PLOT HOLE

Ade Agustia Putri
Chapter #8

Part. 7 (Gita Nggak Datang)

Tante Risma melambai-lambaikan tangannya dengan kuat, ketika melihatku melenggang dengan santainya ke arah pintu.

“Kamu bukannya mau pergi sama Gita?!” tanyanya.

Aku mengangguk sambil membetulkan kaca mata. Tepat sekali.

“Dengan pakaian seperti kuli bangunan?!”

“Excuse me?!”

Aku menatap bayangku di kaca lemari. Gayaku hari itu sama seperti biasa; celana jeans biru robek-robek (karena ini modenya), baju kaos lengan pendek bewarna merah muda, serta sepatu kets warna putih yang menghiasi kakiku. Aku merasa secantik Lindsay Lohan di film Herbie.

“Apa sih, jangan mem-bully keluarga sendiri,” sergahku, benar-benar kecewa.

"Seharusnya kakak bilang itu ke diri kakak sendiri," sela Heni.

Tante Risma menepuk wajahnya dengan tampang sengsara.

“Parah banget kamu sekarang, dulu kamu nggak begini,” gumamnya, membuatku memberengut kesal. Seorang model dikritik mengenai gaya oleh seorang tante-tante? Hah! Yang benar aja deh! Yah, walaupun tante bos pabrik garmen sih.

Wanita itu menarik lenganku. Menyuruhku berganti pakaian sekaligus berdandan dengan cara yang baik dan benar. Seakan hal tersebut memang memiliki buku pedoman tak kasat mata yang kini sedang dipraktekkannya. Aku menyerah dengan wajah sepasrah pasrahnya.

“Udah bedaknya tante?” desisku tidak sabaran. Perang ketiga keburu datang, sementara tante belum menyudahi pekerjaan mubazirnya ini.

“Udah, berdiri kamu.”

Aku berdiri, kemudian berputar agar rok polkadot yang kukenakan mengembang seperti milik seorang putri raja. Kedua bola mataku yang diberi eyeliner –yang untung tak semenor praktek sebelumnya− melebar di depan wajah tante.

Get out!” titah Tante Risma.

“Makasiii Yang Mulia,” kuberikan senyum hambar terbaikku, kemudian berlalu.

Satu jam aku menunggu dengan resah. Sweaternya lama-lama terasa panas. Gita tak kunjung datang, bahkan sambungan teleponnya hanya dibalas oleh operator kartunya. Kuketuk keras kukuku ke layar ponsel. Jengkel sekali pada gadis itu. Namun kemudian tersadar, dia tak pernah ingkar janji ataupun telat datang begitu lama. Ada apa dengannya?

Suara orang-orang lalu lalang di salah satu plaza terbesar di area ini, menemani suasana hatiku yang buruk. Bahkan aku berdandan hari ini. Dengan harapan tante, aku bisa menemukan jodoh sepulang nanti. Anjir.

“Gita nggak datang ya?” tanya seseorang di belakangku.

Otomatis berbalik, kulihat Alice sedang bersandar di tiang yang sama denganku.

“Ngapain kamu di sini?” tanyaku.

“Ngapain ya?” dia membetulkan tas sandangnya yang bewarna merah dan cantik. “Mau nonton tapi temen gue juga nggak datang...”

Lihat selengkapnya