Banyak orang yang pernah mendengar nama “Montessori” dan kemudian menghubungkannya dengan pendidikan anak usia dini. Mungkin saja alasan utama Anda membeli buku ini karena anak Anda bersekolah di taman kanak-kanak yang menggunakan metode Montessori. Namun, relatif lebih sedikit orang yang tahu arti istilah ini, kemudian tahu banyak tentang pendirinya, Maria Montessori. Jika Anda ingin menggunakan metodenya untuk perkembangan anak sendiri, buku ini bisa membantu untuk mengetahui sedikit tentang kehidupannya dan kejadian yang berpengaruh padanya untuk mengembangkan gagasan tentang pengasuhan anak dan pendidikan usia dini.
Maria Montessori dilahirkan pada 1870, di kota bernama Chiaravalle di Italia. Maria Montessori adalah anak satu-satunya dari keluarga kelas menengah. Ayahnya seorang akuntan, yang pindah ke Roma ketika dia berusia 12 tahun, dan ini artinya dia dapat memperoleh pendidikan terbaik yang akan menyiapkannya untuk karier mengajar—satu-satunya profesi yang terbuka untuk mendidik perempuan muda pada waktu itu.
Dalam perkembangan belajarnya, dia menunjukkan ketertarikan pada sains, hingga akhirnya muncul keyakinan untuk menjadi dokter. Alih-alih menjadi guru sesuai dengan keinginan orang tuanya, Maria Montessori menolak tegas permintaan ayahnya, lalu mendaftar sekolah kedokteran. Dia mendaftar ke Universitas Roma dan akhirnya berhasil masuk ke sekolah kedokteran pada 1890. Maria Montessori akhirnya lulus dan menjadi perempuan pertama bergelar “Doctor of Medicine” di Italia.
Setelah lulus, penempatan pertamanya adalah asisten di Rumah Sakit San Giovanni, di bangsal perempuan dan anak-anak. Lalu, pada 1897 dia menjadi asisten relawan di klinik psikiatri di Universitas Roma.
Pada masa ini Maria Montessori menemukan apa yang disebut “anak keterbelakangan mental”. Mereka adalah anak yang memiliki pemikiran lemah sehingga tidak bisa berfungsi normal di sekolah atau di keluarga mereka. Kemudian, mereka ditempatkan di sebuah panti bersama dengan para pelaku kriminal. Ketika dia masih belajar di universitas, ada banyak diskusi tentang ilmu sosialisme, dan fakta yang ada di lapangan tidak mengejutkan baginya. Namun, karena Maria Montessori memiliki ketertarikan besar pada bidang reformasi sosial, ditambah dia juga seorang dokter anak, dia menjadi agak sensitif pada keadaan buruk anak-anak ini yang dikurung tanpa kegiatan apa pun, dan tanpa stimulasi sensori apa pun. Ketika dibawakan makanan, mereka akan merebahkan diri sendiri di lantai mencari remah-remah. Hingga akhirnya Maria Montessori menyadari bahwa perilaku mereka ini adalah salah satu usaha yang ditempuh untuk mempelajari dunia sekelilingnya. Ide yang muncul tentang cara perkembangan intelektual merupakan tema besar dalam metodenya.
Maria Montessori yakin bahwa anak-anak tersebut bukannya tidak berguna, hanya saja otak mereka tidak pernah distimulasi. Kemudian, dia mulai bekerja bersama mereka di klinik dan pelan-pelan menemukan secercah harapan ketika mereka merespons usahanya.
Ketika mencari informasi tentang perlakuan kepada anak-anak dengan keterbatasan mental, dia menemukan studi dari dua dokter Prancis, Jean Itard dan Edouard Seguin. Itard mempelajari orang tuli dan bisu, tetapi selama beberapa tahun dia mendidik dan menyosialisasi anak laki-laki dengan keterbelakangan mental yang ditemukan karena dibuang di Hutan Aveyron, Prancis. Itard kemudian menulis sebuah laporan di sebuah buku berjudul The Wild Boy of Aveyron—Pemuda Liar dari Aveyron. Pendekatan khususnya adalah dengan menstimulasi pikiran anak laki-laki secara sistematik melalui indra. Sementara itu, Edouard Seguin adalah murid Itard yang mendirikan sekolah untuk anak-anak difabel di Paris. Pendekatan khususnya adalah merancang latihan otot untuk mendidik dan mengubah tingkah laku anak.
Penelitian dan kerja dari dua dokter Prancis ini memberikan Maria Montessori arah baru dalam hidupnya. Dia mengambil ide utama dari “pendidikan indra” dan “pendidikan gerakan” yang kemudian diadaptasi, lalu dikembangkan menjadi sebuah sistem. Berawal dari situlah, dia memperoleh sistemnya sendiri.