Anin suka sekali menghabiskan waktu bersama Kalingga. Saat Anin tak sibuk bekerja atau saat Lingga tak sibuk traveling, Anin tak pernah melewatkan waktu untuk menghabiskan hari bersamanya. Salah satu kegiatan favorit mereka adalah wisata kuliner. Biasanya mereka akan menjelajahi pusat-pusat kuliner favorit mereka. Mulai dari makanan cina di daerah Pecinan, seafood segar – fresh from the ocean – yang biasa mereka kunjungi di wilayah pantai utara Jakarta, sampai ke kuliner-kuliner hidden gem yang kadang mereka dapatkan secara tak sengaja saat melewati gang-gang kecil atau petak-petak sempit di jalanan ibu kota.
Mereka biasa bertukar cerita sembari makan. Kalingga, seorang content writer dengan wawasan yang luas akan mengoceh tentang apa saja, yang akan selalu ditanggapi dengan antusias oleh Anin. Gadis itu bahkan tak perlu menonton televisi atau membaca koran digital karena mendengarkan ocehan Kalingga sama seperti mendengar berita. Anin selalu kagum akan bagaimana Kalingga mengetahui semua itu. Tak hanya sekedar tahu tapi benar-benar memahaminya.
Sementara Anin, seorang junior marketing produk kesehatan yang cenderung pendiam tapi bisa mendadak cerewet bak burung beo saat ia mengeluh. Ia akan mengeluhkan tentang tetangga apartemennya yang sering memasak sesuatu yang baunya tak sedap. Tentang barista di kedai kopi langganannya yang tak pernah menuliskan namanya dengan benar; tentang rekan kerjanya yang menyebalkan; tentang apa saja. Dan Kalingga akan mendengarkan semua keluh kesah yang terlontar dari bibir mungil Anin sambil terkagum-kagum. Bagaimana bibir semungil itu bisa memproduksi kata-kata sebanyak itu ya?
Tapi sayangnya kegiatan favorit mereka itu tak lagi dapat dilakukan dengan bebas saat ini. Situasi pandemi di negeri ini membatasi gerak mereka. Kedai-kedai makanan favorit mereka terpaksa ditutup, sehingga tak ada lagi ocehan atau keluhan sambil makan seperti yang dulu mereka lakukan. Kini kegiatan favorit nomor dua mereka merangkak menempati posisi pertama.
Grocery shopping.
Memang momen yang mereka dapatkan ketika grocery shopping tidak seintim momen yang mereka dapatkan saat wisata kuliner. Tapi inilah yang terbaik yang bisa mereka dapatkan. Berbincang sambil menelusuri lorong-lorong berisikan berbagai macam produk yang tertata rapi ternyata cukup menyenangkan. Anin senang sekali saat melihat lorong sereal yang berwarna-warni atau lorong produk kebersihan yang aromanya kadang kala bisa meredakan penat pikirannya. Sementara Kalingga senang sekali saat berada di lorong buah-buahan segar karena tangan usilnya sesekali mengutil anggur atau jeruk baby untuk dicicipinya secara cuma-cuma. Yang biasanya diakhiri dengan jawilan kesal Anin di pinggang Kalingga.
Kalau kata anak-anak jaman sekarang, love language mereka adalah quality time. Karena mereka benar-benar menikmati hari-hari yang dilewati bersama.
Sudah beberapa bulan terakhir mereka jarang menghabiskan waktu berdua. Selain grocery shopping dan kencan rutin mingguan, mereka lebih sering tenggelam dengan kesibukan masing-masing. Padahal jika mereka mau, mereka masih punya cukup waktu untuk menghabiskan waktu berdua saja seperti nonton di streaming service langganan mereka atau mungkin hanya sekedar berjalan-jalan di taman. Lagi-lagi mungkin karena situasi pandemi yang masih melanda negeri ini, energi mereka untuk melakukan hal-hal demikian entah kenapa mudah sekali menguap. Mereka akhirnya lebih suka menghabiskan hari di kamar masing-masing sambil saling menelepon berjam-jam lamanya. Terkadang sampai salah satu dari mereka jatuh tertidur tanpa disadari.
Namun akhir-akhir ini, durasi obrolan mereka melalui telepon semakin singkat. Jika mereka sudah selesai mengulang hari yang telah dilalui masing-masing secara verbal, tak banyak lagi yang bisa dibicarakan. Rasanya mereka sudah kehabisan topik pembicaraan. Wajar saja, sudah beberapa bulan ini mereka terjebak dalam rutinitas yang sangat monoton; yakni rumah – kantor tanpa ada kesempatan untuk bisa pergi jauh kemana-mana karena lagi-lagi situasi pandemi ini yang membatasi ruang gerak mereka. Apalagi bagi Kalingga yang jiwanya bebas bagai burung, tak bisa pergi kemana-mana artinya ia tak bisa bertemu dengan orang baru, makanya ia tak bisa mendapat pengalaman atau cerita baru untuk diceritakan kepada Anin.
Akhir-akhir ini Kalingga lebih suka menceritakan tentang pengalamannya yang sudah berlalu; yang Anin sudah hafal benar seluruh ceritanya. Awalnya Anin masih antusias mendengarkannya tapi lama kelamaan ia menjadi jengah tiap kali Kalingga menyebut kata gunung, pantai, pulau atau konser. Entah kenapa Anin sempat berpikir konyol; tampaknya Kalingga lebih banyak menghabiskan waktunya di gunung atau di pantai dibandingkan dengan dirinya.
Untuk itulah kemarin Anin mengirimkan pesan panjang kepada Kalingga, yang intinya adalah ia ingin menghabiskan waktu seharian bersama dengan Kalingga lagi, seperti sebelumnya. Kalingga tentu saja mengiyakan ajakan itu dengan tangan terbuka. Sudah tiga hari ia tak menemui kekasihnya, rasa rindu di dadanya terasa semakin menggebu setiap detiknya. Baik Anin maupun Kalingga sama-sama tak sabar untuk menghabiskan waktu bersama-sama.
---
Anin menghentak-hentakkan kakinya yang terbalut flatshoes berwarna biru muda cantik itu dengan gelisah. Beberapa kali ia mengecek jam di ponselnya. Bibirnya menggerutu kecil sambil menatap iri para pasangan-pasangan yang baru saja memasuki pintu supermarket ini dengan mesra. Ada yang sambil bergandengan tangan, ada yang sambil berangkulan, bahkan ada yang berjalan sambil berdekapan sambil sesekali berciuman.
“Cih, norak,” gerutunya.
Lalu pandangannya teralih lagi. Kini ia menatap iri pada pasangan suami istri yang baru masuk sambil menggendong anak mereka yang terlihat masih berusia tiga tahunan. Sang ayah sesekali mencium manja anak yang digendongnya, sementara anaknya tampak sedikit risih dengan jenggot kasar di dagu ayahnya.
Sang anak mencubit-cubit wajah ayahnya sebagai bentuk protes.
“Duh, Adek. Kukunya panjang-panjang ih. Sakit tau.” Sang ayah pura-pura kesakitan, membuat anak dan istrinya tersenyum geli.
Tak urung Anin pun tersenyum lebar saat melihat interaksi manis orang tua dan anaknya itu. Mata Anin masih mengekor gerakan mereka. Dari mata Anin terpancar kebahagiaan saat melihat pasangan tersebut namun tak dipungkiri hatinya merasa iri.
“Kebiasaan, matanya jelalatan.” Terdengar sebuah suara yang riang. Anin terkesiap dan langsung menoleh ke arah sumber suara, di mana sang pemilik suara tengah sibuk memainkan rambut kuncir kuda Anin.
“Iseng deh,” omel Anin dengan manja. Sosok di hadapannya menyunggingkan senyuman yang selalu bisa membuat Anin meleleh.
“Kok tumben lama, sih?” tanya Anin sambil menghentikan jemari Kalingga yang masih iseng memainkan rambutnya.
“Biasa deh, keretanya tadi sempet ketahan dulu,” terang Kalingga sambil menarik sebuah troli belanja.
“Yuk,” ajak Kalingga sambil menyerahkan tangannya untuk segera digaet oleh Anin.
Awal bulan adalah agenda rutin Anin dan Kalingga untuk berbelanja bulanan. Kalau kata anak-anak jaman sekarang, grocery day date. Sekali dalam sebulan Kalingga akan menemani Anin berbelanja untuk memenuhi isi dapur dan isi rumahnya. Anin adalah perempuan yang praktis, ia tak mau repot bolak-balik berbelanja setiap hari untuk memenuhi kebutuhannya. Makanya saat hari gajian tiba, ia langsung mengalokasikan sebagian uang untuk langsung dibelikan berbagai kebutuhan hidupnya dalam satu bulan.
“Kamu tuh ngapain sih? Kalo nanti jatoh aku tinggal loh ya, aku gamau kenal sama kamu.” Anin mengomel kepada Kalingga yang memperlakukan troli belanja layaknya mainan seluncuran.
“Hehe, abis kamu dari tadi jutek banget mukanya. Aku takut mau ngajak ngobrol. Kenapa sih? PMS ya?” kata Kalingga berusaha memaklumi.
“Enggak. Bete aja kamu lama datengnya.”
“Iya maaf ya, sayangku. Nggak lagi-lagi deh,” ucap Kalingga penuh sesal.
Mereka mengitari rak-rak supermarket secara perlahan. Dimulai dari rak paling ujung yang berisikan produk-produk kebersihan dan berakhir di ujung rak lainnya yang berisikan produk makanan segar. Mereka selalu mengitari supermarket dengan urutan ini. Lagi-lagi karena Anin adalah seseorang yang praktis. Ia tak mau repot bolak-balik menyusuri lorong demi lorong supermarket ini maka ia sudah menyusun daftar belanja yang urutannya sudah sangat efisien. Ini juga yang menjadi alasan kenapa Anin sangat senang berbelanja di supermarket ini, karena selain lebih murah dan lengkap, supermarket ini memiliki pengaturan penempatan barang yang tak berubah dari waktu ke waktu. Tak seperti beberapa supermarket yang pernah dikunjunginya; yang suka sekali mengubah posisi penempatan barang sehingga ia selalu harus menghapalkan letak barang apa ada di mana.
Kalingga membantu memasukkan beberapa barang yang sudah ia ketahui pasti akan dibeli oleh Anin bahkan tanpa harus melihat daftar belanjanya. Kalingga adalah orang yang sangat cermat, ia selalu tahu apa yang disukai oleh Anin.