang kejut yang di akibatkan oleh tabrakan dua Energy besar di atas mereka semua.
Sirius dan Elk yang menyaksikan tabrakan Energy itu berhenti menyerang [RbX-M2314]. Mereka ber-dua kemudian mencoba untuk menjauh dari jangkauan Meteor Besar itu.
Sebuah robekan ‘ruang’ terbentuk di sisi-sisi Meteor berapi itu, dengan kilauan emas memancar terang di dalamnya. Kemudian dua Telapak Tangan berapi emas, keluar dari dalam ‘ruang’ tersebut.