Dinda . Dia memang sangat tertutup dengan kehidupan asmaranya. Tak ada satupun yang tahu dia sedang dekat dengan siapa. Sampai suatu hari dia bercerita pada kami bahwa dia akan menikah dengan seorang pelaut, teman masa kecilnya dulu. Ternyata Dinda sudah menjalani hubungan dengan pria itu hampir satu tahun , tanpa ada satupun dari kami yang mengetahuinya. Tapi untuk kabar gembira darinya itu , tentu saja kami sangat bahagia. Walaupun akhirnya di masa depan kami akan menjalankan skenario kehidupan kami masing-masing.
Kalau Kunto ? Apakah kisah persahabatannya terlalu mulus tanpa ada skandal asmara ?? Tunggu dulu. Ada secuil kisah dari Kunto yang tidak bisa dilupakan begitu saja.
Dulu, Kunto adalah pengagum berat Tya. Masih ingatkah kalian dengan Tya ? Hmmmh kalau lupa, buka lagi chapter #1 ya ! Iyaaaa , Tya si anak Pati yang kini sudah menikah dan berhijab ituu...
Kunto yang sangat mengagumi Tya , pernah mengungkapkan perasaannya ke Tya tepat setelah Tya pamit ke kita untuk pulang ke Pati, dengan cara khas nya juga pastinya.
Setelah mendapat kabar bahwa Tya akan pulang kampung dan menikah , Kunto yang sedang kuliah itu pun langsung menuju kos Tya dengan sepeda motor dan helm kumbangnya.
Tak seperti biasanya , kecepatan motor Kunto kini pada tahap maksimal, rambut , kumis tipis dan alis matanya pun sampai berkibas-kibas.
Sesampainya di kosan, bukannya masuk mencari Tya , Kunto hanya berdiri menatap gerbang kosan Tya dari seberang jalan. Sesekali ia diusir oleh seorang ibu-ibu pemilik toko karena memarkirkan motor di depan tokonya.
Lamaaa sekali dia menunggu . Hanya duduk memelas di samping motor. Berharap ada seseorang yang bisa membantunya melakukan sesuatu. Sampai ada segerombol anak SD yang pulang sekolah dan dicegat olehnya, hanya mereka yang Kunto pikir bisa membantu.
Dipanggilnya segerombolan anak kecil itu. Lalu Kunto memberikan selembar kertas yang sudah ia tuliskan sesuatu di dalamnya kepada salah satu dari mereka untuk diberikan kepada Tya.
"Dek dek ,, minta tolong ini kertasnya dianter ke rumah itu ya? Cari kakak yang namanya Tya. Kasihin ke dia ya ! Ini ada Yupi buat kalian .", kata Kunto sambil memberikan satu pack permen gula ke rombongan bocil itu.
Mereka mengangguk sambil meringis , menerima kertas dan langsung menyambar Yupi yang disodorkan Kunto, lalu menyeberang ke arah kosan Tya. Mereka berjalan, berlari , hampir sampai, dan lohhh kok kosan Tya hanya dilewati begitu saja? Masih berlari , menengok ke arah Kunto sambil menjulurkan lidah daaan....
"Loh heeey.... ! Pada mau kemana ????", teriak Kunto sambil berusaha mengejar mereka. Tapi si bocil-bocil itu justru berlari semakin kencang.
"Lohh heeeeeiii ,, kembaliin suratnyaa ...?!!!"
Ternyata tingkat kecepatan berlari Kunto belum bisa mengalahkan anak-anak itu. Akhirnya dia berhenti , menyerah , dan napasnya pun terengah-engah. Ada sedikit penyesalan di benaknya kenapa dulu dia tidak rajin berolahraga. Kejar-kejaran dengan anak SD saja kalah!
"Duuuh, surat gue buat Tya dibawa kabur! Mana lupa lagi tadi nulis apa."
Kunto berjalan kembali menuju tempat motornya diparkir. Kini ia duduk selonjor pasrah di samping motornya. Ia hanya bisa menyesal kenapa ia tidak punya nyali untuk bertemu langsung dengan Tya.
Kemudian ia ingat sesuatu. Ia membuka tas selempang yang dipakainya, dan mengeluarkan hp. Dia membuka profil whatsapp Tya dan memulai mengetikkan sesuatu. Naaaaaah , daritadi begitu kan nggak akan repot dasar Kunto...! Zaman sudah secanggih ini masih serepot itu mau mengirimkan pesan ke seseorang?!