PLOT HOLE

Ade Agustia Putri
Chapter #6

Part. 5 (Ingat Namaku)

Kantor sangat sepi, karena jam dinding sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Aku memutuskan untuk tidak pulang untuk menyelesaikan beberapa hal. Bukannya tidak bisa dikerjakan di rumah, namun suasana kantor sangat membantu fokusku agar segera menyelesaikannya. Ketika pikiranku hanyut dalam ketikan jemari, bunyi ketukan sepatu menyela pendengaranku. Aku mendongakkan kepala.

“Rafa,” panggil sebuah suara dari belakang. Aku terlonjak kaget, karena asalnya sangat dekat dengan kepalaku.

“Apa?” tanyaku sedikit kesal.

Pak Firman menyandarkan lengan kanannya ke tepian mejaku. Matanya memperhatikan penampilanku dengan bibir yang berkedut. Tersenyum-senyum kecil beberapa kali, entah karena apa. Membuat batinku bergetar karena mendadak merasa ngeri. Ingin aku segera pamit pulang saat itu juga, namun kucoba lempar pikiran negetifku itu. Mungkin dia hanya butuh bantuan.

“Ada apa pak?” tanyaku lagi.

“Kamu lapar nggak?” tanyanya dengan pandangan yang tidak fokus ke mataku. Membuat bulu tengkukku berdiri.

“Nggak pak,” jawabku dengan senyum meringis.

Anjir, ngapain sih! Ganggu aja!

Dia sedikit mendekatkan tubuhnya ke tempat dudukku, membuatku langsung menegang. Astajim, gue takut!

“Ada acara nggak habis ini?” sekarang tangannya sudah mencapai sandaran kursiku. Aku meremas tinjuku sendiri dengan erat. Berusaha menahan diri untuk tidak melepaskannya ke mulut pria itu yang seperti penyedot debu.

“Saya mau pulang pak. Misi ya pak.” Kumatikan komputer dengan cepat, kemudian berjalan pergi. Najis!

Pak Firman menghalangi jalan.

“Ayolah, kita pergi makan-makan aja bentar, nanti saya antar pulang,” pria itu menyentuh lenganku. Emosiku tak tertahan lagi. Aku menatapnya dengan tajam. Kuharap ada laser yang keluar dari sana.

“Lepasin!” seruku geram. Gue gaplok juga jidat lo yang kayak lapangan bola!

“Kamu dekat dengan pak Bambang kan? Saya juga bisa bantu kamu, kalau kamu mau...”

“Rafa!” panggil seseorang.

Kami berdua menatap arah suara tersebut. Seorang pria dengan jaket dan celana pendek olahraga, sedang menatap ke arah kami. Aku melepaskan genggamannya dengan sedikit hentakan. Berlari pelan meninggal pria tua itu.

Lihat selengkapnya