Bryan melepas helm yang di kenakannya, dan menaruhnya di spion motor besar berwarna hitam miliknya.
Mata pemuda itu yang berwarna hijau cerah namun terlihat tajam saat berada di keadaan gelap mampu membuat siapapun memasang alarm bahaya. Bryan tidak pernah takut pada siapapun, juga tidak pernah peduli. Namun, entah mengapa kali ini ia merasa harus menyelamatkan gadis di depannya.
"Lepaskan dia! " Sekali lagi suaranya memerintah dengan tegas. Namun kelima preman di depannya itu malah membalasnya dengan tatapan mengejek, seakan perintahnya itu adalah hal yang paling konyol.
"Kenapa kami harus melepaskan nona ini? Kami lebih dulu menemukannya. Jadi sebaiknya kau tidak perlu ikut campur. " Seorang di antara kelima preman itu berseru dengan percaya diri.
"Jangan sok jadi pahlawan jika masih sayang nyawa. " Preman dengan tubuh paling besar di antara kelimanya ikut menimpali. Dia lalu memerintahkan ke empat rekannya untuk pergi dan kembali menyeret gadis itu.
Ini bukan karena gadis yang tengah berontak itu, tapi lebih ke harga dirinya sebagai pria. Kelima orang itu telah meremehkannya, dan Bryan sangat tidak suka di remehkan. Ia memang hanya sendiri, tapi ia sangat yakin bisa menumbangkan kelima preman sialan itu.
"Brengsek! " Preman yang berjalan paling belakang mengaduh begitu helm Bryan melayang tepat ke kepala botaknya.
Preman itu berbalik dengan marah, di ikuti ke empat lainnya. Preman yang tadi terkena lemparan helmnya dan yang berambut keriting merangsek maju, bersiap memukul yang dengan gampang di hindari Bryan. Dan dua kepalan tangannya melayang tepat ke arah wajah kedua preman itu.
Perkelahian tidak dapat di hindarkan lagi. Bahkan kelima preman itu sampai harus maju secara bersamaan untuk dapat melumpuhkannya. Beruntung Bryan masih bisa melawan dan berakhir dengan kemenangan. Kelimanya lalu berlalu dengan langkah terbirit-birit, setelah berjanji akan membalasnya suatu saat nanti.
"Lord Londerce... " Gadis yang sejak tadi hanya memperhatikan perkelahian antara ia dan lima preman tadi tiba-tiba sudah berada di depannya.
Gadis itu sedikit membungkukkan badannya sebelum kembali berdiri dengan tegak. Bahasa tubuh gadis itu terkesan angkuh dan percaya diri.
"Apa yang kau lakukan disini? Apakah kau datang untuk membawaku kembali ke Carolidia? " Gadis itu bertanya dengan curiga.
Bryan mengerutkan keningnya bingung? Dia hanya berniat membantu dan balasannya adalah pertanyaan aneh yang terlontar dari gadis di depannya.
Sejujurnya gadis itu cukup cantik saat jarak mereka cukup dekat seperti sekarang.
"Apa ini balasan untuk seseorang yang telah menyelamatkanmu? "
Raut gadis di depannya langsung berubah pucat seketika.
"Jadi benar, kau adalah Lord Londerce. Bryan Londerce? "
"Sialan! Dari mana kau tahu namaku? " Bryan segera melangkah mendekat. Mencengkram rahang gadis itu dengan kasar, dan membuat pemiliknya meringis sakit.
"Lord Londerce... Jangan kurang ajar... " Susah payah gadis itu berbicara memperingatkannya.
"Aku tanya sekali lagi. Dari mana kau tahu namaku, dan siapa kau sebenarnya? " tanya Bryan dengan cengkraman yang semakin menguat.