Suara derap langkah kaki terdengar susul menyusul diiringi oleh gelak tawa nyaring yang cukup menggema. Tampaknya sebentar lagi tak hanya dirinya yang menghuni toilet ini. Gadis berambut cokelat panjang itu melirik arloji di tangan kirinya, yang menunjukkan waktu tepat pukul delapan.
Sudah waktunya, pikir gadis itu.
Gadis itu sudah bersiap untuk keluar dari bilik sampai ia mendengar suara-suara asing yang sedang asyik mengobrol. Atau bergosip lebih tepatnya. Entah kenapa ia mengurungkan niatnya untuk segera keluar dari bilik toilet. Sepertinya gosip yang dilontarkan kedua perempuan itu sangat menarik.
“Tapi gue salut sih, San. Di situasi new normal gini resepsinya tetep pecah banget!” seru seorang perempuan yang rambutnya dicepol sambil membasuh wajahnya dengan air.
“Lo liat dong siapa wedding organizernya, Han,” sahut perempuan yang satunya, yang sedang sibuk menguncir asal rambutnya agar tak basah saat ia membasuh wajahnya.
“Iya sih. Duh, gue pengen deh nanti kalo nikah pake wedding organizer itu,” kata perempuan yang rambutnya dicepol sambil memasang name tagnya yang bertuliskan : Hana – Resepsionis.
“Rakyat jelata kayak kita nggak usah ngarep deh, Han. Mending uangnya buat beli isi rumah daripada buat bayar WO mahal-mahal.” Perempuan yang satunya menimpali dengan bijak.
“Omongan lo kadang-kadang bener juga ya, Sandra. Eh, btw, kemarin Anin dateng nggak sih? Kok gue nggak liat ya?” tanya Hana penasaran. Gadis di dalam bilik toilet mendadak menahan napas saat mendengar namanya disebut.
“Dateng. Gue liat kok,” sahut Sandra yang tangannya sedang sibuk mengukir eyeliner.
“Sendiri?”
“Iya.”
“Lagi??” seru Hana dengan nada suara yang menghakimi.
“Kemaren gue sempet ngobrol sebentar sama Anin, katanya Lingga lagi muncak ke Gunung Gede makanya gak bisa ikut,” jelas Sandra.
“Bisa-bisanya dia muncak lagi situasi pandemi kayak begini?” sahut Hana sewot. Sandra hanya mengangkat bahunya.
“Kasian ya, Anin. Tujuh tahun pacaran tapi ga jelas arahnya kemana. Beda banget sama Aji dan Sekar ya, baru setahun pacaran eh kemaren udah nikah aja,” kata Hana sambil melipat kedua tangannya di dada. Entah kenapa perempuan itu terlihat kesal.
“Yaah, jodoh mah nggak ada yang tau, Han,” balas Sandra dengan bijak. Hana memutar bola matanya, tampaknya ia tak setuju dengan pernyataan Sandra.
“Jangan-jangan Lingga emang nggak ada niat serius sama Anin, soalnya …. “ kata Hana penuh misteri yang membuat Sandra bingung.
“Soalnya apa, Han?”