Pernyataan Gilang masih membulat di pikiranku.
Hampir saja membuatku susah tidur setiap malam, apalagi dengan keberadaan kak Janu. Walaupun duniaku kini masih cenderung memihak padanya, tapi tetap saja membebaniku.
Gilang yang dingin tapi tiba-tiba bilang suka, dan kak Janu yang sedekat ini denganku tapi aku sendiri tidak yakin apa yang sebenarnya dia pikirkan?? Hufffffh
Tapi toh, setelah mengungkapkan perasaannya di Dieng itu, Gilang juga tak pernah menampakkan diri kalau dia benar-benar sedang mengejarku ? Jadi , yasudahlah lupakan saja.
***
"Ren, ngelamun aja sih lo ??", kata Indri mengagetkanku.
"Apa sihh.. lo tu jam kerja kok malah ke meja gue sih?? ganggu aja!!,"
"Ya abisnya, lamunanmu mengalihkan duniakuu.. hihii."
"Ngaco!!"
"Kenapa sihh?? Cerita dong? Galau ya??"
"Hmmmmmh"
"Cerita ihh... Kalo nggak cerita aku yang cerita loh?!"
"Yaudaaah cerita ajaa, susah amat."
"Hmmmmm"
Rolling eyes-nya si Indri tiba-tiba berganti menjadi senyum lima jari.
Ku lengkapi dengan mengerutkan dahi, "Apa sih Ndri??"
"Serius nih gue yang cerita??"
"Ya terserah.. mau cerita yaudah , nggak ya terserah ?!"
"Halaah ... kepo dikit kenapa sihh ???"
"Iiiihhhh.... iya iyaaa , cerita apa sih serius amat??"
"Emmmh.. jangan bilang siapa-siapa dulu ya ?"
"Iyaa."
"Serius niiih.."
"Iyeeee...."
"Ember nggak lo Ren??"
"Aaaaah bodo amat..."
--Hehe , ujung-ujungnya cerita panjang lebar juga walau penuh dengan keraguan aku ember apa enggak.--