Suatu siang ketika kita berempat makan siang di kantin...
"Eh gue inget sesuatu deh kalo lagi makan sama kerupuk gini.", kata Dinda membuka obrolan kami
"Iya ,, kalo pas dia lagi makan ada kerupuknya , pasti kerupuknya nggak kemakan. Kelupaan !", sahut Indri sambil tertawa kecil.
"Terus pas udah selesai makan , dia liat masih ada kerupuk yang belum dimakan , pasti kita yang diomelin", sambungku
"Siapa sih ?", tanya Asti
"Tya !! "
Aku , Indri , dan Dinda kompak menjawab , lalu tertawa bersama.
"Hmmm gimana kabarnya dia ya sekarang? kangen deh..", kata Asti
"Nggak tau juga sih As, dia nikah juga akhirnya nggak ngabarin kita kan?", jawab Dinda
"Eh , gimana kalo liburan depan kita maen ke rumah Tya? sekalian kangen-kangenan gitu ?", kata Indri dengan semangat
"Boleh boleh , sekalian ke pantai yuk , deket kaan kalo dari Tya ? kita cari vitamin sea ?!!", sahut Dinda
"Setuju setuju ! Kabarin anak-anak yang lain deh.."
"Pake mobil aja yaa , capek tau pake motor , jauuh ... gue nggak mau kayak dulu ah.", pinta Asti
"Dulu kenapa?"
"Sampe rumah Tya pantat gue digaruk nggak berasa apa-apa! Mati rasa !"
wkwkwkk...
"Kalo pake mobil siapa yang nyetir ? Elo bisa ??", tantang Indri
"Ya Gilang lah siapa lagi , masak gue."
Lalu di hari libur berikutnya , kami pergi ke Pati ,, di mana Tya sekarang tinggal .
Dengan mobil seperti pinta Asti. Di jok depan ada Indri, tanpa Dimas . Setelah kejadiannya dengan kak Bima itu , Dimas jarang sekali tampak , tapi kami semua mencoba memakluminya, mungkin dia butuh waktu.
Seperti perjalanan dengan mobil yang lainnya, Gilang lah yang menjadi pemimpin perjalanan kami alias sopir. Cuma dia yang bisa diandalkan. Aku, Dinda , Asti duduk di kursi tengah. Kami bernyanyi bersama sepanjang perjalanan mengikuti daftar lagu yang diputar. Dibelakang kami ada Kunto yang asyik tidur , Bayu yang juga ikut bernyanyi , dan Tito yang wajahnya semakin pucat. Maklum, anak motor lemah dalam hal ini.
Untung sebelumnya kami sudah pernah main-main ke sana , jadi tak ada kendala mencari alamat sepanjang perjalanan. Kendala kami hanya Asti yang sembarangan minta berhenti karena kebelet pipis, atau terpaksa istirahat di pom bensin karena Tito yang nggak kuat nahan muntahnya.
"Ini dijadiin judul ftv bagus nih , To.", kata Kunto sambil memijat-mijat leher Tito yang hendak muntah.
"Apa.an?",tanya Tito
"Azab tukang bully , seluruh isi perut meluap.", jawab Kunto yang membuat kami tak bisa menahan tawa.
"Haha , kesempatan ya lo. Biasanya dibully sama Tito, sekarang berhasil lo bales juga.", kata Gilang ke Kunto
Kita sedang beristirahat di pom bensin karena Tito tiba-tiba menggedor-gedor kaca jendela mobil. Setelah kami semua menengok ke arahnya , ternyata dia sudah tak kuat menahan luapan isi perutnya. Sambil menutup mulut , ia memaksa keluar mobil dengan melompat ke kursi tengah. Kita yang duduk disitu shock berat takut kena imbasnya. Lalu Gilang mempercepat jalan mobil dan mencari pom bensin terdekat. Dan di sinilah kami akhirnya.
"Baru kali ini gue liat lo lemes banget, To", kata Indri tetap dengan menahan tawa.
"Iya,. aura kepremanan lo seakan-akan luntur gitu To.", tambah Asti
"Tukang berantem diajak naik mobil AC mabok ?!," tambahku juga
"Udah udah ... kasian tau. Nih pake minyak angin dulu, biar pada bingung sekalian lo tu preman apa kakek-kakek.", sambung Dinda yang ternyata nge-bully juga.